"gimana keadaan yeri?"
"ya gitu, belum siuman dia."
"terus, si arin?"
"udah siuman dari sejam yang lalu."
"hufft,"
chaeyoung menyandarkan tubuhnya pada dinding rumah sakit. "keluarga mereka udah tau?" chaeyoung beralih dan segera duduk di kursi yang tersedia.
"udah. keluarganya yeri masih di luar negeri, jadi yang bakalan dateng cuma kak wooseok sama kak yugyeom doang. kalo keluarganya arin, ya lo tau sendiri lah gimana." jelas hangyul.
chaeyoung mengangguk-anggukkan kepalanya, yang berarti ia mengerti. "terus tuh, kak wooseok sama kak yugyeom udah dateng?"
"udah, mereka pergi bentar tadi mau nyari makanan."
hening sejenak hingga tzuyu membuka suaranya. "maaf, gue harusnya ngehalangin daisy buat-"
sebentar. siapa daisy?
"siapa? daisy?" tanya hyeop.
"iya, daisy temen kecil lo itu. nggak percaya? sama, gue juga." jawab tzuyu.
oh, teman kecil hyeop.
ada apa dengannya?
"daisy kenapa?" tanya chaeyoung.
yena menghela napas. "jadi, yang nyelakain kita berempat itu dia, si daisy. tzuyu kepalanya cuma direndem-apaan anjer bahasanya direndem-ya intinya gitu lah, terus dia pingsan gitu. bentaran doang, dia mah, pingsannya.-"
yena mengambil napas sebentar. "-kalo gue, gue sempet maen kasar ke dia, makanya dia bales kasar ke gue nyampe pipi gue memar gini.-"
yena menengok kearah tzuyu. "-terus, yang gue denger dari tzuyu sendiri, arin tuh pertama ditarik rambutnya dari luar kamar mandi, abis tuh nyampe kamar mandi pokoknya pintunya dikunci dulu, terus arin dilepas gitu aja sama daisy dan hal itu mengakibatkan adanya luka di lengan arin-"
yena memukul lengan jihoon. "-bagi minum cuk."
jihoon segera memberikan botol minum yang sedang ia pegang itu. "bisa dilanjut, yen?" tanya mark setelah dirasa yena sudah selesai minum.
yena mengangguk sambil memberikan botol minum milik jihoon itu. "yeri..., ini gue liat dengan mata kepala gue sendiri. kalo yeri, dia ditariknya dilengannya. gue inget banget, begitu nyampe kamar mandi, yeri langsung megangin tangannya. kayaknya daisy benci banget sama yeri, karena gimanapun juga yeri sekarang ini lagi deket banget sama lo, hyeop. pokoknya, ih sumpah ngeri gue. lo aja lah yang cerita!" potong yena dan ia menyuruh tzuyu untuk melanjutkan ceritanya.
tzuyu hanya mengangguk. "jadi, pokoknya kepalanya yeri tuh kayak dijedotin(?)-nggak tau lah gue ngomongnya dijedotin aja-sama si daisy. dijedotinnya tuh ke wastafel gitu, dan daisy nggak tau kalo wastafel sekolah tuh bentuknya kotak. dia kira bulet bunder oval gitu. jadi, ya gitu. berakhir lah yeri disini."
mereka semua terdiam, tenggelam dalam pikiran masing-masing dengan cerita yang disampaikan oleh kedua teman mereka itu.
"ah mosok sih, nggak percaya gue." ucapan hyeop memecah keheningan.
yena menghela napas berat. "kalo kenyataannya gitu gimana hyeop?"
"ta-tapi kan dia..., terus hye-"
"daisy itu suruhannya hyewon."
hyeop gimana? kecewa, kecewa berat dengan kenyataan yang dia dapat.
hening beberapa saat hingga ada yang berceletuk. "eh, ada chaeyoung." celetuknya.
mereka semua menengok pada seseorang yang berceletuk tadi.
yang dipanggil siapa, yang nengok sekampung.
siapa?
aku dan teman-temanku, aowkaowkaowk.
ehe.
"eh, kak wooseok." balas chaeyoung.
"kalian lagi ngapain? kok mukanya serius banget?" tanya wooseok.
"mereka lagi mikirin masa depan mereka yang suram aja bang." jawab seobin.
wooseok mendekat dan menoyor kepala seobin. "yang ada masa depan lo itu yang suram, dodol."
yang ditoyor hanya tertawa receh.
"yaudah, gue sama yugyeom ke kamarnya yeri ya. kalian lanjut ngobrol gih." wooseok dan yugyeom berjalan menuju kamar nomor 217, kamar tempat yeri dirawat.
"arin dikamar berapa?" tanya chaeyoung.
"sampingan, 218." jawab hangyul.
diam beberapa saat hingga chaeyoung berkata, "tzuy, yen, kalian pulang aja. biar mereka berdua gue yang jaga."
tzuyu menolak. "nggak! enak aja ninggalin lo sendirian disini bareng mereka!"
seobin melotot. "lo pikir kita apaan?!"
"orang yang nggak bisa dipercaya." kata tzuyu. "lo doang sih, mereka masih bisa dipercaya." lanjutnya.
"asu."
"nggak papa, kalian keliatan cape banget. apalagi tadi si daisy nyelakain kalian, tuh si yena nyampe memar gitu." jelas chaeyoung.
tzuyu tampak sedang berpikir. "emm, beneran?"
chaeyoung mengangguk mantap.
"oke deh, yuk yen."
setelah kepergian yena dan tzuyu, mereka semua diam, bergelut pada pikiran masing-masing.
"kalian pulang aja, udah pada cape kan?" tawar chaeyoung.
hyeop melebarkan matanya. "heh, lo pikir lo juga nggak cape, hah? yang butuh istirahat tuh harusnya elo!" seru hyeop.
"hyeop bener chae. lo yang butuh istirahat." lanjut sihoon.
"jangan maksain diri, chae." ujar jihoon.
"she's okay. kalian pulang aja.she has a reason why she doesn't want to go home. gue bakal nemenin chaeyoung disini." celetuk yohan.
sihoon menghela napas berat. "fine. tapi nggak mungkin, kan, kalo kalian tuker-tukeran jaga yeri sama arin? gue sama mark yang bakal jagain arin." usul sihoon.
"nggak, kalian pulang aja. yeri, kan, udah dijagain sama kak wooseok dan kak yugyeom. jadi gue sama yohan yang bakal jagain arin." jawab chaeyoung.
mark menolak. "nggak, seenggaknya ada lebih dari satu orang yang jagain elo juga, chae."
chaeyoung menghela napas panjang. "terserah kalian aja deh. gue ngikut mau kalian aja." chaeyoung segera berjalan menuju kamar nomor 218, ruang inap arin.
Daerahku ikutan kena gempa gais.
Oh iya, partnya ngacak yak?:v
KAMU SEDANG MEMBACA
friend • chaeyoung, yohan [✔]
Fanfiction[SELESAI] we're nothing more than friends. ©sappaaaa, 2019