Bagian 15

295 4 4
                                    

Kania.

Suasana teras rumahku terasa sunyi. Hanya terdengar lalu lalang kendaraan yang akan menuju tujuannya. Aku mendudukkan diri pada bangku yang telah di sediakan. Menatap lalu lalang kendaraan, entah kenapa selalu menjadi hiburan saat aku lelah seharian.

"kania" ucap mama mendudukkan dirinya di sampingku

"apa ma?" jawabku singkat

Mama berhenti sejenak, mengatur nafasnya. Terlihat papa datang ikut mendudukkan dirinya pada bangku yang tersisa.

"kamu punya Seseorang yang kamu suka?" ucap mamaku. Aku yang tak percaya dengan pertanyaan mamaku membuatku tertawa

"hahaha... mama tanya apaan sih? Nggak mama banget" ucapku di sela tertawaku

"kok malah ketawa, Mama kan hanya  tanya. Apa salahnya" ucap mamaku

"gini ya ma, kania itu mau fokus dengan kuliah dulu setelah itu kania mau fokus kerja dulu dan tugas kuliah kania yang setiap hari banyak itu sudah membuat kania malas memikirkan hal begituan" ucapku cepat

"Kamu punya seseorang yang di suka tidak masalah kania,  Menikah  juga boleh. Papa mama kasih ijin, asal orang itu baik agamanya baik akhlaknya" ucap mama membuatku terkaget

"mama jauh amat ngomongnya" ucapku dengan susah payah

"papa setuju dengan omongan mamamu." ucap papa ikutan

"pa ma, Kania capek mau istirahat, besok juga kania ada kuliah pagi" ucapku beranjak meninggalkan papa dan mama.

---

Pagi menyapa.

Berangkat kuliah seperti biasa, setelah  memasuki gerbang dan selesai memarkirkan mobil. Aku di hadang oleh teman masa kecilku. Siapa lagi kalau bukan Alfira. Masih satu universitas tapi beda fakultas.

"lu harus lihat ini" ucap Alfira sambil menarik tanganku. Aku hanya menurut, kelasku akan di mulai setengah jam lagi.

Aku hanya diam mengikuti dari belakang tak berbicara apapun

'ada apa? aneh sekali, mana  eka?' batinku

Sementara Alfira masih setia menarik tanganku.

'lapangan. buat apa' batinku

Alfira melepaskan tanganku.

"buat apa ngajak gua ke sini?" tanyaku pada Alfira

"lihatlah" jawab Alfira menunjuk seorang lelaki berdiri di tengah lapangan memunggungiku dan Alfira

'ada apa sih sebenarnya, buang waktu saja. Ini juga kenapa Eka tidak muncul' batinku

"ha?" ucapku pelan. Terkejut dengan apa yang sedang aku dengar.

Seketika aku mematung di dampingi Alfira. Alfira tersenyum menoleh ke arahku.

Aku bergegas pergi meninggalkan tempat tersebut. Alfira dan seorang lelaki tersebut mengejar dari belakang.

Aku terus berjalan ke kelasku. Mereka sudah berhenti tak mengejar. Aku mendudukkan diriku menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya pelan.

Ku pejamkan mataku, terlihat jelas masih terngiang di fikiranku.

"kania, semua yang terbaik untukmu?"


















"eka, maksudnya apa coba? Alfira juga kenapa senyum-senyum seperti itu?" ucapku pelan

Membingungkan.

----

Semua mata kuliahku hari ini sudah selesai. Ku langkahkan kaki keluar kelas menuju parkiran. Ku naiki mobilku melaju menuju rumah.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 08, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ALONE (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang