Waktu sudah menunjukkan pukul 9 pagi, akan tetapi Krist belum kunjung pulang juga, hingga membuat New berjalan mondar-mandir seperti cacing yang tengah kepanasan dan Tay yang hanya bisa melihat itupun menggelengkan kepalanya, tidak habis pikir dengan kelakuan kekasihnya.
"New, jangan seperti itu."
"Aku tidak bisa tenang, nong Krist belum pulang juga dari semalam. Apa jangan-jangan dia di culik? Atau di sandera, bahkan di...."
"New cukup! Berhenti berpikiran buruk seperti itu."
"Apa aku harus berpikiran baik dengan keadaan yang seperti ini?"
Sungguh New tak habis pikir dengan Tay, haruskah Ia masih tenang ketika adik semata wayangnya tak pulang ke rumah dari kemarin. Entah Krist pergi kemana, sebab ponselnya mati dan sialnya anak kurang ajar itu tak mengabarinya, hingga New panik bukan main sekarang. Ingin sekali melaporkan masalah kehilangan ini kepada pihak berwajib, bahkan tangannya sudah gatal untuk memberitahu orang tua mereka.
"Siapa tahu saja dia bersama Singto atau temanya."
"Singto?" New terdiam sejenak lalu menggelengkan kepalanya, berharap jika Krist tidak bersama dengan pria itu, "aku berharap bukan bersama dengannya."
Namun, tidak lama kemudian, terdengarlah suara mobil yang berhenti tepat di depan rumahnya, mendengar suara mesin mobil itu Tay dan New dengan kompak mengintip ke arah jendela, terlihatlah di luar sana, ada Krist yang kini melambaikan tangannya ke arah mobil dan itu adalah mobil Singto.
Bibir New langsung mengerucut kesal dan menunggu Krist di balik pintunya, hingga pada saat Krist membuka pintu, lalu masuk kedalam rumahnya dengan cepat New menarik rambut Krist sambil memukuli lengan pria itu. Karena bisa-bisa berbuat hal seperti ini, padahal sadar jika kelakuannya itu membuat keluarganya khawatir.
"Phi New sakit, hentikan."
"Sakit? Rasakan saja itu. Astaga, kau bersama dengan pria itu lagi. Kau menginap di tempatnya, 'kan?"
"Iya."
"Kau dan dia, ya ampun. Bisa gila lama-lama jika aku seperti ini terus, sudah ku bilang dia bukan pria yang baik, tetapi kau tidak mendengarkan ku."
"Dia tidak seperti itu, Phi."
"Lalu seperti apa? Jika kau tahu seperti apa pria yang kau bela dan kau banggakan itu nantinya, kau pasti tidak akan pernah mau melihat wajah pria itu lagi."
"New sudah. Jangan emosi seperti itu."
Tay menyela ucapan New, sambil menjauhkan Krist dari New, karena kekasihnya itu terlihat seperti ingin menerkam Krist hidup-hidup. Persis seperti seorang ibu yang tahu jika anaknya melakukan hal yang tidak baik bersama seorang pria.
"Lebih baik kau masuk saja, biar aku yang mengurus kakakmu."
Dengan cepat Tay mengisyaratkan agar Krist melangkahkan kakinya untuk pergi dari sana dan Ia bisa meredakan emosi menggebu yang di rasakan kekasihnya pads sang Adik.
Mendengar hal itu Krist tanpa menyia-nyiakan kesempatan langsung berjalan masuk kedalam rumahnya dengan cepat, jika tidak kakaknya yang pemarah itu akan terus mengomelinya nantinya.
"Sabar, New. Jika kau bersikap seperti itu terus dia tidak akan mengeti, jadi percuma saja. Yang harus kita lakukan hanya mencari bukti, cuma itu. Karena jika kau seperti ini, Krist akan mengira karena kau tidak suka kekasihnya maka dari itu kau berbicara seperti ini dan dia tidak akan pernah percaya dengan perkataanmu."
Pria berkulit Tan tadi, mencoba untuk menenangkan kekasihnya, agar tidak terbakar emosi dan akhirnya memperumit masalah yang ada.
"Tetap saja aku kesal."
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Leave Me ( Krist x Singto Vers. )
Fanfiction[ Completed ] Bagaimana jika Kekasihmu tak sebaik yang kau kira? Warning! cerita ini mengandung unsur yaoi / boyslove / boyxboy.