part 4

36.6K 316 10
                                    

Pagi itu Atun bangun lebih siang dari biasanya. Tidurnya sungguh lelap, hingga tidak menyadari anak-anaknya tidur dimana. Ada perasaan bahagia menggelayut di hatinya. Atun tak tahu kenapa. Yang Atun tahu, saat dia mengingat peristiwa semalam, dia merasakan getaran-getaran halus yang membuatnya seakan ingin mengulang kembali peristiwa semalam. Tapi sepertinya hal itu tidak akan terulang lagi. Ah,, lamunan Atun buyar saat dia mendengar anaknya menangis. Atun bergegas mencari anaknya yang mungkin sedang haus atau lapar.

Hari ini adalah hari Minggu. Joko duduk santai menikmati rokok, segelas kopi, dan ada pula sepiring singkong goreng yang masih hangat buatan Atun dihadapannya.
"Atun, aku mencintaimu. Kamu istri yang hebat." Joko menggumam lirih sambil tersenyum.

Atun telah selesai memasak sedari tadi. Anak-anak pun telah dimandikan. Atun melanjutkan beres-beres rumah, menyapu, cuci piring, lalu lanjut mandi sambil mencuci baju.

"Tun, buruan dandan sana, Mas mau ajak kalian ke pasar!" Perintah Joko saat Atun selesai menjemur baju.

"Mau beli apa Mas? Kita kan ga punya uang. Gaji Mas kemarin saja udah habis buat bayar hutang ke Yu Parmi tadi." Atun sedikit menggerutu.

"Kemarin pak Tejo ngasih uang sama Mas, katanya Atun disuruh beli baju baru sama parfum gitu. Dikasih banyak, sisanya suruh buat beliin baju anak-anak." Joko memberi penjelasan.

"Kenapa pak Tejo nyuruh Atun beli baju dan parfum?" Atun keheranan.

"Ya biar besok kalau pak Tejo datang kesini lagi bisa lihat Atun tampil beda dan wangi." kata Joko.

"Bukankah Mas bilang Atun cuma cukup melayani kemarin saja?" Atun semakin heran.

"Maaf, Tun. Kemarin mas belum sempat bilang sama Atun kalau perjanjiannya selama sebulan, pak Tejo akan mampir kesini tiap Senin, Rabu sama Sabtu. Mas kemarin kacau pikirannya, jadi tanpa pikir panjang Mas terima perjanjiannya asalkan Mas dapat uang saat itu juga." Joko memberi Atun penjelasan.

"Tapi Mas, Atun kan belum bilang mau, Atun cuma mau kemarin malam saja karena terpaksa pak Tejo sudah datang." Atun gemetaran menahan emosi. Atun sebenarnya merasakan dilema, nafsunya mengatakan ingin lagi tapi hati kecilnya melarang. Meski Atun tak pernah sholat, tapi Atun tahu perbuatan seperti itu dosa besar.

"Ayolah Tun, coba kamu lihat uang ini. Dengan uang ini kamu bisa beli baju mana yang kamu suka, baju untuk anak-anak juga bisa. Kalau seperti ini terus hidup kita pasti lebih baik. Tak perlu lagi kita dihina orang karena berhutang." Joko berkata sambil menunjukkan beberapa lembar uang 50ribuan di tangannya.

Atun tergoda, sungguh bahagianya hidup jika punya banyak uang. Kemiskinan harta dan kemiskinan iman membuat Atun lupa akan Tuhan dan dosa. Atun dibutakan oleh cinta,nafsu dan uang.

Di pasar Atun berhenti pada lapak penjual baju, seperti mimpi Atun bisa memegang baju-baju berbau pabrik itu. Selama ini Atun hanya bisa membeli baju setahun sekali saat lebaran, itu pun dari uang pemberian zakat maal warga kampungnya. Baju-baju harian yang Atun pakai selama ini dia dapatkan dari lungsuran baju-baju tetangganya yang sudah tidak mereka pakai.

