part 4

14 8 0
                                    

"Gue rasa, Kak Rey ada rasa sama lo deh Jas."

Semua anak berhamburan keluar kelas, berjalan menuju gerbang sekolah. Jam pelajaran telah usai, kini Jasmine dan Mega sedang duduk di halte untuk menungu bis. Sebenarnya rumah mereka berbeda arah. Namun, Jasmine mengajak Mega untuk main ke rumahnya dan langsung disetujui oleh Mega.

"Masa sih? Kenal aja gak." Jasmine mengendikkan bahunya acuh. Matanya celingak-celinguk mencari jika ada bis yang lewat.

"Ih beneran tau. Tapi lo harus ati-ati sama Kak Rey, Kak Fariz, dan Kak Bagas." Nada bicara Mega tampak serius, menyebabkan pandangan Jasmine sempurna menatap ke arahnya. Ekspresinya seolah mengatakan 'kenapa?'

"Mereka itu badboy. Satu sekolah kenal sama mereka. Gak tertandingi deh pokoknya."

Jasmine terkekeh, kembali menatap jalan raya, "Ya bukan urusan gue kali. Mau badboy kek, goodboy kek, good day kek, kan gue udah bilang gue itu gak kenal."

"Tapi lo udah mulai memasuki kehidupannya Kak Rey. Lo pernah kan diajak ke rumah dia? Tuh liat udah dua kali loh Kak Rey kasih sesuatu ke lo.  Emang lo gak takut apa? Ntar lo juga bisa disangka jelek sama orang-orang." Mega meraih air mineral yang sudah tidak dingin lagi dari tangan Jasmine yang diberi Rey saat jam istirahat tadi.

Perkataan Mega berhasil membuat Jasmine tertawa, lantas merebut kembali botol itu.

"Pulang bareng yuk."

Dan sontak saja semua yang ada di halte itu menatap ke arah Rey, tak terkecuali Mega. Jangan tanya pasal Jasmine, karena dia masih tertawa dan belum menyadari kehadiran lelaki itu. Hingga Mega menyikut lengan Jasmine tanpa mengalihkan tatapannya dari kakak kelas yang sangat populer itu, akhirnya tawa Jasmine terhenti dan digantikan oleh kerutan samar di dahinya. Ada apa? Pikir Jasmine.

"Ayo pulang bareng. Aku antar." Rey menarik lengan Jasmine lembut, meninggalkan Mega seorang diri.

Sebenarnya Rey juga gugup setengah mati. Ia mendadak mati gaya saat berbicara dengan gadis itu. Dan yang lebih memalukan, ia langsung saja to the point mengajak gadis itu pulang bersama, padahal mereka belum saling mengenal. Lagi-lagi, entah apa yang kini merasuki dirinya, hingga ia berani berbuat senekat itu dengan seorang gadis.

Jasmine menatap Mega sebentar yang masih mematung di tempat dengan tatapan seolah meminta maaf kepada kawan sebangkunya itu. Padahal ia yang mengajak Mega untuk main ke rumahnya, namun malah ia sendiri yang meninggalkan Mega. Semua ini karena kakak kelasnya. Ia lantas menyentakkan tangannya hingga genggaman Rey terlepas.

"Jangan sentuh aku. Tuh liat, kamu ninggalin temenku sendirian." Omel Jasmine.

Mereka sudah berada di parkiran sekolah sekarang, karena motor Rey memang masih terparkir rapi di sana. Rey menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Sekarang ia juga tidak tahu harus berbuat apa. Gadis itu marah padanya, dan ia sendiri... entahlah.

"Gapapa sehari doang. Lagian temenmu juga diem aja kok."

Ia pikir, Jasmine akan tersenyum kegirangan seperti siswi lain saat berinteraksi dengannya. Nyatanya perkiraannya salah besar. Gadis ini sangat berbeda dengan gadis pada umumnya. Wajahnya cantik saat mood nya baik, namun berubah menggemaskan saat marah. Ah, Rey baru sadar akan hal itu.

"Kalo gitu pulang sama gue aja. Gitu aja lama." Tiba-tiba saja tangan Jasmine ditarik oleh seseorang yang suaranya tidak asing di telinga Rey. Siapa lagi jika bukan Fariz.

"Gak bisa. Siapa cepat dia yang dapat." Dan Rey dengan sigap menarik tangan satunya Jasmine.

Tunggu. Kenapa Jasmine tiba-tiba diperebutkan seperti ini? Ia merasa telah dipermainkan. Apakah mereka pikir, Jasmine adalah gadis gampangan? Jasmine lantas menyentakkan kedua tangannya untuk yang kedua kalinya, hingga dua manusia di samping kanan dan kirinya itu sedikit terkejut.

Jasmine mentup mata, berusaha mengendalikan emosinya. Sedangkan dua kakak kelasnya itu masih terkejut dengan perlakuannya yang mungkin sedikit tidak sopan terhadap yang lebih tua. Namun sebuah suara yang datang tiba-tiba berhasil membuat mata Jasmine membuka.

"Guys, ikut gue." Itu suara Bagas.

Jasmine masih diam menatap kakak kelas yang belum ia ketahui namanya itu. Dan tanpa pikir panjang, Rey dan Fariz langsung mengikuti kawannya dengan wajah serius, meninggalkan Jasmine seorang diri. Baiklah. Jasmine menjadi bingung sekarang. Entah dirinya yang bodoh, atau memang kakak kelasnya yang banyak tingkah, ia sama sekali tidak mengerti. Tadi Jasmine diperebutkan, dan dengan mudahnya ia ditinggalkan begitu saja. Demi apapun, Jasmine benar-benar bingung sekarang.

Jasmine memutuskan untuk kembali ke halte, menyusul Mega yang ia yakin gadis itu masih di sana. Dan dugaannya benar. Melihat Jasmine, sebelah alis Mega terangkat. Kenapa kawannya bisa tiba-tiba muncul di hadapannya?

Jasmine mengehembuskan napas lega. Mega masih menatapnya bingung.

"Kok lo bali lagi? Kak Rey mana?" Mega bertanya seraya matanya menyapu ke sekeliling.

"Ceritanya panjang. Yang jelas, Kak Rey dan kawan-kawan lagi gak tau kemana. Kayaknya mereka balik lagi deh ke dalem."

"Kak Rey dan kawan-kawan maksudnya tuh Kak Faris sama Kak Bagas?"

"Kayaknya iya deh. Soalnya gue gak tau namanya."

Mega membelalakkan matanya, "Astaga! Ayo lo ikut gue." Mega menarik tangan Jasmine dan berlari kembali ke gedung sekolah.

Walaupun di halte masih agak sedikit ramai, ternyata gedung sekolah sudah sepi sekali. Ini hari Jumat, tidak ada ekstra kulikuler yang terjadwal hari ini. Bahkan ruang guru pun sudah sepi. Sementara itu, Jasmine mengikuti langkah kaki Mega yang entah menuju kemana, Jasmine masih belum terlalu hafal denah sekolah.

Mega lantas menghentikan larinya, disusul oleh Jasmine, dan tibalah mereka di belakang sekolah. Suasana nampak sangat mistis saat Jasmine pertama kali menginjakkan kakinya di sana. Jasmine sebenarnya takut, namun rasa penasaran mengalahkan rasa itu. Jasmine memegang ujung seragam Mega yang sudah berantakan akibat lari tadi. Deru nafas keduanya masih terdengar.

"Me, takut..."

"Diem." Mega berbisik, meletakkan jari telunjuknya di depan bibirnya.

Mereka bersembunyi di balik tembok. Semakin mereka melangkah, Jasmine semakin mendengar suara debuman keras berkali-kali. Walaupun ia sedikit gentar, namun langkah kakinya tetap mengikuti Mega. Hingga mereka tiba di dinding ujung, mereka dapat melihat dengan jelas apa yang sebenarnya terjadi.

Tiga orang yang membelakangi Jasmine dan Mega tengah memukuli satu orang yang sudah menggeletak tak berdaya di sana dengan tubuh yang sudah berdarah dan lebam sana-sini. Namun tanpa ampun, mereka tetap memukuli layaknya orang yang dipukuli itu bukanlah manusia.

Dan seketika itu juga tubuh Jasmine membeku. Lagi-lagi, wajah tantenya muncul lagi dalam memori kenangannya. Kenangan buruk. Inilah kejadian yang paling Jasmine hindari. Kejadian yang menyebabkan ia harus rela pindah jauh-jau ke Jakarta. Kejadian yang membuatnya trauma parah. Kejadian yang merenggut nyawa tantenya. Kejadian yang...

Tiba-tiba Jasmine menjerit histeris. Wajah hancur tantenya, mayat tantenya, polisi, mereka, semua kenangan buruk itu datang seolah memukuli otaknya bertubi-tubi seiring suara debuman keras yang ia dengar sekarang. Dan entah apa yang terjadi, Jasmine sudah ambruk ke tanah, menyisakan keheningan di belakang sekolah.

26 Juli 2019

***
Vote, kritik, dan saran sangat dibutuhkan💙

Sebenarnya Jasmine kenapa sih? Kok nyambungnya ke tante? Lalu, kenapa tiba-tiba Rey and the geng memukuli seseorang?

Forever LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang