part 9

15.7K 186 9
                                    

Sejak kepergian bapaknya, Joko mengalami tekanan batin yang kuat. Penyesalan tak kunjung habis dia rasakan. Selama bapaknya opname di rumah sakit, Joko tak pernah sekali pun berani menemui bapaknya ke dalam ruangan ICU. Kalaupun menjenguk, maka Joko hanya memandang dari luar ruangan melalui dinding kaca. Tak disangka, dia akan menemui bapaknya dalam kondisi bapaknya sudah terbujur kaku dalam balutan kain putih. Tak pernah mengantarkan bapaknya ke rumah sakit, namun justru malah harus mengantarkan bapaknya ke liang lahat.

Dalam kesehariaannya, Joko menjadi semakin banyak melamun, waktunya di rumah dia habiskan untuk merokok dan tidur. Joko semakin mudah emosi dan kasar pada Atun. Bahkan anak-anak Joko sering menjadi sasaran kemarahan Joko. Kebiasaan minum-minumnya semakin parah. Pertengkaran demi pertengkaran tak pernah bisa dihindari. Tak jarang pula tangan Joko melayang di pipi Atun, dan tubuh anak-anaknya. Atun lelah menghadapi sikap kasar dan dingin Joko. Atun rindu Joko yang dulu.

Konflik rumah tangga semakin memuncak, perekonomian yang amburadul, tak pernah ada ketenangan dalam rumah tangganya. Hampir-hampir saja Atun menyerah. Namun dia menguatkan diri. Demi anak-anak dan keluarga besarnya. Perceraian pasti akan menjadi aib besar seumur hidup untuknya dan orangtuanya. Perceraian adalah hal yang tabu di kampungnya. Atun pun selalu berharap Joko akan berubah kembali seperti semula.

Anak pertama Joko dan Atun, bernama Agus. Kelakuannya semakin membuat guru geram. Beberapa kali tidak masuk tanpa ijin. Gurunya khawatir jika Agus tidak naik kelas ataupun ketinggalan jauh dari teman-temannya. Apalagi Agus saat ini sudah kelas 5 caturwulan 3.

Suatu hari, pak Hasan, guru wali kelas 5 berinisiatif menemui orangtua Agus untuk membahas tentang tingkah laku Agus yang sangat membutuhkan bimbingan. Sayangnya hari itu Joko sedang bekerja. Yang ada hanya Atun seorang diri.

Atun membukakan pintu dan mempersilakan pak Hasan masuk.

"Silakan duduk dulu, Pak!" kata Atun sambil masuk dapur untuk membuatkan minum.

Segelas teh panas telah dibuat Atun. Lalu mereka pun memulai basa-basi untuk mengawali pembicaraan.

"Jadi begini Bu, kedatangan saya kemari karena beberapa kali ini Agus tidak masuk sekolah. Saya pikir Agus sakit, jadi saya berniat menjenguknya." pak Hasan sedikit berbohong.

" Agus setiap hari berangkat sekolah, Pak. Saya malah tidak tahu kalau dia tidak masuk, karena berangkat dan pulang sekolah seperti biasanya." Atun terkejut mendengar laporan pak Hasan.

"Oh, berarti Agus membolos Bu, karena dia tidak ada di sekolahan juga. Dan dengan berat hati saya juga ingin mengatakan kalau kelakuan Agus di sekolah semakin buruk. Kalau boleh tahu, bagaimana sebenarnya tingkah laku Agus jika di rumah? Atau adakah masalah yang mungkin membuatnya menjadi seperti itu. Mohon maaf sebelumnya, saya tidak berniat ingin tahu tentang masalah keluarga. Hanya saja jika ini menyangkut tentang Agus dan demi kebaikan Agus, saya berharap Ibu bisa membantu saya untuk mencari cara mengarahkan Agus menjadi lebih baik. Sudah akhir kelas 5, saya khawatir nanti berat naik kelas atau pun tidak lulus ujian sekolah besok." pak Hasan berusaha pelan-pelan menyampaikan maksudnya agar tidak menyinggung perasaan orangtua Agus.

" Mohon maaf, Pak.. Mungkin ini memang kesalahan kami. Selama ini saya dan suami sering sekali bertengkar, bahkan di depan anak-anak kami. Suami saya pun kasar pada saya dan anak-anak." Atun mulai terisak.

Atun menceritakan secara terang-terangan permasalahan keluarganya. Karena jujur, Atun sebenarnya membutuhkan teman curhat, mengeluarkan kekesalan dan kesedihan yang selama ini hanya dia pendam sendiri. Panjang lebar Atun menyampaikan keluh kesahnya tanpa malu. Entah mengapa dia merasa nyaman. Lega hatinya bisa mencurahkan isi hatinya saat ini.

Pak Hasan menyimak dengan penuh rasa iba dan simpatik. Tidak menyangka wanita semanis ibu Agus ini mengalami masalah seberat itu. Rasa iba dan simpatik ini tanpa dia sadari berubah menjadi rasa ingin melindungi. Mungkin karena sifat kebapakan yang dia miliki, atau mungkin karena dia lama hidup sendiri.

ISTRI YANG DIJUAL (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang