part•14 Rasa?

971 27 6
                                    

"ingin memulai sebuah rasa tapi merasa tak pantas.. yasudah begini saja dahulu"
•••••••

Rokok adalah suatu pelarian masalah bagi jiwa yang malang dan kesepian. Bima menatap langit yang tertutup awan mendung sambil menghisap rokoknya. Tatapannya kosong, entah kenapa setelah kejadian Bella mengetahui bahwa dirinya hanya mempermainkannya. Rasa bersalah itu muncul, tapi rasanya aneh. Rasa ini membingungkan.

"Bim"

Sontak Bima menoleh kearah datangnya suara. Fatur berdiri dibelakangnya sambil membawa 2 tas miliknya dan milik Bima.

"Gue males cabut" ucap Bima sambil membuang rokoknya.

"Ye bego! Siapa coba yang mau ngajak cabut? Ini udah jam pulang sekolah!" Balas Fatur sambil melempar tas milik Bima ke tanah.

"Jangan di lempar. Tas gue lebih mahal dari pada ginjal lo" ucap Bima sambil berdiri lalu membersihkan celananya yang kotor terkena tanah.

"Yee kamprett!"

Tidak membalas ucapan Fatur, dan tidak menoleh kearah Fatur. Tatapannya hanya kedepan berharap bertemu gadis yang ada di pikirannya.

"Gue salah ya? Yang buat rencana kan bukan gue." Pertanyaan itu selalu terlintas di pikirannya.

Dari arah berlawanan dia melihat Devan. Sahabat baiknya yang hari ini sedang bermusuhan dengannya. Apa kah bisa di sebut rival?

Bima berjalan tanpa menatap mata Devan. Melewati Devan begitu saja bagai angin, ada tapi tak di anggap.

"Ehemmm"

Langkah Bima seketika terhenti. Tapi entah kenapa dia sangat berat untuk memutar tubuhnya kearah Devan.

"Selamat ya!" Gumam Devan pelan tapi masih terdengar jelas di telinga Bima.

"Lo udah berhasil nyakitin"

Hening. Suasanya sangat hening, hanya terdengar nafas mereka berdua. Seakan nafas mereka sedang beradu argumen satu sama lain.

Jarak beberapa detik langkah kaki pun terdengar menjauh hingga benar benar tidak terdengar sama sekali.

Perasaan itu muncul lagi. Rasa aneh yang membuat Bima sendiri bingung rasa apakah ini. Entah kenapa saat memikirkan sosok Bella hatinya terasa tidak enak.

"Mungkin gara gara gue mainin dia.. gue harus minta maaf nih!"  Ucap Bima dalam hati.

Tiba tiba langkah kakinya mulai melangkah kearah kelas Bella yang berada di lantai 2.Tapi sayang, kelas itu sudah tertutup rapat.

"Nyari Bella ya?" Suara seorang pria dari arah belakang Bima, yang sontak membuat Bima memutar badan sambil menautkan kedua alis bingung.

"Gue Rian" Ucap Rian sambil tersenyum.

"Ga nanya!" Jawab Bima dengan wajah datar, tapi tetap wajah bingungnya masih sangat terlihat jelas.

"Kita sama.. jadi jangan galak galak donk hahaha" balas Rian dengan tawa. Tawa miris lebih tepatnya.

"Maksud lo?" Bima kembali bertanya dengan tatapan mengintimidasi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 30, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

LOVE MY SENIORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang