part 11

12.3K 151 4
                                    

Berbulan-bulan Atun menahan sakitnya sendiri. Sakit yang membuat satu per satu lelaki hidung belang langganannya tak pernah lagi mengunjunginya. Atun sepi job. Bahkan suaminya sendiri pun, si Joko, enggan memakainya. Joko sesekali 'jajan' di luar, tentu saja tanpa sepengetahuan Atun.

Atun memutuskan untuk berobat ke bidan karena semakin hari dia semakin tidak kuat lagi. Anjuran bidan agar Atun konsultasi ke dokter spesialis penyakit kulit dan kelamin tak pernah dihiraukan. Atun hanya meminta obat dari bidan saja.

Saat itu, nasib baik menghampiri Joko. Dia mendapatkan tawaran menjadi pekerja bangunan di sebuah proyek besar. Upahnya tentu jauh lebih banyak dari biasanya, namun Joko hanya bisa pulang sebulan sekali. Tanpa perlu pikir panjang Joko langsung menerimanya, kapan lagi ada kesempatan besar seperti ini, pikir Joko. Apalagi kontraknya selama 3 tahun.

Sejak Joko bekerja di proyek itu, otomatis Atun berhenti bekerja. Ini kesempatan untuk mengobati sakitnya, karena bidan meminta Atun 'puasa' total dulu selama proses pengobatan.
Suaminya pun pulang sebulan sekali, dan Atun tak tahu mengapa setiap pulang Joko tak pernah meminta jatah. Atun pikir mungkin karena Joko tahu istrinya sedang masa pengobatan. Padahal kenyataannya Joko sudah 'jajan' disana.

Agus saat ini sudah kelas 2 SMK. Sekolah tempat Agus menuntut ilmu dikenal dengan sekolah anak-anak buangan, alias anak-anak yang nilainya buruk dan nakal yang tidak diterima di sekolah favorit. Tak heran, semakin buruklah perilaku Agus mendapat teman di lingkungan sekolah yang tak beda jauh darinya. Merokok, membolos, tawuran, berkelahi dan mabuk sepertinya hal yang biasa untuk Agus dan teman-temannya.
Sungguh sangat disayangkan, wajah rupawan Agus berbanding terbalik dengan kelakuannya. Apalagi tak pernah ada perhatian dan pengawasan dari orangtuanya.

Suatu hari, cobaan (atau mungkin karma) menghampiri keluarga Joko dan Atun lagi. Agus telah menghamili teman sekolahnya yang sudah 10 bulan dia pacari. Keluarga anak perempuan itu menuntut pertanggungjawaban dari Agus. Terpukul sangat hati Atun, tidak pernah menyangka kemalangan ini menimpa keluarganya. Susah payah Atun mencari uang untuk menyekolahkan anaknya, tapi sekarang Agus dikeluarkan dari sekolah karena pihak sekolah mendapat laporan bahwa Agus menghamili temannya.

Ibu mana yang sampai hati melihat masa depan anak lelaki yang akan dibanggakannya kelak hancur di tengah jalan? Bahkan seekor induk harimau pun tak akan tega memakan anaknya sendiri.

Atun sudah berusaha meminta perdamaian dari keluarga Nella, pacar Agus. Dia memohon agar jangan melaporkan masalah ini, Atun pun berjanji akan menikahkan Agus dengan Nella. Tapi Atun ingin agar Agus lulus sekolah dahulu, hanya butuh waktu setahun lagi, kalau sudah mendapat ijazah SMK pasti nanti Agus bisa mendapatkan pekerjaan yang bagus.

Namun keluarga Nella menolak. Mereka tak mau hanya anak mereka yang akan dikeluarkan dari sekolah dan menanggung malu sendirian. Agus harus menerima akibat dari perbuatan kotornya.

"Mas, minggu depan Agus jadi menikah. Hanya acara ijab saja di KUA. Mas bisa pulang lagi kan? Temani aku, Mas. Ak tak sanggup melewati ini sendirian." Atun menangis.

"Iya, akan Mas usahakan." Joko tak kalah kalut. Tak pernah Joko membayangkan anak sulungnya akan putus sekolah dan terpaksa menikah di usianya yang baru 17 tahun. Joko emosi, memaki-maki anak lelakinya, bahkan sempat hendak melayangkan pukulan pada Agus, sebelum akhirnya ditahan oleh Atun.

"Dasar anak tak tahu diuntung!! Puas kamu bikin susah orangtua? Susah-susah orangtuamu cari uang untuk bayar sekolahmu, bisa-bisanya kamu malah sampai dikeluarkan dari sekolah! Sok-sok an mau kasih makan anak orang, duit jajan kamu aja masih nodong orangtua. Dasar anak brandal!!" maki-maki Joko pada Agus.

Joko tak pernah menyadari, bahwa Joko punya andil yang besar dalam pembentukan karakter dan kepribadian anaknya. Joko sungguh orangtua yang egois, malu dan marah saat anaknya berbuat salah, namun tidak mau introspeksi dirinya sendiri sudah layakkah dia disebut seorang bapak. Joko lupa jika selama ini tak pernah memberikan kasih sayang layaknya seorang bapak kepada anaknya, dia berpikir tugasnya hanya bagaimana caranya anaknya tetap bisa makan dan sekolah.

