Bab 7 - Cemburu?

113 9 0
                                    

Di sebuah kampus penuh dengan taman-taman hijau yang indah di mata membuat udara terasa sejuk ketika menghirupnya. Aku dan Nara yang sedang duduk di taman sambil menunggu jam masuk kuliahku.
“Teh, mana calon suami teteh?” tanya Nara ingin sekali tahu siapa calon suamiku.
“Ya nanti dek, kalau teteh udah masuk nanti Nara bisa lihat dari kaca”
“Oh ya iya. Siapa tahu calon suami teteh gak seganteng suamiku heheheh”
“Ya deh dek!’
“Tempat kuliah teteh bagus juga ya?”
“Hihihih ya dek bagus”
Terdengar suara teriakan dari jauh seperti kenal dengan suara ini. Aku pun berdiri dan mencari letak suara itu berada. Ternyata asal suara itu berada dari Fatimah dan Khadijah yang  baru saja menghampiriku sama Nara.
“Wahhh, Nara udah datang toh, apa kabar dek?” tanya Fatimah di lanjut Khadijah.
“Heheheh ya kak, alhamdulillah baik. Kalau kak Fatimah sama kak Khadijah, kabarnya bagaimana? tanya Nara kepada si kembar.
“Alhamdulillah baik” kata mereka bersamaan,
“Dek, kamu masih suka bahas V BTS gak?” tanya Fatimah balik.
“Masih dong kan V BTS suami aku heheheh”
“Sudah-sudah yuk ah kita masuk ke kelas saja sebentar lagi mau masuk”
Kita berempat pun berjalan menuju kelas. Di perjalanan aku, Nara dan kedua sahabatku berpapasan dengan Michi.
“Assalamu’alaikum, ukhty …”
“Wa’alaikumussalaam …” jawab kita bersamaan.
“Oh ya sekarang pelajaran saya ya?” tanya Michi kepada kami bertiga.
Seperti biasa aku  menundukkan kepala ketika ada Michi berada di depanku.
“Ya pak, sekarang pelajaran bapak?”
“Hemmm gitu ya sudah kalian masuk duluan ya, nanti saya masuk jam 9”
“Ya pak!”
Michi pun pergi dari hadapan kami semua. Ketika Michi sudah pergi, secara tiba-tiba Nara langsung teriak histeris.
“Wahhh, kok laki-laki itu ganteng banget!!!”
“Ya iyalah ganteng, kan calon suaminya kakakmu ini!” jawab Fatimah.
“Hah, masa sih?!” tanya Nara heran.
“Ya dek, itu calon suaminya teh Hana” jawab lanjut Khadijah.
“Ihhh, serius ganteng walaupun lebih ganteng suamiku!”
“Udahlah dek, jaga matamu. Kamu udah tahukan calon suami teteh jadi kamu mending pulang deh!”
“Eh, astagfirullah maaf teh. Gak mau ah, masih betah disini. Pulangnya sama teteh aja!”
“Entar kamu capek lho disini!”
“Sudah biasa yang namanya Nara kan gak pernah ada kata lelah”
“Ya udah kamu nanti tunggu teteh di depan kelas!” seruku.
“Ok teh”
***
Ketika waktu pulang aku dan sahabatku mengajak Nara untuk keliling tempat kuliah dengan tujuan akhir ke kantin karena kebetulan kita berempat sudah lapar. Kita berempat duduk disalah satu meja kantin dan berunding untuk memesan makanan.
“Kalian mau makan apa?” tanyaku
“Aku batagor aja minumannya lemon tea!” seru Fatimah.
“Kalau aku ayam geprek pakai nasi ya minumannya jus jeruk!” seru Khadijah.
“Kalau Nara?”
“Ada makanan apa aja teh?”
“Ada batagor, ayam geprek, bakso, seblak. Mau yang mana?”
“Seblak aja deh level 4 minumannya susu coklat”
“Oke, bentar ya aku pesenin dulu”
Sambil menunggu pesanan datang, kita berbincang-bincang mengenai banyak hal mulai dari skripsi yang tidak selesai-selesai sampai ke konser BTS kesukaan Nara.
“Teh, Nara pingin banget ikut konser BTS tapi gak diizinin sama mama, papa bahkan sama abang juga gak boleh, sedihkan padahal Nara ke sananya bareng temen-temen Nara”
“Konser di Jakarta?” tanya Khadijah yang mulai ikut pembicaraan
“Bukan heheheh, di Singapura” jawab Nara sambil cengengesan.
“Ya iyalah gak diizinin, kan Nara masih dibawah umur jadi  orang tua Nara khawatir”
“Iya Nar, nanti kalau Nara sudah dewasa udah punya penghasilan sendiri baru boleh ikut konser”
“Kalau tunggu Nara kerja mah ya keburu BTS pensiun lah!” seru Nara.
“Ya udah streaming youtube aja biar hemat uang”
“Ah gak enak kalau lewat handphone mah!” jawab Nara sedih.
Untunglah pesanan kita berempat sudah datang, kalau tidak pasti Nara akan melanjutkan rengekannya tentang konser itu. Aku segera beralih mengambil nampan yang berisi pesanan kita dan menaruhnya dimeja. Mereka mengambil makanannya masing-masing dan segera menikmatinya. Selesai makan kita membayar makanannya terlebih dahulu lalu segera pergi dari kantin menuju ke taman kampus.
“Teteh, Nara pengen ke kamar mandi disebelah mana ya?” tanya Nara
“Kamar mandi? Kamu lurus aja dari sini terus belok kanan sampai deh, Mau teteh anter?”
“Gak usah teh, sendiri aja” jawab Nara lalu segera berlari kecil menuju kamar mandi yang aku beritahu.
Sekitar 30 menit berlalu Nara belum kunjung kembali kesini, aku mulai khawatir dan bergegas menyusul Nara. Aku melihat Nara sedang berbincang dengan seorang pria dan saat pria itu melihatku ia segera berhenti berbincang lalu pergi.
“Ngobrol sama siapa, Nar?” tanyaku yang baru saja menghampiri Nara
“Eh itu teh sama temen”
“Kamu disini punya temen? Kok teteh gak tahu?”
“Bukan kok teh, itu yang tadi nanyain letak mushola, tapi Nara gak tahu hehe”
“Oh kirain kamu ada temen disini, ya udah yuk kita balik ke taman soalnya Fatimah sama Khadijah udah nunggu” ajakku pada Nara dan kita pun segera kembali ketaman. Kulihat Fatimah dan Khadijah sedang duduk saja sambil mengobrol.
“Hey lagi ngobrolin apa nih sampai serius gini?” tanyaku pada mereka.
“Ngobrolin baju apa yang mau kita pakai pas acara pernikahan kamu heheheh” jawab Fatimah asal.
“Gak kok Han, kita cuman ngobrolin mama papa kita” lanjut jawab Khadijah.
“Oh kirain apaan, eh kita pulang yuk udah sore nih nanti sampai rumahnya takut ke malaman lho”
“Ayo deh”
Setelah itu kami semua pulang, aku dan Nara memutuskan memanggil taksi karena langit sudah mendung dan kita takut saat perjalanan turun hujan dan benar saja 5 menit kemudian hujan mulai membasahi kota Jakarta. Se-sampainya dirumah aku dan Nara berlari menuju kerumah karena taksinya hanya sampai gerbang.
“Astagfirullahal’adzim Hana, Nara kalian ngapain hujan-hujanan begini?” tanya mama yang baru saja keluar rumah.
“Bukan hujan-hujanan ua, tapi kehujanan”
“Iya ma, tadi taksinya cuman nganter kami sampai gerbang aja jadi kita lari-lari kesini”
“Yaudah buruan masuk ke dalam rumah nanti kalian masuk angin. Langsung mandi juga udah gitu mama udah siapin ayam goreng buat makan malam kalian, buruan!” seru Mama dengan bawelnya.
“Iya ma”
“Siap ua”
Aku segera masuk kedalam rumah disusul Nara yang berlari menuju kamarku dengan teriakannya.
“Teteh aku mandi duluan ya!” teriak Nara sambil berlarian ke lantai 2.
“Iya tapi kamu jangan lari-lari gitu nanti jatuh Nara!” seruku pada Nara yang terus saja berlari. Sedangkan aku memutuskan memakai kamar mandi yang ada di lantai satu dan terlebih dahulu membawa baju ganti.
Selesai mandi aku mulai mengambil makan karena perutku sudah berteriak minta makan daritadi sedangkan Nara masih belum keluar kamar dan aku berpikir mungkin dia tertidur karena kelelahan.
“Teh Naranya mana?” tanya Raza yang baru saja keluar dari kamarnya.
“Eh Raza?! Tadi sih katanya mau mandi, tapi belum keluar daritadi”
“Raza samperin Nara di kamar ya?”
“Iya, samperin gih suruh makan sekalian” lanjut mama.
Raza segera berlari ke kamarku yang berada dilantai 2 dan 5 menit kemudian menggandeng tangan Nara menuju ke ruang makan.
“Ayo Nar makan dulu nanti minum obat abis itu baru tidur!” seru Raza sambil mendudukan tubuh Nara.
“Lho Nara kenapa?”
“Masuk angin teh, gara-gara hujan-hujanan tadi!”
“Astagfirullah Nara, ya udah sekarang makan dulu, habis makan nanti minum obat dan langsung istirahat ya!“
“Iya teteh sama abangku yang bawel” kata Nara lalu segera melahap makanannya.
Setelah selesai Nara langsung pamit mau kekamar aku mengikutinya untuk memastikan Nara meminum obatnya dan tidur karena biasanya ia langsung memainkan ponselnya dan tidak kunjung tidur. Nara akhirnya tertidur dan aku kembali ke ruang makan untuk mencuci piring.
“Eh Raza ngapain?” tanyaku pada Raza yang sedang berada didapur.
“Cuci piring teh”
“Eh sama aku aja Za, kamu tidur aja sana”
“Nanggung teh sebentar lagi selesai”
“Ya udah deh maafin teteh udah ngerepotin kamu”
“Ya teh gak apa-apa kok”
Setelah memastikan Raza selesai mencuci piring dan kembali ke kamarnya, aku memutuskan untuk kembali ke kamar, mencuci wajahku dan segera menyusul Nara menuju alam mimpi.
***
Entah kenapa di pagi hari ini terlintas dipikiranku bahwa sebentar lagi aku dan Michi menikah, hal ini begitu membuat hatiku tak karuan. Rasa takut, malu, deg-degan bercampur baur menjadi satu walaupun aku menantikan pernikahan ini.
“Uhhh, kenapa bisa secepat ini?” kataku dalam hati.
Terdengar rengekan Nara yang sedari tadi anteng dengan laptopku lalu ia menghampiriku dan mulai senyum-senyum gak jelas.
“Teh sini deh?” tanya Nara.
“Ya dek, ada apa?” tanyaku balik.
“Teh ke mall yuk, nonton bioskop sama ke gramedia beli buku. Bosan di rumah mulu pengen jalan-jalan!” seru Nara mengajakku.
“Tapi teteh lagi banyak tugas, sayang!”
“Ayolah teh, biar teteh tuh gak stress kerjain tugasnya makanya jalan-jalan dulu temanin aku, bumpung aku masih disini!”
“Hemmm, ya udah deh teteh siap-siap dulu dan kamu siap-siap dulu sana!”
“Yeyyy, makasih teh, sayang deh sama teteh”
Aku segera bersiap dan memutuskan menggunakan gamis ungu tua dengan khimar yang senada beserta cadarku sedangkan Nara memakai atasan kemeja putih dengan jeans biru ditambah kerudung segitiga berwarna coklat muda. Nara memang masih dalam tahap awal dalam berhijrah dan aku hanya bisa berdo’a agar ia segera memantapkan hatinya.
Sampai di Mall Nara menarikku kesana kemari, mulai dari ketoko sepatu, toko kosmetik, toko tas dan dompet hingga akhirnya berakhir di Gramed. Aku hanya menuruti keinginannya saja karena sedang tidak ingin membeli apapun kecuali buku.
“Teh aku mau kebagian novel dari wattpad ya, teteh mau kemana?”
“Teteh mau kesebelah sana” kataku menuju kebagian buku-buku motivasi.
Tidak terasa aku menghabiskan waktu hampir 1 jam untuk mencari buku, aku segera pergi mencari Nara dibagian novel wattpad itu. Namun, hasilnya nihil. Aku tidak menemukan Nara walau telah berkeliling seluruhnya. Aku sangat khawatir dan terus menerus mencari Nara sampai tidak melihat kearah depan dan aku menabrak seseorang.
“Astagfirullahal’adzim!” seruku saat tubuhku tidak sengaja menabrak seseorang.
“Maaf mas, saya tidak lihat” kataku sembari menunduk malu karena menabrak seorang pria.
“Hana?” kata pria tersebut. Aku mengangkat kepalaku dan ternyata orang yang kutabrak adalah Michi.
“Michi? Kamu ngapain disini?” kataku sembari kembali menundukkan kepalaku.
“Saya sedang mencari buku, kalau kamu sedang apa disini? Kelihatannya kamu sedang menghawatirkan sesuatu”
“Begini, aku kemari bersama sepupuku Nara dan kita kebagian yang terpisah, tapi saat aku kembali untuk mencarinya ia tidak ada disini bahkan setelah aku mengelilingi seluruh gramed” jelasku sambil menahan tangis saking bingungnya mencari Nara.
“Jangan menangis Hana, Ayo biar saya bantu mencari sepupu kamu itu. Bagaimana ciri-cirinya?”
“Dia memakai kemeja putih dengan kerudung krem, wajahnya cantik dengan kacamata hitam dan dia membawa tas belanja kosmetik dan sepatu sport” jelasku.
“Oke kamu mau ikut atau mau menunggu disini?”
“Aku ikut aja”
Walaupun malu karena harus bersama Michi, aku berusaha menghilangkan perasaan itu dan fokus mencari Nara. Setelah hampir menyerah mencari  hampir 1 jam lamanya aku melihat Nara sedang duduk di caffe seorang diri sambil menikmati kopi. Aku segera menghampirinya dengan berlari kecil.
“Nara, Kamu darimana aja sih?” tanyaku sedikit membentaknya karena kesal.
“Maaf teh, tadi niatnya mau balik ke toko kosmetik, tapi malah nyasar gak tahu jalan balik ke gramed jadi Nara pergi ke caffé aja.” jelas Nara
“Ya Allah, teteh kira kamu diculik pokoknya pikiran teteh udah kemana-mana” kataku sambil segera memeluk Nara dan disambut olehnya.
“Maafin Nara ya teh, lain kali Nara ngikutin teteh aja deh”
“Iya gak apa-apa”
Lalu aku melihat Michi yang juga sedang melihatku berpelukan dengan Nara. Aku menghampirinya dan mengucapkan terima kasih.
“Michi terima kasih ya, sudah membantuku untuk mencari Nara sampai ketemu. Kalau tidak ada kamu mungkin aku sudah menyerah mencari Nara.
“Iya sama-sama. Oh ya, apa kalian mau sekalian saya antarkan pulang?” tawar Michi.
“Tidak usah Michi, kita pulang naik taksi saja”
“Ayo kak, aku ikut biar hemat uang”
“Eh Nara, gak usah” kataku sedikit berbisik pada Nara.
“Kenapa teh? Lumayankan, lagian kita juga bertiga gak berdua doang jadi gak apa-apa kan kak?”
“Benar kata Nara, kita juga tidak hanya berdua tetapi bertiga, ayo Nara Hana”
Aku hanya pasrah saat Nara kembali menarik tanganku menuju mobil Michi. Aku sangat malu saat ini apalagi Michi melihatku menangis dan kebingungan saat mencari Nara tadi. Dimobil pun sangat sepi, tidak ada yang mengeluarkan sepatah kata pun hingga akhirnya aku membuka suara.
“Nara selama 1 jam tadi kamu kemana saja?”
“Eh? Nara jalan aja terus sampai nemu caffe itu teh!” serunya.
“Oh ya? Galk ada yang macem-macem sama kamu kan?”
“Gak ada teh, kalau ada juga udah Nara tonjok habis-habisan heheheh”
“Kayak yang iya aja”
“Iya teh, lagian siapa yang berani godain istrinya V BTS sih?”
“Iya deh iya”
Aku tersenyum dan tidak sengaja mataku dan mata Michi bertemu lewat kaca spion mobil. Michi ternyata juga tersenyum mendengar lawakan bocah SMA itu, aku pun segera menundukan pandanganku.
Sampai dirumah Nara pamit dan segera masuk rumah meninggalkanku bersama Michi.
“Hemmm, Michi terima kasih sudah mengantarku sampai depan rumah dan sudah bantu aku untuk mencari Nara lagi”
“Iya sama-sama, sepupu kamu lucu juga ya?”
“Iya dia memang masih anak-anak, hemmm Michi aku pamit masuk rumah dulu ya assalamu’alaikum”
“Ya Han, wa’alaikumusssalaam”
Aku segera masuk rumah dan aku merasa sedikit cemburu saat Michi menyebut Nara lucu, namun aku segera menepis rasa cemburu itu dan segera mengambil wudhu untuk melaksanakan sholat Dzuhur.

Indahnya Persahabatan Menuju Cinta (SEDANG DI REVISI).Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang