[ 3 ]: Kenangan

3.4K 280 57
                                    

Krist yang kini tengah mendudukkan di atas tempat tidur, sambil membaca sebuah buku, tersenyum ke arah Mond yang kini menghampirinya. Entah, sejak berapa lama pria itu berada di ambang pintu dan menatapnya Krist tidak tahu.

Semenjak kakaknya pergi untuk suatu hal, yang tersisa di sini dan rela menjaganya hanya sepupunya itu. Orang tua Krist tinggal di luar negeri karena ada pekerjaan di sana, jadi tidak mungkin mereka menemaninya di sini, apalagi Krist belum memberitahukan pada siapapun tentang kejadian yang menimpanya, Krist harap sang Kakak bisa menghadapi segalanya, sebab hanya pria itu yang bisa Krist andalkan kini.

Mond melihat sang sepupu yang tengah melamun seperti tengah memikirkan sesuatu itu ragu-ragu untuk mendekati Krist, sebenarnya Mond tak mau ikut campur hanya saja dia terlanjur berjanji pada seseorang yang sulit untuk di tolaknya, bukan tanpa sebab karena pria tadi tidak tega jika melihat orang lain memohon padanya agar dirinya bantu dan hal itu yang membawanya ke sini.

Pria tadi mendudukkan dirinya di sisi tempat tidur Krist, menatap Krist dengan sedikit serba salah, meskipun ragu pria itu tetap menyerahkan selembar note kepada Krist dari seseorang yang tak sengaja Ia temui tadi.

"Apa ini?"

"Itu dari Nong Plustor."

Meskipun menjawabnya, Mond menundukkan kepalanya sambil mengigit bibir bawahnya sendiri terlalu takut atas reaksi Krist, tetapi tetap menuggu reaksi pria manis itu, saat dirinya menyebutkan nama pria yang kini terlibat masalah dengan saudaranya itu.

Raut wajah Krist yang tadinya senang, kini mulai berubah menjadi murung, "Untuk apa dia kesini?"

"Untuk menemuimu, tapi karena aku tahu jika kau tidak akan mau untuk menemuinya, jadi aku tidak membiarkannya untuk masuk."

Jelas Mond tak mau Krist salah paham padanya, takut jika pria itu mengira Mond ada di pihak yang salah.

"Iya, aku tidak mau menemuinya."

Dan walaupun Krist mengatakannya dengan wajah datar, tetapi pada wajahnya kini tersirat rasa terluka di dalamnya. Seolah ketika membicarakan pria itu ada sesuatu yang menggores hatinya.

"Di menitipkan itu dan menyuruhku untuk memberikannya kepadamu."

Di tunjuknya sebuah note berwarna biru yang di pegang oleh Krist sekarang, Mond juga tak tahu apa isinya, karena Ia tak berani membacanya, bukankah terlalu lancang jika membaca pesan yang bukan di tunjukkan padamu.

Sementara Krist hanya menggangukan kepalanya, lalu meremas kertas itu sambil melemparkannya ke ujung ruangan, tanpa membacanya sama sekali. Membuat Mond menatapnya dengan wajah bersalah sekarang, Ia sudah berjanji kepada Plustor untuk menyerahkannya kepada Krist dan memastikan supaya Krist membacanya. Namun, Mond tidak ada hak jika Krist tak menginginkan hal itu, ketenangan saudaranya lebih penting dari apapun.

Mond berjalan menuju ujung ruangan dan memungut kertas tadi, lalu membenarkannya supaya bisa untuk di baca, kemudian menyerahkannya kepada Krist lagi, ketika menyadari jika Krist terus menatap kertas yang sudah di buangnya tanda kalau sebenarnya Ia ingin tahu isi dari pesan yang di kirimkan oleh mantan temannya itu.

Bukannya Mond memuji saudaranya, akan tetapi Krist itu punya hati yang rapuh meskipun saat ini Ia tengah memperlihatkan pada semua orang, kalau Ia baik-baik saja, membangun benteng pertahanan tinggi agar orang lain tak dapat menembusnya, menyembunyikan luka hatinya serta rasa peduli berlebihan yang dirinya miliki.

"Bacalah itu, aku sudah berjanji supaya kau membacanya."

Dengan kesal Krist merebut kertas itu dari tangan Mond dan Krist memejamkan matanya sebentar, sebelum dengan ragu membaca isi pesan itu.

Don't Leave Me ( Krist x Singto Vers. )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang