"han?"
yohan membalas panggilan dari hangyul tadi dengan dehaman.
"sibuk banget lo. ngapain sih?"
yohan menengok sebentar lalu lanjut menulis diatas selembar kertas itu.
"ngerjain tugas, besok dikumpul." jawab yohan.
"sama-sama sibuk dong berarti."
tangan yohan berhenti bergerak. ia menolehkan kepalanya ke arah hangyul sambil menatap penuh tanda tanya.
"maksud lo?"
"lo satu jurusan sama chaeyoung kan? berarti sama-sama sibuk dong."
"ooh." yohan mengangguk-anggukkan kepalanya.
tiba-tiba yohan kepikiran dengan gadis itu. sedang apa ya dia sekarang? apakah ia sedang mengerjakan tugas juga?
ah, yohan rasa tidak mungkin. chaeyoung pasti sudah mengerjakannya begitu tugas sudah berada di depan mata.
"gyul."
"oy."
"menurut lo, chaeyoung tuh begimana?"
hangyul yang sedang memainkan gawainya itu menatap yohan heran.
"lo serius nanya han?"
"biar nggak sunyi aja elah."
tak ingin menaruh rasa curiga, hangyul pun dengan santai menjawab. "cewek dengan keperibadian aneh yang tau-tau dateng ke gue dengan sokapnya sambil bawa gorengan bunda."
"masih inget bunda aja lo."
bunda panggilannya, ialah sang pemilik kedai kantin yang berada di ujung, dekat dengan kelas 12 IPS 3, tempat mereka membeli jajanan sesuka hati sewaktu masih dimasa sekolah dahulu.
"weh ya masih lah. warung kantin kesayangan para murid itu. katanya mau digusur gara-gara banyak yang bolos ke sana."
"boong kan lo?"
hangyul menggeleng tegas. "muka gue keliatan lagi boong ga?"
"yah, padahal gue rindu gorengan bunda." ucap yohan dengan raut wajah memelas.
sunyi kembali melanda kamar yohan. baik yohan maupun hangyul sudah tidak memiliki topik pembicaraan lagi untuk dibahas. hanya suara ketikan pada laptop yang menemani.
tak tahan dengan situasi yang menurutnya agak sedikit canggung, akhirnya hangyul menanyakan hal random pada yohan.
"han, lo kalo napas biasa lewat mulut apa hidung?"
"lo nanya nya random banget napa dah gyul. ya tergantung, kalo lagi mampet ya lewat mulut, kalo lagi nggak ada papa ya lewat hidung lah! aneh banget lo sumpah."
"bisa ya napas lewat mulut."
"ya nggak bisa lah! tetep aja kehabisan oksigen gue nya."
keduanya tertawa, selepas dari itu kembali dihadapkan dengan kesunyian.
selang beberapa menit kemudian tugas yang yohan kerjakan sedari tadi pun akhirnya telah siap.
"selesai juga! eh, gue mau nanya dong. lo udah pernah pacaran?"
"serius lo nanya gitu ke gue, han? nggak salah denger nih gue ?"
yohan menatap hangyul bingung.
"ya jelas banget! jelas banget kalo gue belum pernah pacaran. tapi kalo soal cinta, gue pakarnya. ada masalah apa kim yohan-ssi?"
"ssa ssi ssa ssi, sok kali ya kau." yohan mencibir.
hangyul menanggapinya dengan senyuman yang terlihat bodoh dimata yohan.
"tumben nanya. ada masalah sama chaeyoung? baru juga dua minggu jadian, udah ada masalah aja."
"buku ini berat loh gyul."
"oh—anjing."
yohan menatap hangyul dengan tatapan datarnya setelah ia melempar sebuah buku yang terlihat sangat tebal itu ke arah hangyul. hangyul yang belum siap pun mau tak mau harus menerima serangan yohan tersebut.
"cewek biasanya selalu ngechat pacarnya duluan kan ya? ini udah tiga hari si chaeyoung kagak ada ngechat gue, kenapa ya?"
"lo teriak dari sini juga si chaeyoung bakal denger bujang."
"harus nyimpen suara lah sat. suara abis nggak bisa nyanyiin lagu buat chaeyoung ntar."
"halah sok betul kau bujang. bagus lo begitu?"
"bagus banget dong. jomblo kayak lo can't relate."
buku yang dipakai yohan untuk menyerang hangyul tadi telah kembali lagi ke yohan.
lebih tepat nya ke arah wajah yohan.
chaeyoung sedang berada di dapur membantu wendy memasak makanan. tadinya wendy nggak mau dibantu, tapi chaeyoung memaksa.
"gabut tau kak." jawab chaeyoung seadanya.
"kamu pacaran kayak lagi nggak pacaran. mending kayak dulu lagi aja deh, dulu pas kamu sama yohan masih temenan hubungan kalian lebih deket dari sekarang." ucap wendy sambil mengaduk makanan yang berada diatas kompor dengan api yang menyala itu.
tangan chaeyoung yang sedang bergerak memotong sayur-sayuran pun terhenti kala mendengar ucapan yang keluar dari mulut wendy. hatinya mencelos begitu saja.
"kenapa?" wendy membalikkan badannya sambil bertanya karena merasa ada sesuatu yang aneh pada chaeyoung.
chaeyoung menggeleng, lalu melanjutkan acara memotong sayurannya tadi.
dalam hati ia menyetujui perkataan wendy karena jujur ia juga merasakannya, tapi juga ia berharap itu hanya perasaannya saja.
"pada ngapain?" tanya eric yang datang tiba-tiba dan membuat kedua gadis tersebut menoleh ke arahnya.
"lagi ngedrama bang. ya jelas-jelas lagi masak! heran, punya abang kok tidak bisa menggunakan matanya dengan baik." sahut dongpyo yang datang dari belakangnya eric.
chaeyoung dan wendy tertawa kecil mendengar jawaban dari adiknya.
"julit banget kamu pyo." ucap chaeyoung diselingan tertawanya.
"biarin." jawab dongpyo seraya mendekat ke arah wendy.
"masak apa kak?" tanya dongpyo.
"opor ayam." jawab wendy sambil menaruh masakannya pada sebuah mangkuk.
eric hanya duduk di kursi sambil memandangi ketiga saudaranya itu tanpa ada niatan membantu.
"heh itu yang duduk-duduk aja bantuin coba!"
eric langsung bangkit. "bagus lo begitu?"
"bagus lah. seenggaknya gue nggak duduk-duduk aja."
eric berjalan cepat ke arah dongpyo, lalu mengunci lehernya. "ngomong lagi coba."
"eh eh, jangan digituin, dongpyo nya nggak bisa napas nanti!" seru wendy.
eric langsung melepas kunciannya. namun matanya masih menatap sengit ke arah dongpyo, begitu juga dengan dongpyo.
gawai chaeyoung tiba-tiba bergetar. dengan cepat sang pemilik berjalan ke arah dimana letak benda tersebut ia taruh.
oh, telepon masuk.
siapa?
yohan?!
akhirnya yang ditunggu-tunggu.
dengan cekatan chaeyoung segera mengangkat telepon tersebut.
"halo han?"
─̇─̇─̇─̇─̇─̇─̇─̇─̇─̇─̇─
F R I E N D
chaeyoung × yohan
────────────tbc
aku keabisan ide, hampura 🙏
KAMU SEDANG MEMBACA
friend • chaeyoung, yohan [✔]
Fanfic[SELESAI] we're nothing more than friends. ©sappaaaa, 2019