"Jujur dong ama gue. Sebenernya kemaren malem tuh lo kemana pas gue sama Rey nganterin si Jasmine?"
Saat ini, Bagas dan Fariz sedang bermain PS di rumah Bagas. Hari Minggu, waktunya bersantai-santai.
"Kan gue udah bilang gue langsung pulang." Bagas yang sedang fokus pada game itu menjawab.
"Tipu-tipu lu ye. Bangke." Gerutu Fariz, namun tangannya masih sibuk memencet berbagai tombol stik.
Bagas hanya diam, berusaha untuk tetap fokus pada game. Dan seujur kemudian, ia berhasil mengalahkan Fariz dalam pertandingan mobil di dalam game.
"Udah ah. Bosen. Gue telfon si Rey dulu." Fariz meletakkan stik PS nya, lantas bangkit berdiri untuk mengambil ponselnya yang berada di atas ranjang milik Bagas.
"Woi Kembaran Papa gue. Cepet ke sini." Hanya itu kalimat yang terlontar kala Rey menjawab telfonnya, lantas Fariz segera mematikan telfonnya sebelum menunggu jawaban dari sahabat karibnya itu.
Bagas tertawa, ikut bangkit ke atas ranjangnya juga mengambil ponselnya. "Napa langsung dimatiin?"
"Hemat pulsa. Kemaren baru diisi sama papa gue. Kalo pulsa gue abis lagi, papa gue bisa murka ntar." Fariz melempar asal ponselnya ke ranjang Bagas, lantas mencomot cemilan yang Bagas bawa dari dapur.
Tak beberapa lama, Rey datang dengan membawa kunci mobilnya. "Paan pake telfon gue? Alay banget idup lo."
"Orang kaya kalo ada apa-apa mah pakenya pulsa. Kalo lo lo pads baru missqueen makenya kuota. Kuotanya gratisan lagi." Fariz menjawab enteng dengan kedua tangan dilipat di depan dadanya, dan tak ketinggalan dagunya dinaikkan untuk menyombongkan diri.
"Ngeles aja lo. Beli pulsa aja masih minta bokap nyokap juga." Rey yang baru saja mencomot cemilan milik Bagas itu langsung melemparnya ke arah wajah angkuh Fariz.
"Yang penting gue kaya raya." Fariz mengendikkan kedua bahunya.
"Semerdeka lo aja deh Bambang."
"Gimana nih Gas? Lo belum jawab pertanyaan gue barusan."
"Paan?" Bagas yang sejak tadi diam seraya memandang ponselnya itu bertanya.
"Keberadaan lo yang tiba-tiba aja ilang gitu. Kemana lo?"
"Gue gak ilang, jujur aja."
"Terus?"
"Lo berdua yang ninggalin gue di UKS."
Entah Rey maupun Fariz sama-sama terkejut setelah mendengar pernyataan sahabatnya. Keduanya sontak mendekat dan duduk di ranjang untuk mendengar ceritanya lebih lanjut.
"Iya, waktu itu gue masih di UKS. Gue gak kemana-mana, karena pada dasarnya kalian berdua yang ninggalin gue."
"Terus, kenapa lo gak ngikutin gue sama Rey aja? Abisnya lu diem aja."
"Ya gue sebenernya sengaja sih." Bagas tertawa. "Biar bisa berduaan sama si Mega." Lanjutnya setelah tawanya terhenti.
"Mega?!" Rey dan Fariz bertanya secara bersamaan, meraza terkejut bukan main untuk yang kedua kalinya mendengar jawaban dari Bagas yang terkenal paling kalem di geng mereka.
"Iya. Gue emang gak pernah bilang sama lo lo pada kalo gue itu suka sama Mega. Kaget kan? Kaget kan?" Bagas kembali tertawa, seolah hal itu merupakan cerita terlucu di dunia.
Di sela tawa Bagas, Rey sudah membelalakkan kedua matanya. Pernyataan dari Bagas sahabatnya itu membuatnya terkejut secara bertubi-tubi. Baiklah, ia memilih untuk diam saja mendengarkan Fariz yang bertanya, dan Bagas yang menjawabnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Forever Love
RomanceJasmine merupakan anak baru di salah satu SMA di Jakarta. Awalnya semua berjalan baik-baik saja. Namun masa lalu indah dan masa lalu buruknya seketika kembali dalam waktu yang bersamaan. Lantas apa yang harus dilalukan Jasmine sekarang? Masa lalu i...