ALONE (END)

bagian 2

Aku Kania Fani. Nama yang sederhana, namun nama ini pemberian dari kedua orang tuaku, hanya satu yang tidak kusukai dari namaku "Fani" , aku lebih suka mengosongkan nama belakangku.
Mungkin karena hidupku yang tak seindah dulu, "Fani" adalah nama keluarga besarku. Aku lebih suka hidupku yang dulu, dimana kedua orang tuaku banyak menghabiskan waktu bersama keluarga ketimbang waktu untuk masalah kerjanya.
Mungkin aku egois, tapi ini yang kurasakan.

Banyak temanku yang sekarang menganggapku berubah karena sikapku yang tak seceria dulu.
Temanku banyak yang menganggap sikapku yang sekarang berubah dari ceria menjadi pendiam, cuek.
Tapi tidak bagi satu teman masa kecilku, Alfira.

Aku memang tidak menyukai sikapku yang sekarang, aku lebih suka sikapku yang dulu.
Tapi, aku sudah tak bisa kembali seperti dulu.

Faktor utama yang bisa temanku Alfira simpulkan "kesendirianku".
Sekarang aku duduk di bangku Sekolah Menengah Atas kelas 11 dan Alfira merasakan perubahan sikapku saat aku duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama kelas 7.
Tepat di saat kedua orang tuaku pergi meninggalkanku dirumah hanya dengan pembantu dan seorang supir dengan alasan kerja di luar kota kurang lebih 3 tahun. Di saat itu pula aku jauh dari rasa kurang kasih sayang dari kedua orang tuaku, mungkin.

Sekarang semua telah kembali seperti semula. Rumah telah kembali bercahaya dengan kepulangan kedua orang tuaku dan adik laki-lakiku yang dulu ikut keluar kota. Tapi, tidak semuanya kembali.

Keceriaanku tak kembali kepadaku.

Rasa kesendirian masih tetap ku rasakan sampai sekarang walau kedua orang tuaku sudah kembali menempati rumah yang mereka tinggalkan dulu.
Mereka memang kembali tapi tidak dengan rasa kebersamaan yang ku inginkan.

Mama yang selalu sibuk dengan butiknya, Papa dengan urusan kantornya. Dan adik laki-lakiku yang sibuk dengan urusannya sendiri.

Karena itulah aku tidak suka dengan nama "Fani" dalam namaku.

.
.
.