Lelah sudah Atun berkeliling pasar, anak-anak pun mulai rewel karena hari semakin siang. Maklum, belanja di pasar tradisional beratapkan seng yang panas, tidak ada AC seperti di mall dan supermarket. Atun tersenyum senang melihat plastik kresek yang berisi baju dia dan anak-anak, mainan anak-anak dan beberapa kosmetik baru serta sebotol kecil parfum.

"Ternyata seperti ini rasanya punya uang." kata Atun pada suaminya.

Joko tersenyum, Joko senang melihat anak istrinya senang.

Ya,,, Atun sudah masuk dalam lingkar setan. Atun terjerat dalam nafsu dan keterpaksaan. Keterpaksaan yang semakin lama semakin Atun sukai. Tiada lagi beban mental yang Atun pendam. Atun merasa sangat bahagia, Atun bisa membeli apa saja yang dia inginkan cukup dengan merayu dan melayani pak Tejo, sang mandor bertubuh kekar yang bisa sangat memanjakan Atun.

Atun senang,, setiap malam dia bisa terpuaskan. Senin, Rabu dan Sabtu dia melayani pak Tejo. Selasa, Kamis, Jumat dan Minggu dia dilayani Joko.

Bajunya pun kini modis2, rambutnya disemir pirang, kacamata hitam telah mampu Atun beli juga. Celana jeans ala ABG jaman now pun dia punya cukup banyak.

Sesekali pak Tejo mengajak Atun 'main' di losmen melati dekat pantai, yang berjarak sekitar 45 menit dari rumah Atun. Joko akan mengantarkan Atun ke losmen, lalu meninggalkan Atun disana karena pak Tejo telah menunggu di dalam kamar.
Anak-anak Atun bagaimana? Tentu saja itu tugas Joko untuk momong anak-anaknya di pantai selagi Atun 'bekerja'.

Sudah 4 tahun Atun menjalani kehidupan seperti itu. Atun menikmatinya, Joko pun ikut menikmati. Tanpa ada yang tahu. Selain Atun, Joko, pak Tejo, Supri dan juga Tuhan.

Tetangga? Rumah Atun lumayan jauh dari tetangga. Berbeda dengan rumah di kota yang berdempet-dempetan. Rumah Atun pun sudah biasa menjadi tempat berkumpul teman-teman Joko. Siapa yang akan curiga? Apalagi jika ada lelaki-lelaki lain datang ke rumah Atun, pasti ada Joko juga di rumah itu, orang-orang tidak mungkin akan berpikiran seburuk itu.

Jikalau Atun keluar rumah dengan berdandan ala ABG pun pasti ada Joko dan anak-anak yang ikut. Mana mungkin ada orang yang akan berpikiran negatif tentang mereka. Bisik-bisik tetangga pun hanya sebatas mengomentari perubahan penampilan Atun dari seorang ibu rumah tangga yang pemalu dan sederhana menjadi seorang wanita yang seksi dan modis.

Atun dan Joko tak pernah berpikir, bahwa anak-anak mereka semakin besar. Si sulung sudah SD dan anak kedua pun sudah mulai TK. Mereka tak pernah mau tahu apa yang anak mereka tahu. Mereka menganggap anak mereka masih 'polos'.

Apakah Atun pernah hamil selama berhubungan dengan 2 lelaki, suaminya dan pak Tejo? Belum pernah, karena Atun rutin diantar Joko ke bidan untuk suntik KB 3 bulanan. Jika tidak seperti itu 'berbahaya', karena pak Tejo tidak pernah mau memakai pengaman.

Namun,, kehidupan Atun berubah drastis setelah itu.

Apa yang terjadi pada Atun?
Bagaimana nasib Atun dan Joko selanjutnya?
Akankah Atun dan Joko mulai sadar perbuatan dosa mereka?

ISTRI YANG DIJUAL (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang