Edi sudah dipindah ke bangsal rawat inap, sambil menunggu jadwal operasi setelah selesai penanganannya di UGD. Dokter meminta Joko dan Atun untuk menandatangani beberapa berkas persetujuan operasi.
"Pak, ini lukanya cukup serius, akan tetapi Bapak tidak perlu khawatir, organ penting pasien Edi ini masih bagus. Jadi insyaALLAH dengan menjalani 2 kali operasi saja sudah cukup. Nanti tinggal menunggu masa penyembuhan sekitar 8 bulan, jika dalam masa itu tulang sudah bagus maka baru akan dilakukan operasi lepas pen lagi. Namun, saat ini tindakan operasi harus secepatnya dilakukan, agar tidak terjadi infeksi dan komplikasi pada pasien. Bagaimana? Apakah Bapak dan Ibu setuju dengan operasi ini?" Dokter menjelaskan pada Joko.
" Iya, Dok. Kami setuju. Minta tolong lakukan yang terbaik untuk anak kami ya, Dok.. " Pinta Joko sedih.
" Baiklah, ini ada beberapa data pasien yang perlu diisi, nanti biar perawat ini yang akan membantu Bapak. Oiya, bolehkan saya tau untuk biaya nanti dicover Jasa Raharja atau BPJS ya?" Tanya Dokter lagi.
"Waduh, saya kurang tahu masalah itu Dok." Joko kebingungan.
"Baiklah, coba Bapak tanyakan dulu pada polisi yang saat ini masih menunggu disini. Nanti Bapak bisa kembali lagi ke ruangan saya." Saran Dokter.
" Baiklah, Dok. Kami permisi dulu sebentar." Bergegas Joko kembali menemui polisi yang mengantarkan Edi ke rumah sakit. Joko pun segera menanyakan apakah Edi bisa mendapat asuransi dari Jasa Raharja.
" Begini ya, Pak. Jadi menurut beberapa saksi mata dan hasil pemeriksaan di lokasi, saudara Edi dan temannya ini mengalami kecelakaan tunggal. Laporan yang kami terima motor mereka melaju dengan cepat, pada saat berada di jalan turun dan menikung, tiba-tiba motor oleng dan mereka menabrak pembatas jalan lalu terpelanting ke aspal. Teman Edi yang mengendarai motor juga dibawa kesini, namun kondisinya lebih baik daripada Edi, temannya hanya patah tulang tangan dan beberapa luka robek ringan." Polisi menjelaskan kronologi kecelakaan yang menimpa Edi.
"Karena ini kecelakaan tunggal, jadi tidak akan mendapatkan asuransi dari Jasa Raharja. Namun, Bapak tidak perlu khawatir. Jika Edi memiliki BPJS maka BPJS akan menanggung semua biaya Edi. Nanti Bapak tinggal minta surat penolakan asuransi dari Jasa Raharja karena termasuk kecelakaan tunggal dan ini surat laporan kepolisian sudah kami buatkan." Lanjut polisi tersebut.
Joko mengangguk-angguk pelan. Setelah polisi itu berpamitan karena harus kembali ke kantor, Joko bergegas kembali menemui dokter yang menangani Edi tadi.
" Dok, kata bapak polisi tadi kami tidak akan menerima apa-apa dari Jasa Raharja karena ini ternyata kecelakaan tunggal. Tapi bisa memakai BPJS." Joko langsung menjelaskan pada dokter itu.
" Baiklah kalau begitu, pasien sudah memiliki BPJS ya? Nanti Bapak akan kami jelaskan prosedurnya jika memakai BPJS." kata dokter.
" Anu, Dok.. Masalahnya kami tidak pernah mengurus BPJS. Bagaimana ini ya, Dokter?" Joko kebingungan.
" Aduh, begitu ya. Sangat disayangkan Bapak tidak mengurus kartu BPJS, padahal itu penting sekali, Pak. Begini saja, Bapak bisa mengurus dulu BPJS nya, namun karena semua kantor jam segini sudah tutup, jadi Bapak bisa mengurusnya besok pagi. Semoga saja tidak ada masalah pada pasien jadi operasi bisa kami tunda sampai lusa." Dokter memberi saran pada Joko.
"Baiklah, Dok. Saya akan urus besok pagi. Terima kasih banyak, Dok." kata Joko.
------------------------------------------------------------
Malam itu, jam visit dokter. Edi mulai diperiksa. Edi mengeluh kakinya sakit, sesak nafas dan mulai demam. Ternyata ada masalah, kaki Edi menunjukkan tanda-tanda infeksi. Harus secepatnya dioperasi. Jika tidak maka akan berbahaya dan bisa mengakibatkan kaki membusuk lalu amputasi. Dan patahan tulang rusuknya sedikit melukai paru-paru, sehingga terjadi perdarahan dalam yang harus segera ditangani.
Joko dan Atun tak tahu harus bagaimana. Tidak punya uang, belum bisa mengurus BPJS sedangkan kondisi anaknya seperti itu.
" Pak, besok pagi jam 5 kami harus segera melakukan tindakan operasi pada Edi. Apakah Bapak setuju?" tanya dokter membuyarkan lamunan Joko diantara isak tangis Atun.
" Tapi saat ini kami tidak bawa uang, Dok. Bagaimana ini?" Joko gusar.
" Operasi dengan biaya mandiri berbeda dengan BPJS, Pak. Jadi kalau mandiri maka seluruh biaya bisa ditangguhkan pembayarannya sampai pasien hendak keluar dari rumah sakit. Nanti saat pasien sudah boleh pulang, Bapak akan mendapatkan tagihan biaya tindakan, obat dan rawat inap. Bisa juga Bapak cicil mulai besok agar tagihan akhir tidak terlalu besar." kata dokter.
" Kira-kira berapa biaya yang perlu kami siapkan, Dok?" Joko memberanikan diri bertanya.
" Untuk pastinya saya kurang tahu. Namun kisaran untuk biaya operasi mungkin 25jutaan, belum biaya rawat inap, obat dan kamar. Bapak siapkan saja uang sekitar 35 juta. Agar lebih murah minta saja kamar kelas 3 pasca operasi nanti."
Joko terdiam, darimana uang sebanyak itu akan dia dapatkan. Namun Joko tak ingin hal buruk terjadi pada Edi gara-gara telat operasi.
" Baiklah, Dok. Saya setuju." Kata Joko mantabkan hati.
" Baik, Pak. Kami akan persiapkan operasi besok pagi pukul 5. Malam ini tolong pasien puasa makan dan minum mulai pukul 12 malam ya. Perawat kami akan pantau terus kondisi pasien. Kalau ada apa-apa tolong segera infokan pada pasien. Dan ini beberapa data yang harus Bapak isi, nanti biar dibantu perawat." kata dokter.
--------------------------------------------------------------
Operasi berjalan lancar. Butuh waktu 3-4 bulan untuk proses penyembuhan. Edi tidak boleh berjalan dengan kaki yang sakit, dan tidak boleh beraktifitas berat.
Seminggu setelah operasi, kondisi Edi mulai membaik. Atun sangat bersyukur. Namun, dia tahu suaminya sedang kesusahan memikirkan semua biaya pengobatan Edi. Atun menemui Joko yang sedang duduk merenung di taman dekat bangsal rawat inap Edi.
" Mas, darimana uang segitu banyak?" Atun menangis lagi.
" Tun, kita gadaikan saja tanah dan rumah kita. Cuma itu yang bisa kita lakukan." kata Joko pelan.
Atun terisak, tidak tahu harus jawab iya atau tidak.
" Tenang saja, besok Mas akan kerja lebih giat lagi, kalau perlu lembur tiap malam. Semoga usaha lele kita juga bisa berjalan baik. Jadi kita bisa cicil hutang kita." Joko seakan tahu keraguan Atun.
Atun pun hanya bisa mengangguk pelan. Atun dan Joko saling berpelukan, mereka tak sanggup menahan air mata yang jatuh, namun mereka harus tetap saling menguatkan. Semoga semua kemalangan ini segera berakhir.
Keesokan harinya Joko mengurus ke pegadaian. Semua prosedur pegadaian telah ia jalankan. Uang 40 juta sudah ditangan. Joko senang, karena 2 hari lagi rencananya Edi sudah diperbolehkan pulang.
Atun mulai mengemasi barang-barang mereka, bersiap-siap jika dokter nanti mengijinkan Edi pulang.
Siang itu, dokter telah memeriksa Edi. Hasil pemeriksaan bagus. Lalu dokter pun mengijinkan Edi pulang hari ini, tentu saja setelah mereka menyelesaikan segala macam administrasinya. Dokter juga menjelaskan tentang obat, perawatan, jadwal kontrol dan terapi. Atun mendengarkan dokter itu dengan baik agar benar-benar paham.Joko segera menuju kasir untuk membayar semua tagihannya. Total 37 juta yang harus dibayarkan Joko. Setelah melunasi semua dan menebus obat, mereka pun pulang dengan menyewa taksi dari rumah sakit menuju rumah mereka.
-------------------------------------------------------------
Apakah Joko nanti akan sanggup melunasi hutangnya ke pegadaian? Ataukah rumahnya harus disita? Apa yang akan terjadi pada Atun dan Joko? Akankan mereka kembali hitam demi membayar cicilan?
KAMU SEDANG MEMBACA
ISTRI YANG DIJUAL (TAMAT)
General FictionMenceritakan tentang Atun, seorang istri yang dijual oleh suaminya sendiri.