Ola love Four

5.9K 867 28
                                    

"Bos lo, kenapa Cak?" Tanya Ola hari itu ketika melihat Rajata yang keluar dari lift tanpa melihat dan menyapanya sama sekali. Padahal hari ini mood Ola sangat baik sekali. Lihat saja wajah ceria disaat pms melanda itu adalah keajaiban di hidup dia.

Cakra menghembuskan nafas panjang, seolah lelah padahal waktu masih menunjukkan pukul sembilan pagi. Ola yang melihat itu kembali heran. "Cak, woy Lo kenapa juga?"

"Gue gak tau, pak Rajata sensi dari kemarin siang. Semuanya kena omel termasuk gue dan juga adiknya." Cerita Cakra lain yang membuat Ola mengernyitkan dahinya.

"Emang kalah tender?" Tanya Ola penasaran.

Cakra menggeleng, "Padahal kemarin sebelum kita makan siang di PIM pak Rajata baik-baik aja. Dia senang karena investasinya di terima di Thailand. Tapi ya gitu namanya juga manusia berubah-ubah."

Penjelasan Cakra tersebut membuat Ola terkejut seketika. "Gimana tadi, Cak? Makan siang di PIM?"  Seru Ola dengan suaranya yang sedikit keras.

Cakra mengangguk, "Iya, kenapa?"

Ola menepuk jidat tak percaya, jangan bilang jika Rajata melihat dirinya. Oh maigood, bisa mati Ola.
"Lo kemarin liat orang kayak gue gak? Yang mirip gitu, atau kembaran gue gitu Cak?" Oke, Ola mulai gugup mikirkan dia kepergok bosnya ketika ijin pulang tapi keluyuran.

"Kamu punya kembaran?" Tanya Cakra mengernyit heran.

"Bukan, maksudnya gue liat orang mirip gue gak? Gue kemarin ke PIM pas makan siang."

"Bukannya Lo sakit?"

"Tapi udah sembuh setelah gue minum obat. Mati gue Cakra!!" Kata Ola sambil berjalan mondar-mandir memikirkan nasibnya kini. Semoga pria itu tak melihat dirinya.

"Pantes, Ola. Bos langsung diem tanpa kata. Gue tanya sedikit dia semprot pakek pelototan tajam."

Oke, Ola merinding. Ola tahu bagaimana jika seorang Rajata sedang marah. Karena dulu ia pernah membuat pria itu marah ketika ia tak sengaja mencium bibir Rajata. Dan sekarang, oh no!!

"Cak, ntar kalau si bos marah Lo bantuin gue."

Namun kepala Cakra menggeleng menolak permintaan Ola. Sudah cukup kemarin, ia tak ingin lagi kena semprot bosnya itu. "Gak deh, La. Mending gue diem aja disini."

Ola mendekat, lalu menggoyang tangan Cakra memelas. "Bantuin gue, Cakra. Ntar gue beliin Iga bakar deh pas makan siang." Rayu Ola. Namun kembali Cakra menggeleng tak gentar.

"Gue masih mampu kalau cuman beli Iga bakar, La. Beneran deh, gue gak bisa bantu lo."

Suara telepon di meja Cakra berbunyi membuat rayuan Ola berhenti seketika. Dan pria berkacamata itu langsung mengangkatnya di dering pertama.

"Ya, Pak?" Mata Cakra melirik Ola yang sedang menatapnya horor.

"Baik, pak." Lalu Cakra menutup telepon itu dan menatap Ola.

"Kita masuk." Kata Cakra terburu dengan mengambil pulpen dan note kecilnya.

"Gue gak mau, disini aja." Cicit Ola enggan masuk. Padahal Cakra sudah akan membuka pintu ruangan Rajata.

Cakra menatap kasian pada Ola. "Masuk aja, La. Pak Rajata gak bakal ngamuk sama kamu."

"Iya, tapi."

"Percaya sama saya." Dan akhirnya Ola mengikuti Cakra dari belakang.

Aura tak bersahabat terasa sekali di ruangan Rajata, padahal ketika pertama datang tadi Ola menebarkan kebahagiaannya di ruangan ini. Terlihat Rajata sedang sibuk dengan ponsel di telinganya. Lima menit kemudian, pria berambut hitam itu mematikan ponselnya. Dan saat itulah, tatapan dingin keturunan Sutoyo itu mengarah pada Ola dan Cakra.

Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang