Chapter 12

18.7K 1.6K 19
                                    

Jungkook menghela nafas panjang. Ia baru saja sampai di kota kelahirannya, juga kota kelahiran putranya. Ah, mengingat itu saja sudah membuatnya berbunga. Namun, tak dapat ia pungkiri jika dirinya ntah kenapa sangat gugup sejak sampai tadi.

Ia pulang kerumahnya yang ada di Busan. Rumah itu diisi saat mereka liburan atau ada suatu urusan di Busan. Ia benar-benar pergi sendirian. Para sahabatnya meminta untuk ikut, namun ia menolaknya.

Biarkan kali ini ia melakukannya sendiri. Ia merasa sudah terlalu banyak menyusahkan orang lain, apa lagi Namjoon. Pria itu banyak membantunya hingga ia bisa berada di sini, di Busan untuk menemui dan menjemput orang yang selama ini ia cari. Membuat ia nyaris gila karena kalang kabut mencari keberadaanya.

Tapi sebelum itu, sebelum ia menemui Song Hyeran. Ia ingin menemui putranya dulu. Rasanya air mata nya ingin terus keluar saat ia mengingat jika ternyata ia sudah memiliki seorang pangeran kecil.

"Tuan muda, kita sampai."

Jungkook terbangun dari lamunannya saat mendengar kalimat dari supir yang mengantarnya. Ia melihat bangunan besar yang segitu familiar dimatanya. Ini rumahnya, lebih tepatnya rumah orang tuanya dulu saat mereka menetap di Busan, saat ia masih kecil.

Rumah ini kosong, hanya diisi para pelayan yang mengurus rumah ini. Mereka kemari jika hanya berlibur, atau memiliki beberapa urusan di sini. Sebelumnya ada neneknya yang mengisi rumah ini. Namun dua tahun setelah insiden ia membatalkan pernikahannya, nenek Jungkook meninggal.

Para pelayan di sana sangat senang dengan kedatangan Jungkook. Apa lagi dengan kabar jika Tuan muda mereka itu telah menemukan gadis yang di carinya.

Wajah Jungkook menggambarkan rasa lelah yang ketara, namun juga terlihat lebih lega. Mungkin karena apa yang ia cari telah ia temukan.

Tetap saja, meski sudah tahu dimana gadis yang ia cari selama ini. Belum tentu semuanya berjalan mudah seperti yang ia inginkan.

Matanya terus menatap langit-langit kamar yang sudah lama tidak ia singgahi. Para pekerja keluarganya merawat semuanya dengan baik disini. Ia harus istirahat sekarang, sore nanti ia akan pergi untuk melihat Song Hyeran. Hanya ingin melihat Hyeran pulang kerja dari dalam mobil. Ingin melihat secara langsung, seperti apa rupa wanitanya.

Haha, lucu sekali pikir Jungkook. Wanitanya? Belum tentu gadis itu mau menjadi wanitanya, walau faktanya putra Hyeran adalah putranya juga.

***

Jungkook menatap sendu dari dalam mobil gadis yang sedang berdiri di halte bus. Di tangannya juga sudah ada foto dengan wajah yang sama persis dengan gadis yang sedang berdiri menunggu bus itu.

Ia menghidupkan mesin mobilnya saat melihat gadis itu telah memasuki bus. Ia mengikuti laju bus itu dengan jarak yang tidak terlalu kentara jika ia sedang mengikuti.

Jungkook mengikuti Hyeran hingga kerumahnya. Seperti ada ribuan kupu-kupu didalam perutnya saat Jungkook melihat seorang anak laki-laki keluar dari rumah bersama seorang wanita lansia, anak laki-laki itu berlari kearah Hyeran dan memeluknya erat sambil tertawa. Menyambut kedatangan sang ibu tercinta.

Song Minjun, anak laki-laki itu adalah putranya. Sangat-sangat jelas, wajah Minjun sangat mirip dengannya. Tanpa sebuah tes DNA pun, semua tahu jika mereka ayah dan anak. Terlihat jelas, dari fisik ia dan putranya. Banyak kesamaan diantara mereka.

Jungkook masih di sana saat Hyeran dan Minjun telah kembali masuk ke dalam rumah. Terus menatap kearah rumah Hyeran, sambil termenung. Akankah ia berhasil membawa keduanya pulang? Mengapa rasanya sesak, saat membayangkan jika ia benar-benar gagal membawa keduanya.

Tidak! Tidak!

Jungkook tidak boleh menyerah apapun yang terjadi. Ia sudah sejauh ini dan sampai ke sini, ia tidak boleh menyerah begitu saja. Persetan dengan harga diri, ia akan bersujud meminta Hyeran dan Minjun pulang bersamanya. Apapun, asalkan mereka berdua mau ikut bersamanya.

Jungkook beralih menatap foto Minjun, ia ingat jika putranya itu lahir di tanggal dan bulan yang sama dengannya. Ingatannya kembali kemasa lalu, mengingat malam di mana ia mendengar suara tangis bayi yang begitu jelas ditelinganya. Dan malam itu juga saat ulang tahunnya.

"Aku rasa, aku memang tak salah dengar. Pangeran kecil ini ingin memberi tahu ayahnya jika ia telah lahir..." lirihnya.

Tangannya mengusap matanya yang telah basah karena air mata.

***

"Sayang." Panggil Jisung pada Chaeyeon.

"Apa?" Gadis itu menghampiri Jisung yang sedang menatap keluar jendela.

"Lihat mobil itu, selama empat hari ini aku terus melihat mobil itu selalu terparkir disana. Dan pergi entah kapan, tiba-tiba saja sudah tidak ada. Selalu seperti itu. Kau tahu itu mobil siapa? Aku bertanya pada nenek Cha, dia juga bilang tidak tahu."

"Ntahlah, aku tidak tahu. Kenapa tidak menunggu saja, kita lihat siapa pemiliknya."

"Ah, benar juga." Jisung menerima usulan tunangannya itu.

Tidak berapa lama mereka menunggu, tiba-tiba mobil itu menyala membuat mereka terkejut. Mobil itu menyala saat tak ada yang masuk kedalamnya, berarti pemiliknya sejak tadi ada di dalam mobil. Kening mereka berdua berkerut saat kaca mobil turun menampakan seorang pria yang wajah tidak terlihat jelas karena memakai topi hitam dan masker. Itu hanya berjalan sebentar, mobil itu berjalan melaju menjauhi lingkungan itu seiring kaca mobil yang kembali tertutup.

"Mencurigakan..." Jisung menoleh saat mendengar suara pelan Chaeyeon.

"Benar, mencurigakan. Pria itu melihat kearah rumah Ran Noona. Apa tujuannya? Dia stalker? Atau orang jahat? Kita harus pastikan, belum lagi mobil yang ia kendarai bukan mobil yang bisa di beli sembarang orang. Mobil itu cukup mahal bahkan untuk ukuran para pengusaha." Chaeyeon menganggukkan kepalanya menyetujui ucapa Jisung.

"Kita lihat selama beberap hari kedepan, apa ia akan berbuat hal aneh lainnya selain mengamati rumah Ran Noona."

***

Jungkook menghela nafas ia benar-benar lelah selama empat hari ini. Terus memantau semua kegiatan Minjun dan Hyeran, hinga seringkali ia tertidur di dalam mobil saat menunggu aktifitas keduanya selesai. Dan itu membuat badannya terasa sakit.

"Tuan muda, anda butuh sesuatu?" Jungkook menggeleng pelan. Ia baru saja sampai di rumah pada pukul delapan.

"Tidak, aku hanya ingin istirahat. Bibi kembali saja kekamar bibi, aku baik-baik saja."

"Tuan muda yakin?" Jungkook tersenyum, lalu mengangguk pada pelayan paruh baya itu.

Setelah itu Jungkook naik menuju kamarnya. Merebahkan tubuhnya diatas ranjang. Badannya terasa sangat pegal, selama empat hari ini ia terlalu memaksakan diri mengikuti Hyeran dan Minjun.

Besok ia akan pergi kesekolah Minjun. Pertama-tama ia harus bicara pada putranya. Entah apa reaksi Minjun besok, baik atau buruk. Ia harus siap dengan itu.

Matanya benar-benar sudah tidak kuat untuk tetap terbuka, Jungkook terlelap semua rasa lelahnya selama empat hari ini.

_Tbc_

Oke ini dulu, mungkin nanti nyusul 1 atau 2 Chapter selajutnya.

Kalau mood Bagus banget 2 part, jadi triple up. Dan kalau mood tengah-tengah Next 1 part, jadi cuma double up hahah...

Moga suka 💜💜💜

Accident ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang