"Hari ini Phi New akan pulang."
Ingatkan Mond yang tengah melihat Krist sibuk menatap jendela kaca yang berada di dalam kamarnya. Hingga pria manis itu menengokan kepalanya ke belakang untuk menatap sang Sepupu
"Iya. aku tahu, karena itu aku ingin menunggunya. Sudah lama aku tidak bertemu keduanya, aku rindu mereka."
Krist menyentuh embun yang menempel pada kaca. Baru saja hujan menimbulkan hawa dingin yang cukup menyengat pada permukaan kulit Krist.
"Kau tidak rindu aku."
Helaan nafas berat keluar dari mulut Krist, begitu mendengar ucapan tidak masuk akal Mond, "Aku bahkan hampir melihatmu setiap hari, jadi bagaimana aku bisa rindu? itu justru membuatku merasa bosan."
Mond menggoyangkan tubuh Krist gemas, sembari mengacak-ngacak surai sepupunya tadi hingga keadaan Krist menjadi berantakan.
"Tapi jika tidak ada aku. Kau akan rindu."
"Mungkin saja itu terjadi."
"Sudah waktunya untuk tidur siang, Pangeran."
Tangan Mond menarik kursi roda yang Krist duduki untuk mendekat ke arah tempat tidur, sebelum membopong tubuh pria tadi ke tempat ranjangnya dan membaringkan Krist di sana.
"Istirahatlah, nanti jika mereka sudah sampai aku akan membangunkanmu."
"Bisakah aku tidak melakukannya? Kenapa kau lebih cerewet daripada ibuku?"
"Selama Phi New pergi, aku di tugaskan untuk menjagamu dengan baik. Memastikan kau makan, beristirahat dan juga minum obat tepat waktu. Jika tidak Phi New marah."
Tentu saja, Krist yang mendengarnya kesal. Ia seperti tinggal di dalam tahanan, berserta Mond sebagai sipir penjaganya.
"Kau berlebihan."
"Aku ingin kau sembuh."
"Jika tidak bisa bagaimana?"
"Tidak apa-apa, masih ada aku dan Phi New yang bisa menjagamu. Lihatlah kakakmu ini akan menjagamu dengan baik nantinya."
Krist menundukkan kepalanya, merasa menjadi seseorang yang tidak berguna dan menyusahkan orang-orang di sekitarnya.
"Maaf, jika aku menyusahkanmu."
"Tidak ada kata seperti itu di antara saudarakan? Masalahmu adalah masalahku juga, begitupun dengan rasa sakit."
Di genggamnya tangan Krist mengisyaratkan jika Krist tak perlu merasa takut lagi, masih ada mereka yang masih peduli padanya. Walaupun keadaannya sekarang seperti ini, tidak seperti dulu lagi. Ini berat tetapi dengan cara begini bisa mendewasakan diri pria manis itu. Bukankah apa yang terjadi pada hidup itu harusnya di jadikan pelajaran bukan justru penyesalan, karena seberapa dirimu merasa menyesal itu takkan pernah bisa menggantikan waktu yang hilang.
Krist menggangukan kepalanya, lalu ingin memejamkan tetapi ketika merasakan sebuah pergerakan dari sampingnya membuat pria itu membuka matanya lagi, menatap Mond yang kini berbaring di sampingnya. Memeluk Krist dengan erat.
"Ada apa?"
"Aku ingin membicarakan tentang Singto. Aku tahu dia tidak pantas untuk di kasihani tapi nyatanya aku kasian padanya. Tidak bisakah kau memaafkannya?"
Bukannya Ia membela Singto, akan tetapi Mond tahu jika pria itu sudah menyesal. Ia menjadi saksi bagaimana Singto memperlakukan Krist tidak adil. Namun, ketika Krist sakit Ia selalu menemaninya setiap malam. Kadang Mond merasa kasian tetapi kadang juga merasa kesal, hanya saja tidak baik terlalu memendam dendam. Ia tak mau Krist menyimpan hal ini sampai nanti.
![](https://img.wattpad.com/cover/195686639-288-k530858.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Leave Me ( Krist x Singto Vers. )
Fanfiction[ Completed ] Bagaimana jika Kekasihmu tak sebaik yang kau kira? Warning! cerita ini mengandung unsur yaoi / boyslove / boyxboy.