7. Ditemukan

248 43 3
                                    

aku kembali gais!

gatau lagi mau nulis apa, ideku buntu, tapi selamat membaca ya💕

─̇─̇─̇─̇─̇─̇─̇─̇─̇─̇─̇─
F R I E N D
chaeyoung × yohan
────────────

"firasat gue sih, yang bareng yohan tadi udah nemu chaeyoung." celetuk arin.

"tapi bisa jadi belum sih rin. soalnya mereka belum pada balik." sahut tzuyu.

setelah sahutan tzuyu tadi, mereka semua terdiam. "positif thinking aja deh, seenggaknya kita nggak terlalu apa sih? apa ya namanya?" arin malah bertanya.

"ya apa? lo yang mau ngomong kok malah lo yang nggak tau." jawab hangyul.

yena mencubit lengan hangyul. "khawatir?" tebak yena.

arin menjentikkan jarinya. "nah, khawatir."

"bilang dong. kan gue nggak bakal dicubit yena tau gitu."

mark memutar bola matanya malas. nggak lama kemudian rombongan yohan balik ke ruang inap arin. satu persatu dari mereka masuk. namun, hingga orang terakhir—seobin—menutup pintu ruangan tersebut pun orang yang mereka harapkan muncul tak muncul juga. "chaeyoung?"

"ada—"

mereka semua langsung menghela nafas lega. "dia sekarang dimana?"

"—di gudang deket perpustakaan kota."

































"hati-hati ya!"

segerombolan orang tadi langsung berlari keluar dari gudang tersebut. pukulan chaeyoung emang nggak main-main. terlalu banyak luka lebam yang diterima chaeyoung. namun, itu tidak sebanyak dengan apa yang diterima segerombolan orang tadi. oh ayolah, mereka masih belum bisa untuk menjadi tandingan seorang son chaeyoung yang taekwondo-nya sudah memakai sabuk hitam sejak ia masih smp.

"kenapa?"

chaeyoung berbalik dan mendapati seseorang yang ia bantu tadi tengah meringkuk di samping sebuah kursi.

"kenapa lo bales semua perbuatan gue dengan nyelamatin gue dari kakak gue sendiri?"

"oh, jadi mereka suruhan kak baekho ya won? gue baru tau ada kakak yang sebegitu protektif-nya sama adiknya. ckck, ada-ada aja ya. untung kak wendy nggak gitu."

"m-maksud lo?" chaeyoung hanya menggelengkan kepalanya, lalu chaeyoung berjalan mendekat kearah hyewon dan berjongkok. ia sedikit mundur kala chaeyoung mendekat. "j-jangan deket-deket. gu-gue takut." chaeyoung tersenyum tipis.

chaeyoung kembali berdiri. "dan ngebiarin lo terluka karena ulah kakak kandung lo sendiri? gue nggak sejahat itu won. ya, kita berdua punya masa lalu yang cukup kelam. seenggaknya gue masih mau berdiri, nggak kayak lo, menyerah sebelum mencoba," chaeyoung lalu menaruh kedua tangannya disaku celananya.

"iya, gue tau maksud kak baekho baik. tapi dia salah dalam cara menyampaikannya ke diri lo. yang ada malah ngelukain adiknya sendiri. gue paling nggak bisa ngeliat ada yang dipojokkin, apalagi dilukain." chaeyoung mendekat ke arah hyewon, dan mengulurkan tangan sebelah kanannya.

hyewon hanya melihat tangan tersebut, masih tidak berani untuk menerima uluran tangan tersebut. "apa? gue cuma mau bantuin lo berdiri kok. nggak ada bom ditangan gue, tenang aja."

dengan ragu-ragu hyewon meraih uluran tangan tersebut. hyewon pun berdiri atas bantuan dari chaeyoung. "kalo ada masalah dihadapi, jangan jadi lemah. nggak selamanya orang-orang bakalan bantuin lo. ada saatnya mereka lelah membantu, dan akhirnya keadaan nuntut lo buat menyelesaikan masalah lo sendiri."

napas hyewon tercekat mendengar penuturan kata demi kata dari chaeyoung.

tiba-tiba chaeyoung mengalihkan pembicaraan. "gue baru tau ada gudang di deket perpustakaan kota. mantep juga nih buat video musik gue, haha."

"apa lo selalu begini?"

senyuman yang terukir di wajah chaeyoung sirna begitu saja digantikan dengan raut wajahnya yang menandakan bahwa ia sedang bingung. "hah? m-maksud lo?" chaeyoung bukanlah orang yang bodoh. ia cukup peka untuk tahu kemana arah pembicaraan mereka akan berlanjut.

"pretending to be happy, but you aren't."

chaeyoung hanya tersenyum mendengarnya.

































"hai yeri." ucap chaeyoung begitu ia memasuki ruang inap yeri.

yeri belum kunjung siuman. chaeyoung paham betul dengan kondisi fisik dan mental dari seorang kim yerim. bagaimana tidak? mereka berdua—tentu saja dengan yohan—sudah menjadi sahabat sejak lama. awalnya mereka bertiga bertetangga, namun keluarga yeri memutuskan untuk menjual rumah lama mereka dan yang menempati rumah yeri sekarang cukup seram, yohan dan chaeyoung bahkan berkata bahwa penampilan tetangga barunya lebih seram daripada changbin saat mereka pertama kali bertemu.

ada wooseok dan yugyeom yang masih setia menunggu disana. atensi mereka berdua yang sebelumnya mengarah jasad yeri yang masih belum mau bergerak berpindah ke arah pintu yang dibuka oleh chaeyoung.

"ah, ada kakak-kakak. selamat pagi, sudah sarapan?" seperti biasa, berbasa-basi.

"hai chae." yugyeom menyapa balik.

"kami sudah sarapan. kamu?"

chaeyoung hanya tersenyum untuk menjawab pertanyaan dari wooseok. "kamu nggak pernah bisa bohong, chae. ayo sarapan, ini sudah jam 10."

"nggak usah, kak. aku nggak laper." sayang sekali, tepat setelah mengucapkannya, terdengar bunyi perut yang bergemuruh seperti meminta makanan.

yugyeom dan wooseok hanya tersenyum. "udah, ayo kita cari makan. sekalian gue nyari makan siang. kak, kita berdua nyari makan ya." izin yugyeom dan disetujui oleh wooseok.

"pergi dulu ya kak. nitip yeri, hehe."

─̇─̇─̇─̇─̇─̇─̇─̇─̇─̇─̇─
F R I E N D
chaeyoung × yohan
────────────

friend • chaeyoung, yohan [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang