Langkah 2

109 2 0
                                    

Motor matic yang didesain oleh perusahaan ternama dengan selogan Honda, berhasil kuparkirkan tepat di depan pintu rumah milik sahabat terbaik yang pernah aku kenal, Irfan.

"Wah, ada angin apa gerangan sehingga orang ini datang ke rumah?" sapa Irfan ketika aku baru membuka helmet. 

Perjalanan yang menghabiskan waktu sekitar 1 jam 30 menit tadi, membuatku sedikit pegal di seluruh badan. Namun, karena bertemu sahabat satu ini semua linu yang menyerang tubuhku  berhasil hilang seketika.

"Assalamualaikum!" kata pertama yang lolos dari rongga tenggorokanku yang lumayan kering.

Riang sempat menjawab salamku lalu mengajak masuk ke rumah. Lukisan baitullah yang berukuran besar di dinding masih tertancap rapi tanpa ada perubahan warna. Meski telah bertahun lamanya.

"Eh, Riang!" sapa tante Riani. Perempuan itu masih saja terlihat awet mudah walau umurnya yang telah menginjak 40 tahunan. "Oyah, silahkan duduk, Nak Riang!"

"Iya tante," jawabku singkat yang diikuti senyum terbaik yang aku punya.

"Mah, aku langsung ke kamar saja, soalnya Riang pasti capek." Irfan sedikit tersenyum kepada ibundanya, Riani.
Anak dan ibu anak satu itu selalu terlihat akur dan selayaknya teman terdekat. Meski, Irfan dan Ibu Riani telah lama hidup tanpa seorang ayah di sisi mereka, tidak membuat keluarga kecil ini kekurangan sedikitpun. Terbukti dengan segala fasilitas di rumah ini, semuanya tampak mewah. Mungkin sebagian dari isi rumah ini hasil dari kerja keras ibunya Irfan yang menjual di toko online pribadi miliknya.

"Riang, ini speaker baru, ya?" tanyaku saat melintasi tempat tidur yang ada di kamar Irfan. Kamar pribadi anak tunggal itu selayaknya studio musik. Hobby yang suka menyanyi dan meng-cover lagu-lagu terkenal membuatnya selalu berusaha mengupayakan alat musik yang cukup terbilang mahal. Tak hanya speaker di pojok ruangan, di kamar yang selalu dinamai dengan: kamarku adalah surgaku ini, memang benar-benar memanjakan pemiliknya. Di sebelah TV LCD yang berukuran 24 inci terdapat sebuah microphone yang berwarna  emas. Sepertinya alat itulah yang selalu membuat suara Irfan menjadi lebih jernih ketik ia melakukan rekaman. 

"Tidak. Itu udah lama, kok," kata Irfan sambil menyalakan TV. "Kamunya saja yang tidak pernah ke rumah."

Aku hanya tersenyum dan meletakkan tas ransel yang dari tadi melekat di bagian belakangku. 

"Ada apa, tumben banget kamu main ke rumah?" Irfan bertanya walau pandangannya tetap mengarah pada siaran TV di depannya. 

"Fan, kamu masih mau jadi pelaut?" tanyaku nyosor. Biasanya pertanyaan seperti itu selalu berhasil membuat sahabatku tepintal. 

"Ha!?" Benar kan, dai langsung mengarahkan mata bulatnya melotot ke arahku. "Aku tidak salah dengar?"

"Biasa aja, enggak usah lebay," kataku sambil menarik bantal yang ada di pojokan. Sepertinya rebahan lebih enak.

"He, Riang?" kata Irfan sambil menahanku yang sudah siap untuk rebahan. "Kamu serius!?"

"Serius apa?" tanyaku sambil memperbaiki posisi dudukku. Sepertinya Irfan benar-benar ingin pembicaraan ini dilanjutkan ke tahap yang lebih dalam. "Aku baru ingin meneylidiki. Benar tidaknya perkataanmu waktu itu."

"Brother...! Kamu tidak percaya dengan teman terbaikmu ini?" Irfan menyorot mataku begitu tidak normal. "Kamu yakin mau jadi pelaut?" 

"Orang udah bilang aku baru mau menyelidiki." 

"Tapi, apa yang perlu diselidiki kalau begitu?" tegas Irfan sambil berjalan ke arah jendela kamar. "Atau, bagaimana kalau kita ke rumah pamanku aja!" lanjutnya sambil mengaitkan penahan jendela. Sejumlah gulungan udara berhasil masuk dan membuat suasana kamar jadi segar. 

"Irfan...!" Panggilan sjngkat terdengar dari luar kamar. Tidak lama kemudian mucullah tante Riani tempat di depan pintu yang memang dari tadi terbuka lebar. "Fan, ini." Perempuan itu menyodorkan Jus jeruk satu jag yang di sampingnya ada cemilan dan dua buah gelas.  

"Makasih, Mah," kata Irfan sambil menerima pemberian  wanita itu.

--------------------------------------------------- 

To be continue in teh next day ....

Thank you so much, guys. Don't forget to push the button star below! And also for you, Guys who were the first time coming to my work don't forget to click "Follow" in my profile. Thank you.  

RATINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang