Wajah pria manis yang tengah berbaring di atas tempat tidurnya itu terlihat sangat gusar. Krist menatap ke arah langit-langit kamarnya, sembari menghela nafas beratnya. Terus memandang satu objek yang sama seolah-olah itu adalah hal yang paling menarik untuknya.
"Kenapa kau belum tidur?"
New yang berada di samping sang Adik sampai terganggu dengan apa yang Krist lakukan saat ini. Bagaimana tidak dari tadi Krist tak bisa diam, membuat New merasa kesal.
"Aku tidak mengantuk."
"Kau mau pergi ke kamar mandi? Haus? Lapar atau apa? Jika butuh sesuatu jangan diam saja."
Krist menatap New senjenak, sebelum menghela napas beratnya, "Phi aku ingin bertanya sesuatu, tolong jawab dengan jujur ya."
"Apa?"
"Apa phi Sing pernah menemuiku ketika aku tidak sadar?"
"Tidak."
"Apa yang aku lihat itu memang dia?"
"Tidak, yang bersamamu itu Mond. Tanya saja dia jika tidak percaya."
Mendengar hal itu wajah Krist langsung murung, sebab New membohonginya. Krist paling tidak suka di bohongi apapun alasanya, karena itu menyakitkan, selalu menempatkan Krist seperti orang bodoh yang tak tahu apa-apa.
"Kau bohong."
"Tidak, Krist. Sudahlah jangan berharap pada pria itu lagi. Dia tidak peduli padamu."
"Aku tahu jika Phi tidak jujur."
"Jangan mengeluarkan wajah seperti itu. Lagipula dia datang atau tidak tidak berpengaruh apapun untukmu."
"Tapi, phi tak perlu membohongiku."
Akhirnya New mengusak rambutnya frustrasi, mengalah pada sang Adik, "Iya, aku salah. Maafkan Phi ya. Phi melalukan ini agar kau tak sakit lagi."
"Aku tahu, terima kasih karena menyayangiku."
Tangan Krist melingkar pada perut New, hingga sang Kakak menyampingkan tubuhnya, menatap sang Adik yang masih terlihat gelisa. Gurat kebingungan kini tergambar jelas pada wajah manisnya.
"Kau mau apa?"
"Aku tidak mau apa-apa."
"Kau yakin?"
"Iya," Krist diam-diam melirik New ragu, "jika misalnya aku ingin bertemu Phi Sing, apa Phi New akan marah padaku?"
"Kau mau bertemu dia, eo?"
"Hanya mengucapkan salam perpisahan."
"Kemarin kau bilang jika...."
"Jika Phi New tidak menginginkannya aku tidak akan memintanya."
New menggenggam tangan Krist, "Berjanjilah pada Phi, ketika kau selesai menemuinya. Berhenti menangis lagi karena hal yang sama, jalani hidupmu dengan baik. Jangan hanya terpaku pada Singto. Apa kau bisa? Jika kau bisa melakukanya, Phi mengizinkanmu bertemu dia."
"Aku akan melakukannya."
"Kau boleh menemuinya, besok phi akan memintanya ke sini, kau bisa berbicara hanya berdua dengannya."
Cukup sampai di sini New melihat sang Adik seperti ini. Walaupun New tahu cinta itu tak bisa di paksakan. Namun, jika kau terus bertahan serta berpegangan pada akar pohon tua yang rapuh, akhirnya kau akan jatuh juga karena sesuatu yang rapuh tadi tak akan bisa menjamin segalanya.
Krist mengulum senyumannya seraya menggumamkan kata 'terima kasih' pada sang Kakak, sebab New sangat pengertian pada Krist. Selalu memikirkan apa yang membuat Krist bahagia dan selalu mengabaikan segalanya demi Ia.
![](https://img.wattpad.com/cover/195686639-288-k530858.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Leave Me ( Krist x Singto Vers. )
Fanfiction[ Completed ] Bagaimana jika Kekasihmu tak sebaik yang kau kira? Warning! cerita ini mengandung unsur yaoi / boyslove / boyxboy.