Suara rintikan kini terdengar sangat jelas. Ketika derasnya hujan itu mulai membasahi salah satu jalanan di kota Bangkok, di tambah dengan angin kencang menerbangkan segalanya yang tengah dilewatinya begitu saja kini.
Di sebuah tempat asing, ada seseorang pria yang kini tengah berdiri sendirian dan menatap lurus ke dalam sebuah gerbang rumah, yang saat ini berada tepat di depannya dengan tatapan sedih.
Pria itu membiarkan setiap tetesan air hujan yang turun dengan derasnya menimpa tubuhnya begitu saja, membuat keadaannya kini menjadi basah kuyup, tetapi pria itu tetap berdiri disana tanpa bergeming sedikitpun, seolah mengisyaratkan betapa sangat menyesalnya ia pada perbuatan yang dirinya lakukan selama ini.
__________
Derap langkah kaki seseorang yang memasuki sebuah tempat, kini bergema ke setiap sudut ruangan yang tengah di masukinya. Ada sesosok pria berkulit Tan berjalan menuju ke arah balkon di kamar itu, di mana saat ini ada sesosok pria lain yang tengah mendudukkan diri pada sebuah kursi roda dengan tatapan mata lurus ke depan, menerawang jauh entah kemana.
Pria berkulit tan tersebut perlahan menyentuh bahu seseorang itu. Hingga pria lain tadi merasakan jika ada seseorang yang saat ini tengah ada di dekatnya. Reflek sosok yang duduk di kursi roda itu menengokan kepalanya ke samping, mendapati seseorang yang dia sayang kini menatapnya dengan sendu.
"Kau sedang apa?" Tanya pria berkulit Tan tadi dengan penuh selidik.
"Tidak." Jawab pria yang duduk di kursi roda itu, dengan menampilkan senyum simpulnya, seolah mengisyaratkan jika segalanya baik-baik saja baginya.
Pria berkulit Tan tadi menatap sosok manis tersebut dengan balas tersenyum kepadanya. Sungguh ia tahu meskipun sekarang pria yang berada tepat di depan matanya itu tengah tersenyum, tetapi sebenarnya di dalam hatinya saudaranya itu tidak tersenyum sama sekali. Pasti ada rasa sakit yang kini menguasainya.
"Kau ingin menemuinya?" Tanya pria berkulit Tan tersebut, sembari berjongkok ke arah saudaranya, menatap kedua manik hazel sosok di hadapannya itu dalam. Tidak mau sang Saudara berbohong.
"Tidak Ai'Mond." Jawab pria yang duduk di kursi roda itu, seraya menggelengkan kepalanya.
"Lalu kenapa kau menatap ke arah jendela terus menerus, Krist?" Tanya pria berkulit Tan yang ternyata bernama Mond itu.
"Aku hanya ingin tahu, sampai kapan dia bertahan di sana." Jawab Krist, sambil menatap ke arah luar ruangan.
Menatap seseorang yang kini berada di bawah guyuran hujan itu, tanpa berkedip sedikitpun. Tanpa ada rasa takut yang kini terpancar dari wajahnya.
"Apa kau tidak bisa menemui dia? Sudah hampir dua jam dia disana."
"Tidak, biarkan saja dia. Memang dia kira dengan berbuat seperti itu bisa membuatku akan memaafkannya."
"Apa sesakit itu, sampai kau tidak bisa memaafkannya?"
"Kau tidak tahu rasanya menjadi seperti aku, dia bukan hanya menyakitiku tetapi dia ... aku tidak bisa."
Krist menggelengkan kepalanya, mencoba mengenyahkan semua bayangan buruk yang selalu saja menyakitinya itu. Sesuatu yang menusuk hatinya semakin dalam begitu menatap wajah itu, sosok yang sudah menghancurkan segalanya, rasa kepercayaan dan juga hatinya.
"Tetapi setidaknya kau bisa menemui dia, kita bisa mendengarkan apa yang akan di katakan olehnya."
"Kau mau aku mendengar berapa banyak kebohongan lagi, yang keluar dari mulutnya?"
Bisa Mond lihat jika Krist kini menampilkan ekspresi terlukanya, hingga membuat saudaranya itu tak tega, sebenarnya dia juga tidak mau Krist memikirkan pria itu, jika segala akan semakin membuatnya sakit. Sementara Krist hanya diam, meneguhkan hatinya tidak mau lagi terperdaya dengan semuanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Leave Me ( Krist x Singto Vers. )
Fiksi Penggemar[ Completed ] Bagaimana jika Kekasihmu tak sebaik yang kau kira? Warning! cerita ini mengandung unsur yaoi / boyslove / boyxboy.