part 6

12 5 0
                                    

Koridor sekolah tampak ramai yang diakibatkan oleh jam istirahat, membuat Rey yang ingin melewati koridor tersebut harus berkali-kali mengatakan 'permisi' kepada siswa-siswi lain. Mungkin bagi para siswa, mereka cukup sedikit menyingkir dan memberi jalan bagi Rey. Tapi lain halnya dengan para siswi, mereka harus senyum-senyum dan berteriak tertahan dahulu baru akhirnya ikut menyingkir dan memberi jalan kepada salah satu dari deretan cowok terpopuler di sekolah itu.

Rey yang tengah membawa sebotol air mineral dingin di tangannya itu melangkah menuju kelas 10 IPA-1, tepatnya menuju kelas dimana Jasmine menuntut ilmu. Sampai di pintu kelas, ia langsung menemukan Mega yang kebetulan hendak keluar kelas. Mega yang menyadari kehadiran Rey itu nampak sedikit terkejut, namun detik berikutnya ekspresinya berubah datar.

"Ada apa kak?" Tanya Mega basa-basi, walaupun ia sebenarnya sudah tahu apa tujuan kakak kelasnya itu datang ke kelasnya. Untuk apa lagi jika bukan karena Jasmine.

"Jasmine-nya mana? Mau nganterin minuman dingin." Kepala Rey menyembul di balik pintu kelas 10 IPA-1, mencari keberadaan Jasmine.

Memutar kedua matanya, Mega menjawab, "Jasmine gak masuk sekolah. Masih sakit katanya." Mega melipat kedua tangannya di depan dada, menyandarkan punggungnya ke dinding, dengan satu kaki menyilang.

Rey mengangguk-angguk paham. Ia tahu mengapa Jasmine sampai tidak masuk ke sekolah. Pasti karena kejadian waktu itu. Ini semua memang murni kesalahannya, walaupun sebenarnya ia tidak tahu apa yang Jasmine alami pada dirinya sendiri hingga menyebabkan gadis itu menjadi sebegitu histerisnya. Dan lebih membingungkannya lagi, mengapa ia khawatir kepada gadis itu?

Di sela-sela kebengongan Rey, Mega kembali ke kelas untuk mengecek keadaan kelas. Kosong, aman. Ia kembali menghampiri Rey yang masih melamun dan kembali ke posisi awal.

"So, kenapa lo ngeroyok orang? Belum tobat aja lo." Bertanya, satu alis Mega terangkat. Hilang sudah kesopanannya sebagai adik kelas kepada kakak kelasnya dengan bahasa yang memakai lo-gue.

Satu sudut bibir Rey terangkat membentuk sebuah seringai. "Napa? Masalah buat lo? Gak usah sok kenal deh lo sama gue."

Mega tertawa menanggapi respon Rey. "Gaya lo boleh juga. Tapi harus lo inget. Gara-gara aksi sok jago lo ini, lo berhasil bikin sahabat gue nge-drop kaya sekarang. Selamat." Mega bertepuk tangan.

Tak ingin berlama-lama, Rey pergi meninggalkan Mega seorang diri. Peruma saja jika ia terus menanggapi ucapan pedas Mega. Karena semua yang Mega katakan memang benar adanya. Genggaman di botolnya terasa semakin erat bersamaan dengan wajah datarnya yang sedang menahan emosi.

"Sialan! Kenapa gue gak bisa inget apapun?" Satu tangannya yang tidak memegang botol ia gunakan untuk memijit pelipisnya yang terasa agak pusing. Ia meneruskan langkahnya menuju kelasnya. 11 IPA-3.

"Gimana reaksi si Jasmine?" Sambar Fariz sesampainya Rey di kelas.

Rey menggeleng, menunjukkan botol airnya yang masih terkemas rapi yang kemudian ia letakkan di meja Fariz. Ia lantas duduk dengan dahinya yang diletakkan di atas meja. Hatinya tengah berkecamuk sekarang. Pertama, ia khawatir dengan Jasmine. Lalu ia merasa sedikit emosi karena perkataan tajam Mega. Selanjutnya, ia sadar bahwa Mega benar karena penyebab Jasmine jatuh sakit dan trauma adalah kesalahannya.

Satu tepukan mendarat di bahunya, membuat kepala Rey mendongak.

"Nanti gue tanyain rumahnya si Jasmine ke Mega. Lo tenang aja." Kata Bagas berusaha menenangkan sahabatnya.

"Gue gak mau. Gue gak siap liat kondisi Jasmine." Rey menggeleng, kembali menempatkan dahinya di atas meja.

"Lo beneran suka sama Jasmine?" Tanya Fariz.

Forever LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang