Bab 12 - Calon Ibu?

112 8 0
                                    

Walaupun tanganku masih sakit. Namun, aku tetap menemani si kembar untuk mengumpulkan tugas skripsi dan sekaligus mengantar undangan ke teman-teman sekelas. Alhamdulillah mereka sudah menungguku di kelas.
“Assalamu’alaikum”
“Wa’alaikumussalaam”
“Maa Syaa Allah, Hana katanya kamu mau nikah sama pak Michi iya?” tanya Hani sekaligus.
“Hihihih, In Syaa Allah mohon do’anya. Ini ada undangan buat kalian nanti kalian datang ya” gumamku sembari mengasih undangan ke mereka.
“Pasti dong”
“Ngomong-ngomong kok tangan kamu di perban Han?” tanya mereka heran.
“Hemmm gak apa-apa tadi tangan aku gak sengaja ke bentur batu tadi”
“Bohong! Tadi Hana habis di hajar sama gank yang jurusan ekonomi itu”
“Yang gank cewek itu bukan?” tanya Marhamah pada Fatimah.
“Ya siapa lagi, Mar?!”
“Gila ya gank cewek kayak mereka sadis-sadis kekerasannya, udah kaya preman aja. Rasanya tuh pengen kita balas!” seru Zulaikha.
“Udah-udah gak boleh balas dendam gitu, gak baik akunya aja gak apa-apa kok”
“Gak kenapa-napanya Han, mereka tuh harus kasih perhitungan sama kita-kita dan jangan di biarkan begitu saja.”
“Ya Han, sekali-kali mereka harus kena batunya. Beraninya sama yang lemah”
Aku hanya bisa diam karena bingung harus ngomong dan kondisi tanganku juga masih terasa sakit. Kami berdua pun memutuskan untuk pulang dan berrpamitan kepada mereka semua.
Sesampai rumah mama melihatku sudah memakai perban di tangan.
“Kamu kenapa nak?” tanya mama khawatir.
“Itu Ua, tadi teteh di hajar sama gank wanita di kampus. untung Nara hajar mereka satu persatu” jawab Nara begitu seriusnya.
“Ya Allah, ya udah kamu istirahat ya nak mama ambilin kompresan dulu buat kompresin tangan kamu”
“Ya ma”
“Teh masa aku pas lagi hajar mereka semua, cowok yang aku suka di kampus lihat aku lho. Tadi aku keren gak”
“Hihihih, keren kok dek makasih ya dek kamu udah tolongin teteh”
“Ya sama-sama”
Mendengar lelucon Nara membuatku tertawa dan rasa sakitku makin lama makin hilang mendengar tingkah laku lucunya.
Mama pun ke kamarku sambil membawa ember yang berisi air hangat untuk mengkompres tanganku.
“Aw!” keluhku.
“Emang kejadiannya tadi kenapa Nar?!”
“Hemmm gak tahu ua tiba-tiba gank itu hajar teh Hana begitu saja. mungkin ada maksud lain mereka seperti itu”
“Ya Allah nak”
“Nara permisi dulu ya Ua, teteh, Nara mau ke papa dulu”
“Ya Nar sekali lagi terima kasih udah tolong teh Hana”
“Ya sama-sama”
Nara keluar dari kamarku yang sehabis menghiburku dan sedikit berbincang dengan mamaku menanggapi kejadian ini. Nara berjalan menghampiri om Juna yang sedang menonton film di ruang tamu.
“Papaaa” katanya sambil memeluk om Juna.
“Kalau udah peluk-peluk gini, pasti ada mau nya ya?” tanya om Juna sambil membalas pelukan putrinya.
“Heheheh”
“Mau apa?”
“Pengen main”
“Kemana? Kamu tahu kan sekarang semua orang sedang sibuk mengurusi pernikahan tetehmu Hana?”
“Iya tahu kok, tapi Nara gak ada kerjaan, ikut teh Hana juga bosen”
“Terus kamu mau main kemana? Sama siapa?”
“Sama Luna dan kak Alex pah”
“Oh yang waktu itu ya, ya sudah main aja sana. Asalkan jam 7 malam sudah pulang ya?”
“Yeyyy, makasih papah ganteng”
“Sama-sama putri papa yang cantik. Ayo papa anter”
“Bentar pah, Nara ganti baju dulu ya. Ribet kalau pakai gamis”
“Iya sana”
10 menit kemudian Nara kembali dengan pakaian casualnya.”Ayo pah”
“Ayo, papa bilang ke mama dulu”
“Sayang?” panggil om Juna pada tante Aisyah
“Kenapa, pah?”
“Papa mau nganter Nara dulu ke rumah temannya ya”
“Oh, kenapa gak sama Raza aja, pah?”
“Biarin lah sekali-kali jalan sama papanya”
“Ya sudah, hati-hati dijalan”
Setelah pamitan, mereka berdua berangkat dengan meminjam motor milik salah satu sepupu Nara. Mereka akhirnya sampai dan Nara pun segera berpamita pada papanya.
Om Juna kembali kerumah dengan membawa beberapa titipan dari mama dan tante Aisyah.
“Ini titipannya, saya taruh dimeja makan ya”
“Iya om , makasih. Nara kemana om?”
“Dia main dirumah temannya Luna”
“Oh gitu, Nara nginap gak om?”
“Ya gak lah, kenapa kamu kelihatan khawatir begitu?”
“Gak apa-apa kok om”
“Hemmm, gitu ya udah Han. Kamu juga harus banyakin istirahat di suruh mamamu biar tangan kamu cepat pulih”
“Ya om, saya permisi dulu”
Aku pun balik ke kamar untuk rehat sebentar sambil menunggu adzan maghrib.
***
Aku yang sedang mengaji tiba-tiba ada suara gubrakan pintu yang tak lain Nara yang sedang terburu-buru ke kamar mandi.
Nara pun terjatuh. “Duh ngeselin banget sih ini lantai udah tahu aku buru-buru pakai acara dramatis jatuh segala”
“Bukan lantainya kali Nar, tapi kamunya hati-hati”
“Hihihih ya teh tahu nih aku”
“Ada-ada aja kamu tuh”
Aku mengakhiri baca Al-Qur’anku dan membuka isi chatan whastapp. Aku mengecek chatan dari Fatimah. Chatan Fatimah berisi sebuah foto. Saat aku melihatnya terdapat gank wanita itu bersama Rio. Apa maksud keberadaan foto ini?! kataku dalam hati.
“Han, aku kirim foto ini ke kamu. Aku sempat mendengar percakapan mereka semua. mereka semua ingin menghancurkan acara pernikahan kamu Han?!”
“Kamu gak bohongkan?”
“Kelihatannya aku bohong gak Han?!”
“Hemmm”
“Tadinya aku pengen hajar mereka, tapi di tahan oleh Khadijah. Kalau saja aku sendiri bakalan aku hajar mereka.”
“Ya udah Fat, aku mau siap-siap sebentar lagi adzan isya habis itu aku istirahat di suruh mama”
“Oh ya udah cepat sembuh ya Han”
“Ya Fat”
Entah kenapa saat melihat chatan Fatimah. Hatiku merasa bercampur baur tak terhingga. Aku takut sekali dengan pernikahanku nanti kacau gara-gara mereka semua.
Nara melihatku dengan tatapan heran. Melihatku yang sedang melamun sambil memegang HP. Nara memegang bahuku dan menggoyangkan bahuku untuk menyadarkanku.
“Teteh, teteh, sadar teh”
“Astagfirullah” sadarku.
“Teteh kenapa sih melamunnya kayak gitu, entar kesambet setan lho”
“Hemmm gak apa-apa dek, teteh hanya saja …”
“Hanya saja apanya teh?” tanya Nara penasaran.
“Hemmm gak jadi deh hihihih”
“Ihhh teteh mah bikin aku kepo aja”
“Gak apa-apa kok dek”
“Dihhh, ngapain tadi teteh ada kata hanya saja. kan Nara orangnya kepoan”
“Udahlah dek lupakan”
“Hayolah teh, please teteh kan cantik” rajuk Nara maksa.
“Hemmm ya dek nanti teteh ceritain habis sholat isya okay”
“Benar ya teh”
“Ya adikku yang bawel”
“Oh okay aku tunggu”
Adzan isya pun berkumandang waktunya aku dan Nara sholat. Selesai sholat aku menyeritakan soal chatan yang di ceritakan Fatimah tadi. Sehabis itu kami tidur.
***
Keesokan harinya ialah hari yang benar-benar sibuk dengan mama, papa, om, tante dan saudaraku lainnya. Ada yang lagi memotong sayuran, ada yang menghias ruangan dan lain sebagainya, bahkan Nara juga membantu. Aku ingin sekali membantu, tetapi dilarang oleh mama dan lainnya. aku di suruh oleh mama untuk istirahat di karenakan tanganku juga sedikit sakit. Aku merasakan merepotkan mereka. Sedangkan aku hanya bersantai-santai saja.
Aku menghampiri mereka dan hanya melihat saja apa yang mereka lakukan di dapur.
“Rasanya aku ingin bantu mereka” kataku dalam hati.
“Lho Hana kenapa disini?” kata Ayah.
“Eh, hemmm gak apa-apa kok. Aku hanya lihat mereka disini yang lagi sibuk”
“Oalah, tapi jangan bantuin. Kamu harus banyakin istirahat biar besok badan kamu fit dan biar gak stress. Besokkan hari pernikahanmu”
“Hemmm baiklah” jawabku cemberut.
“Nak, mending kamu bantuin mama bungkusin mahar kamu di kamar belakang sama yang lainnya”
“Maunya gitu ma, aku gak enak santai-santai aja dan yang lain pada sibuk, tapi tadi tuh di larang sama ayah”
“Ada-ada aja ayahmu itu nak”
“Okay makasih ya ma”
“Sama-sama nak”
Aku mengujungi kamar belakang dan langsung duduk. Sebelum aku bantu mereka. Aku melihat cara membungkusnya terlebih dahul. Aku melihat Nara yang sedang membungkus barang dengan rapih dan anggun. Ternyata Nara ada kehebatan lainnya selain jago masak. Aku kagum dengan adikku ini walaupun sikapnya kekanak-kanakan, tapi dia punya banyak keahlian.

Saatnya aku memulai membungkus barang. Aku sudah melihat teknik Nara saat membungkus barang tadi.
Satu-persatu barang kami semua bungkus sudah selesai. Rasanya bagiku ini belum cukup untuk bantu mereka. Namun, mama melarangku melakukan kegiatan yang lainnya. Aku melihat Nara yang sedang berjalan terburu-buru.
“Nara” teriakku.
“Ya teh ada apa?”
“Kamu mau kemana?” tanyaku.
“Mau bantuin di dapur teh, emangnya kenapa?”
“Hemmm gak apa-apa teteh sendirian aja gak ada teman. Paling ada anak kecil yang lagi ribut di kamar teteh”
“Yahhh teh, tapi Nara mau bantuin mama sama yang lainnya kasihan mereka. Nara bantu potong sayuran kok entar balik lagi”
“Maa Syaa Allah, ya udah dek semangat ya kerjanya”
“Siap teh, Nara permisi dulu”
Rasanya aku iri sama mereka lagi pada sibuk. Rasanya pengen bantuin lagi biar ada kerjaan.
“Umma”
“Eh ya sayang ada apa?”
“Ayo main di kamal yu”
“Ya udah. Yuk sayang kita masuk di kamar”
Hatiku mengeluh capek ternyata mengurus anak banyak itu melelahkan juga ya, tapi ini belum seberapa nanti saat aku menjaga anakku sendiri. Seseorang masuk ke kamarku dan ternyata Ibu dari ponakan kembarku ini namanya Rita. Umurnya masih muda. Namun, anaknya sudah 3 saja.
“Hai Hana”
“Hai juga Rita”
“Maaf ya udah ngerepotin, tadi aku tinggal sebentar bantuin yang lainnya. untung ada kamu disini makasih lho udah jagain mereka”
“Hihihih ya sama-sama. Mereka gak merasa di repotin kok sama aku, malahan aku senang sama anak kecil.”
“Oh iya ya kan calon ibu nanti hihihih”
“Aamiin”
“Semangat ya buat besok. Jangan malu-malu kucing di depan kekasihmu”
“In Syaa Allah mohon do’anya saja”
' “Aamiin allahumma aamiin. Oh ya aku tidurin si kembar dulu ya. Kamu juga istirahat dulu biar badannya fresh kayaknya kamu kecapean urus anaku hihihih maaf lho”
“Hemmm gak capek kok Rit tenang saja”
“Oh ok Han”
***
Hingga hari sudah malam, semua orang dirumah nampaknya masih sangat sibuk dan membuatku sangat merasa tidak enak pada mereka. Apalagi pada Raza, sedari tadi aku lihat ia banyak bulak-balik kesana kemari membawa barang ini itu. Mungkin karena ia masih muda dan masih bugar jadi lebih banyak disuruh oleh para ua dan bibi.
Diruang keluarga aku melihat Mama dan tante Aisyah sedang asik mengobrol. Lalu ada juga Nara bersama ayah dan om Juna yang kutebak pasti sedang membicarakan masalah sekolah Nara yang memang sering mereka bicarakan akhir-akhir ini. Melihat mereka yang sepertinya sangat bahagia saat ini, membuatku tanpa sadar meneteskan airmata kebahagiaan.
Aku memikirkan tentang masa depanku, apakah aku akan tetap melihat mereka seperti ini? Apa aku bisa memiliki keluarga yang seperti ini dikehidupan pernikahanku? Apakah suamiku akan sebaik ayah dan om Juna? Apa aku bisa menjadi istri sebaik mama dan tante Aisyah.
“Assalamu’alaikum ayah, om, Nara”
“Wa’alaikumsalam, kenapa kamu menangis sayang?” jawab mereka, kemudian ayah bertanya padaku.
“Tidak apa-apa yah, oh iya kalian sudah makan malam belum? Mau Hana buatkan sesuatu?”
“Tidak perlu sayang, Nara sudah pesan makanan lewat online untuk kita semua, karena kalau masak pasti lama dan semuanya juga sudah lelah”
“Oh begitu, terimakasih ya Nar”
“Sama-sama. Santai aja teh ini juga kan karena Nara lagi laper heheheh. Sekali-kali pesan makan lewat online”
“Oh ya, jadi kamu mau lanjut kuliah aja atau kerja?”
“Pengen kerja sambil kuliah, tapi bagaimana nanti aja deh. Soalnya Nara kan baru naik kelas 12 juga jadi masih lama lulusnya”
“Gak akan kerasa juga dek nanti tahu-tahu udah mau lulus sekolah”
“Iya tahu, tapi kan Nara ada PKL tuh. Jadi bakal Nara bandingin lebih enak mana antara kuliah sama kerja gitu”
“Saran teteh mending kamu lanjut kuliah saja di Jakarta sama teteh, mau tidak?”
“Gak mau ah jauh dari papa, mama sama abang dong nanti”
“Kan ada teteh”
“Pokoknya Nara mah mau di Bandung aja, suami juga mau orang Bandung aja biar mudiknya gak jauh-jauh”
“Kamu masih bocah udah mikirin suami aja”
“Hehehe. Oh iya pah, ua, teh, Nara pamit mau ke kamar ya pengen mandi terus lanjut bobo”
“Iya sana”
“Teteh juga mau ke kamar yuk”
Aku pun ke kamar bersama Nara karena aku juga merasa lelah walaupun sebenarnya hanya melakukan sedikit pekerjaan. Setelah mandi aku bersiap-siap untuk tidur, namun setelah memejamkan mata selama beberapa menit hasilnya nihil. Aku tidak bisa tidur karena memikirkan hari esok, hari yang telah aku tunggu selama satu bulan, hari dimana ayah akan melepasku, hari dimana aku akan bersama seseorang yang aku cintai selama ini dan akan menjadi masa depan dan syurgaku bersama dirinya nanti.

Indahnya Persahabatan Menuju Cinta (SEDANG DI REVISI).Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang