8. Penjelasan

142 32 5
                                    

a/n; aku kembali yipi!

gatau masih ada yang nyimpen di perpustakaan atau enggak

─̇─̇─̇─̇─̇─̇─̇─̇─̇─̇─̇─
F R I E N D
chaeyoung × yohan
────────────

"YA KOK NGGAK IKUT DIBAWA PULANG GITU IH?!" teriak yena.

hangyul meringis mendengar teriakan yang keluar dari mulut yena. "yen, ini masih di rumah sakit. nyelo dikit bisa?" kata hangyul.

yena langsung mengerucutkan bibirnya. "ya maap. kan gue khawatir secara kan chaeyoung sahabat gue."

"sahabat kita." koreksi yohan. "lagian, chaeyoung sendiri yang minta ditinggal, ada yang mau dia bicarakan dengan cewek itu."

tzuyu menaikkan salah satu alisnya. "cewek itu? hyewon?" tanya tzuyu pada keempat lelaki—yohan, seobin, hyeop dan sihoon—tersebut secara bergantian.

seobin mengangguk menjawab pertanyaan tzuyu.

"oh, pantes. jadi dia dalang dibalik hilangnya chaeyoung?" ujar yena dengan menggebu-gebu.

"kali ini bukan dia. justru dia korbannya disini, dan chaeyoung berniat membantu." jelas hyeop.

"setelah semua ini? chaeyoung? bantu? gue nggak habis pikir sama tuh anak." sahut arin.

mark mengangguk, setuju dengan ucapan arin. "gue juga. hati dia dibuat dari apaan dah." kata mark.

semua terdiam mendengar perkataan dari mark.

jihoon menghela napas pelan. "jadi gimana? mau jemput atau nunggu dia pulang aja?" celetuk jihoon.

"jemput lah, bego!" seru yena.

"santai si. jago bela diri kok anaknya." kata seobin dengan nada bercanda.

"ya nggak gitu, bin. walaupun dia jago bela diri dia juga tetep seorang cewek." ujar arin dengan nada khawatir.

"santuy mbak, bercanda doang ini. kiw jem—"

brak

"chaeng kembali gais!"

mereka yang berada di ruang inap arin serentak menengok ke arah pintu. "chaeng!" sontak aja, tzuyu dan yena langsung menyerbu chaeyoung dengan pelukan.

chaeyoung yang tiba-tiba di peluk sama ciwi-ciwi langsung merasa, aneh? ya kali lo baru pulang terus tiba-tiba lo dipeluk. emang sih, kadar kepekaan seorang son chaeyoung itu suka berubah-ubah, kadang dibawah rata-rata, kadang bisa diatasnya dewa.

udah kayak bunglon aja.

"hey, kok nangis? gue cuma jalan tadi bareng kak yugyeom nyari makan. gue nggak ilang." ternyata yena nangis.

"cengeng, dih." sindir tzuyu.

"matamu juga berkaca-kaca, ju."

tzuyu langsung memukul pundak chaeyoung. "apaan sih chae, ah. malesin banget."

chaeyoung terkekeh pelan melihat kelakuan kedua temannya itu.

tiba-tiba ia sadar masih ada yugyeom di luar. "kakak kalo mau balik, balik aja kak. kalo yeri udah sadar titip salam ya. makasih udah nemenin chaeng tadi."

"ADA KAK YUGYEOM? KOK NGGAK NGOMONG?!" yena langsung teriak histeris sambil berusaha menghapus air matanya.

"sst yen, lagi di rumah sakit ih. berisik betul. aku nggak ngurus ya kalo nanti ada perawat dateng ngusir kamu karena berisik."

yugyeom tersenyum kecil melihat respon teman adiknya itu. "lain kali kalo pergi-pergi bilang ke temennya, kasian pada khawatir." ucap yugyeom sambil mengacak rambut chaeyoung.

chaeyoung yang digituin, yena yang baper.

"kakak ke kamar yeri dulu, duluan semua." lanjut yugyeom lalu tak lama kemudian sudah tak terlihat lagi tubuh tingginya.

"dah yuk masuk."













































"sekarang, coba jelasin ke kita semua kenapa lo pengen balik sama yohan?"

"i-itu..."

"cerita aja."

hyewon menghela napas pelan. "kak daniel batalin pertunangan kita berdua. dia nggak bilang ke keluarganya, tapi dia bilang ke gue. gue sebenernya pun nggak pingin dengan pertunangan ini, dan sejujurnya gue ngerasa lega," jeda sebentar sampai hyewon melanjutkannya kembali. "Dan gue tau gue bego banget karena bersikeras untuk balikan sama Yohan, ketika jelas-jelas gue sendiri tau jawabannya kalo yohan pasti udah move on, dan nggak lagi pingin buat balikan."

chaeyoung ikut prihatin dengan hyewon. "ah, maaf kami ngeliat dari depan tanpa tau apa yang udah terjadi sama kamu." chaeyoung meminta maaf.

yena yang dari tadi nahan emosi langsung membludak. "loh chae?! apa-apaan sih?! harusnya dia yang minta maaf bukan elo!"

tzuyu mengangguk, membenarkan ucapan yena.

"iya, palingan juga ngedrama dia."

chaeyoung tersenyum menanggapinya. "nggak masalah sebenernya siapa yang minta maaf lebih dulu. benarkah orang yang meminta maaf pasti yang salah? hal yang tersulit untuk dilakukan adalah meminta maaf. kenapa? Karena terkadang rasa untuk meminta maaf itu dikalahkan oleh rasa gengsi—"

"—lagipun dengan lo memulai kata maaf tersebut, itu berarti lo lebih kuat dari lawan lo sendiri. minta maaf bukan berarti lemah. dan kalian tau apa yang lebih hebat dari meminta maaf?" tanya chaeyoung pada keempat orang dihadapannya itu.

arin, tzuyu, yena dan hyewon menggelengkan kepalanya.

"memaafkan. jadi, lo maafin gue?"

hyewon menggeleng.

yena kesulut emosi duluan. "tuh kan, makanya chae jangan baik-baik ke orang lain! dia tuh—"

"bener kata yena, harusnya gue yang minta maaf. karena itu, gue minta maaf atas segala hal yang udah terjadi. itu karena gue kalut aja soalnya kak daniel batalin pertunangan itu."

chaeyoung berjalan mendekat, mengambil tempat duduk disamping hyewon dan merangkul pundaknya.

"gue udah maafin lo dari lama. omong-omong gue belum selesai ngomong. memaafkan dan meminta maaf itu dua hal yang berbeda namun juga dua hal yang sama. keduanya harus sama-sama dilakukan dengan niat tulus dalam hati karena kalo nggak tulus nantinya akan muncul rasa dendam dalam hati—" chaeyoung berdiri dari duduknya dan menatap pemandangan kota dari atas sana.

ia berbalik sambil tersenyum. "—dan dendam bukanlah hal yang bagus yang harus dipertahankan. rasa itu harus dimusnahkan selama-lamanya dalam hati."

─̇─̇─̇─̇─̇─̇─̇─̇─̇─̇─̇─
F R I E N D
chaeyoung × yohan
────────────

To Be Continued

friend • chaeyoung, yohan [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang