Ola senyam-senyum sendiri ketika memasuki kantornya. Sejak dari Lembang tiga hari lalu, sampai saat ini suasana hati Ola sangatlah baik. Untung saja Rajata tidak ada di kantor, jadi Ola tidak perlu bersikap sok jual mahal atau tidak peduli pada Rajata. Padahal sebenarnya, Ola sangat menyukai dekat dengan pria itu. Iya, Ola masihlah Ola yang dulu. Dan ketika Rajata mengajaknya menikah, ingin rasanya Ola menjerit dan memeluk pria itu. Lalu berkata, AKU MAU RAJATA!!! but, nanti dulu ketika Ola sudah mendapatkan cinta dari pria angkuh itu.
Ola duduk di kursi Rajata, lalu tersenyum melihat frame foto keluarga Rajata. Ah pria itu tetap tampan saja sejak dulu. Batin Ola sambil terkikik geli sendiri.
"La," kata Cakra ketika memasuki ruangan Rajata. Ola langsung berjengit kaget, lalu berdiri ketika mendapati Cakra masuk tanpa mengetuk pintu. Sungguh ia takut jika itu tadi Rajata, bisa mati Ola kena amuk Rajata.
"Eh Cak, kamu kok disini?" Tanya Ola mengalihkan rasa terkejutnya. Buru-buru ia mendekati Cakra yang masih diam di depan pintu dengan alis terangkatnya.
"Kamu kenapa, La?"
Oke, Cakra sialan!! Pria yang terlihat santai dengan pakaian kerjanya itu menyadari kegugupan Ola karena kepergok duduk di kursi bosnya. Ola berdeham, lalu menepuk lengan bajunya yang tak terlihat kotor sedikit pun.
"Gak papa, emang kenapa?" Tanyanya santai, padahal dalam hati sudah berdoa jika Cakra tidak memberitahu bosnya.
Cakra akhirnya menggeleng, lalu berjalan melewati Ola begitu saja. "Eh Cak, kamu kok udah disini. Kalian udah balik dari Singapura?" Tanya Ola mendekati Cakra yang sedang mencari berkas di meja Rajata.
Cakra mengangguk, dan mengambil berkas bersampul kan map kuning itu. "Tadi malam nyampek."
"Terus, kenapa Rajata gak masuk? Ada meeting di luar?."
Cakra kembali berjalan mendekayi Ola dengan berkas di tangannya, "Beliau sakit, mangkanya gue dateng buat ambil berkas buat dia tanda tangani."
Ola terkejut mendengarnya, Rajata sakit?
"Gimana tadi Cak, Rajata sakit?"Cakra mengangguk, "Dia gak ngabari, Lo?"
Ola menggeleng, dan ia mengecek ponsel yang sejak tadi dalam genggamannya tak ada pesan masuk apalagi dari Rajata. "Sakit apa?"
Cakra mengedikkan bahunya, "Belum tau, mangkanya gue mau kesana."
"Ikut." Kata Ola cepat.
Cakra menatap Ola tak yakin, "Yakin? Nanti Lo ikut pak Rajata tambah sakit."
Ola menepuk lengan Cakra keras, lalu menatapnya sebal. "Enak aja, bisa jadi pas liat gue Rajata jadi sembuh." Kata Ola PD membuat Cakra meringis tak percaya.
"Ya udah deh, yuk sebelum pak Rajata nelfon gue lagi." Kata Cakra, lalu berjalan terlebih dahulu diikuti Ola yang berjalan di belakangnya.
Bangunan megah itu Ola tak asing, karena sejak dulu hingga sekarang Ola sering berkunjung. Yah, namanya juga kolega orang tuanya jadi Ola sering aja berkunjung ke rumah Rajata. Ia turun terlebih dahulu dan berjalan meninggalkan Cakra di belakangnya. Setelah memencet bel, pintu terbuka menampilkan sosok yang juga Ola kenal.
"Eh, Bi Ida." Sapa Ola pertama kali pada wanita paruh baya yang Ola kenal sejak bangku SMP.
Wanita bertubuh tambun itu tersenyum merkah, "Neng Ola, selamat pagi." Katanya tak kalah riang.
Cakra yang di belakangnya terlihat bingung, dan membiarkan saja. Mungkin sudah kenal sebelumnya, batinnya.
"Masuk neng." Kata Bi Ida, dan tersenyum pada Cakra yang diam di belakang Ola.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love You
RomanceMenjadi seorang putri dan cucu perempuan satu-satunya keluarga Soeteja membuat wanita bernama Aurora Putri Soeteja itu bagaikan seorang putri di negri dongeng. Dari mulai ia di kandungan Ibunya, hingga ia akan berumur 26 tahun hari ini. Seluruh cint...