Agus hanya diam mendengarkan omelan dan makian bapaknya. Tak ada rasa penyesalan sedikitpun di hati Agus. Bahkan mendengar isak tangis ibunya pun hatinya masih dingin. Agus merasa tidak ada gunanya jika dia harus terus menerus larut dalam penyesalan, cengeng. Semua sudah terjadi. Agus siap mempertanggungjawabkan perbuatannya. Dia dan Nella pun saling mencintai. Tak masalah jika harus menikah sekarang.

Begitulah Agus, anak yang tak pernah menangis meski saat menginjak baligh sering dipukuli bapaknya. Seakan dia sudah kebal pada semua perlakuan buruk bapaknya. Kata kasar dan makian sudah seperti makanannya sehari-hari. Bahkan saat dia tahu ibunya dipukuli bapaknya hingga ibunya terjatuh dan menangis, tak sedikitpun hati Agus merasa sedih. Sejujurnya Agus muak dengan keluarganya. Keluarga yang tak pernah memperhatikannya. Saat dia menangis karena diejek dan dinakali teman-temannya waktu masih kecil, orangtuanya tidak pernah peduli. Malah akan memarahi Agus jika Agus menangis pulang dari bermain. Terus menerus Agus harus menahan sendiri setiap amarah, kesedihan, kekecewaan, bahkan kebahagiaannya. Saat dia mencari perhatian orangtuanya dengan kelakuan buruknya di sekolah pun tetap saja orangtuanya tak mau memperdulikan perasaannya. Hanya amarah dan pukulan yang dia terima, padahal Agus hanya ingin peluk dan belaian dari orangtuanya, menanyakan mengapa Agus berbuat seperti itu.

Hati Agus seakan mati. Hingga akhirnya dia bertemu dengan Nella, gadis manis yang sangat perhatian padanya. Gadis yang mampu memberikan kehangatan jiwa raga untuknya. Agus menemukan sosok seorang ibu dan sekaligus seorang bapak dalam diri Nella. Di pelukan Nella, Agus bisa mencurahkan segala isi hatinya, bahkan untuk pertama kalinya Agus mampu menangis lagi karena Nella setelah sekian lama dia tak pernah tahu seperti apa rasanya sakit dan menangis.

Pernikahan Agus dan Nella berlangsung sederhana di kantor KUA kecamatan. Tidak ada acara resepsi. Keluarga Nella terlanjur malu, anak perempuannya menikah di usia sangat muda karena hamil duluan.

Agus mulai memiliki rasa tanggungjawab, dia berjanji akan berubah lebih baik agar bisa menjadi suami yang baik untuk Nella, dan ayah yang baik untuk anaknya kelak. Agus tinggal di rumah mertuanya, karena Nella tidak diperbolehkan untuk tinggal di rumah orangtua Agus. Lagipula rumah sempit Agus tak akan cukup untuk menampung Nella.
Agus mencari kerja demi keluarga kecilnya, bersyukur Agus memiliki keluarga mertua yang bisa menerimanya apa adanya. Agus pun sedikit demi sedikit mulai mengenal agama di keluarga Nella. Meskipun keluarga Nella bukan keluarga yang Islami, namun sholat tak pernah mereka tinggalkan, tak pernah Agus mendengar kata-kata kasar, makian dan pertengkaran di keluarga ini. Pantas saja Nella menjadi gadis yang baik dan lembut, ternyata memang seperti ini kehidupannya sehari-hari di rumah. Agus menyesal, sungguh menyesal telah membuat Nella tergoda bujuk rayu setannya. Agus sadar, cinta harusnya menjaga bukan merusaknya. Pelan hidayah itu menyapa Agus. Agus berjanji, dia harus bisa secepatnya mendapat pekerjaan. Agus berjanji tidak akan pernah membuat Nella dan keluarganya kecewa lagi padanya.

--------------------------------------------------------------

Atun mulai menyalahkan dirinya atas aib yang terjadi pada anaknya. Dia merasa gagal menjadi seorang ibu. Seharusnya dari dulu Atun menyadari kebodohannya yang hanya mementingkan dirinya sendiri. Keegoisan yang membuat anaknya menjauh darinya. Atun menangis, Atun rindu anaknya. Ingin memeluk anaknya yang tak pernah dia lakukan dahulu. Andai saja waktu bisa terulang, Atun ingin merajut kembali benang-benang kasih antara dia dan anaknya yang telah terputus dan rapuh. Atun ingin menyayangi anaknya sepenuh hati, seperti dia ingin juga disayangi anaknya. Andai......... Ah, nasi sudah menjadi bubur, kini Atun tidak ingin 'kecolongan' lagi. Dia masih memiliki 2 orang anak yang bisa dia peluk. Edi, anak keduanya yang sekarang sudah kelas 3 SMP. Jangan sampai dia seperti kakaknya. Dia juga punya Sinta, anak perempuan satu-satunya. Meskipun Atun tak pernah tahu siapa bapak kandung Sinta, tapi Sinta adalah anak kandungnya, yang sampai kapanpun akan jadi anak bungsunya.

Rupanya kebahagiaan belum juga menghampiri Atun. Justru kemalangan yang masih saja rajin menyapanya. Lagi-lagi, berita buruk Atun terima.. Dunia seakan hancur. Gelap........

ISTRI YANG DIJUAL (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang