Alfira .
Mata ini sudah bersiap untuk menutup kelopaknya, buku yang aku pegangpun sudah tak sanggup ku membacanya. Aku alihkan pandanganku menuju ponsel, 21:45 WIB. Pantas saja mata ini sudah demo ingin di istirahatkan. Ku segera membereskan buku-buku yang berserakan di meja, ku masukan MaPel esok hari kedalam tas.
Aku menuju ke kamar mandi.
Melakukan kegiatan sebelum tidur.
Aku bersiap untuk menidurkan tubuhku,prang
Aku kembali terbangun. Terdengar suara saling bantah antara ibu dan ayah. Dari dulu suara tersebut sudah sering aku mendengarnya, tapi tidak sampai ada barang apapun yang menjadi korban.
Aku selalu mendengarkan setiap kalimat yang terucap dari mulut mereka, dan itupun tanpa sepengetahuan mereka. Pertama aku mendengar mereka saling bantah dan berujung pertengkaran saat aku masih duduk di bangku Sekolah Dasar.
Keluargaku jauh dari kata harmonis seperti keluarga teman-temanku pada umumnya. Tapi tak satupun dari temanku mengetahuinya. Termasuk kania, teman masa kecilku.
Air mataku meneteskan air matanya. Dada ini serasa sesak susah untuk bernafas. Kaki dengan secepat kilat membawaku di hadapan kedua orang tuaku.
brakk
Suara bantingan pintuku, membuat mereka berhenti saling bantah.
"aku tidak pernah percaya, ayah akan mengatakan kalimat tersebut pada ibu" ucapku dengan nada terisak
"aku sudah lama mendengar kalian saling bantah, bertengkar dari sekian lama. Tapi aku tak pernah menyangka untuk yang kali ini" lanjutku dengan air mata yang menemani
Aku menatap kedua orang tuaku dengan tatapan kecewa. Aku menghapus air mataku kasar, aku kembali ke kamarku.
Aku menjatuhkan tubuhku di atas kasur. Bantalpun menjadi basah akibat air mata. Aku tak mengerti, rasanya begitu sakit.
Bertahun-tahun aku mendengarkan pertengkaran di antara mereka. Baru kali ini aku merasakan begitu sakit hati.
pisah.
Itulah yang aku takutkan.
.
.
.Pagi yang cerah seharusnya diriku juga terlihat ceria. Namun kini tidak.
Aku telah siap berangkat kesekolah dengan sepeda motorku. Sarapan kali ini tanpa ada yang mengucap kalimat sepatah katapun.
Aku lajukan motorku dengan kecepatan tinggi. Tak butuh waktu lama aku telah sampai di parkiran sekolahan.
Aku langkahkan kakiku menuju ruang kelasku, sudah banyak yang berdatangan. Aku tak menghiraukan pertanyaan teman-temanku yang melihat wajahku jauh dari kata baik-baik saja.
Aku hanya diam, mendudukkan diri di bangkuku.
Aku melihat kania memasuki kelas dan mendudukkan dirinya di sampingku. Pertanyaan-pertanyaan dari kania pun aku jawab dengan gelengan kepala. Dia yang kemungkinan mengerti dengan situasiku langsung saja diam. Membiarkanku untuk menenangkan diri.
Bel tanda di mulai pelajaranpun berbunyi. Tak lama seorang guru memasuki ruang kelas di ikuti seorang murid laki-laki.
Aku sama sekali tak memperhatikan apa yang di ajarkan.
Bel istirahatpun berbunyi. Semua murid telah meninggalkan kelas terkecuali aku kania dan murid baru tersebut.
"kania, gua ke toilet sebentar" ucapku yang hanya di angguki oleh kania.
Aku sedikit berlari menuju ke toilet. Air mataku serasa ingin tumpah.
Aku memasuki toilet, air mata langsung menjatuhkan dirinya ke pipiku dengan deras. Menangis tanpa bersuara membuat tubuhku bergetar. Bernafaspun rasanya sulit sekali ku lakukan.
Aku menatap wajahku di cermin, betapa kacaunya diriku. Aku menghapus air mataku segera ku mengambil wudhu, menyegarkan kembali diriku.
Keluar dari toilet, aku ingin mencari ketenangan. Kakiku terus melangkah, aku berhenti di halaman belakang.
Aku dudukkan diriku di bangku panjang. Sungguh suasana yang mendukung untukku menenangkan diri di sini.
Tak banyak murid yang memilih halaman belakang untuk mengahabiskan jam istirahatnya.
Aku yang termenung tak menyadari kedatangan kania. Kania mendudukkan dirinya di sampingku.
Kania menawariku untuk bercerita tentang apa yang membuatku seperti ini. Aku mengangguk, aku langsung mememeluk kania. Aku kembali menangis.
Ku lepaskan pelukanku dengan kania,
"orang tua gua ingin pisah" ucapku pelan.
Kania yang mendengarpun terperanjat kaget. Karena yang dia tahu selama ini keluargaku baik-baik saja.
"mereka sudah lama saling bertengkar sejak gua duduk di bangku SD. Tapi pasti mereka akan baikan setelah bertengkar. Gua sering mendengar mereka bantah beradu argumen yang ujung-ujungnya mereka akan bertengkar. Tapi, kali ini lain kania. Ayah gua mengucapkan kalimat yang gua takuti" ucapanku terhenti di ganti dengan isakan tangisku.
Kania menenangkanku dengan sentuhan tangannya berada di pundakku membuatku sedikit lega. Walau tak ada kalimat panjang yang ku dengar dari kania. Hanya kalimat yang sabar ya, Allah selalu ada untukmu.
Ku hapus air mataku.
"terima kasih kania, Lu adalah satu-satunya teman gua yang selalu ada" ucapku sedikit tersenyum
"sama-sama Al, Lu juga teman yang selalu ada untuk gua" jawab kania
"kania, gua harus bagaimana? gua nggak mau melihat kedua orang tua gua pisah" ucapku meminta pendapat
"jika itu keinginan Lu, Lu harus berusaha supaya mereka nggak pisah" jawab kania
"lah, itu juga gua tahu. nggak usah di beritahupun gua akan lakuin hal semacam itu, gimana sih Lu?" ucapku yang hanya di balas senyuman oleh kania
"ya udah yuk ke kelas. sudah hampir bel nih" ucap kania sambil menarikku.
Aku berjalan menuju ke kelas sambil memikirkan bagaimana cara agar kedua orang tuaku tidak jadi pisah.
Aku mendudukkan diriku di bangkuku. Saat pelajaranpun aku sama sekali tak memperhatikan.
Bel tanda istirahat kedua telah berbunyi, murid berlalu keluar menuju tujuan masing-masing. Segera aku dan kania menuju ke mushola melaksanakan sholat dhuhur berjamaah di sana.
.
.Bel tanda pulang sekolah berbunyi, bersamaan munculnya ide cemerlang yang dari tadi aku fikirkan.
"kania, aku pulang duluan. Mau bareng sekalian?" ucapku yang hanya di jawab gelengan kepala olehnya.
Aku berlalu dari hadapan kania. Aku menuju parkiran untuk mengambil motorku, aku benar-benar tak sabar untuk menjalankan rencanaku ini.
Aku lajukan motorku dengan kecepatan sedang.
"ayah, ibu. Ya Allah semoga berhasil. Dan semoga ayah ibu mengerti" ucapku pelan pada diriku sendiri.
.
.
.
.
."jangan biarkan masalah yang hanya sepele menjadi besar. yang nantinya akan disesali di kemudian hari"
-Alfira-.
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALONE (END)
Short StoryTerkadang mengerti bisa sangat mudah, begitupun sebaliknya. Begitu sulit untuk di lakukan. END .... Penggunaan kata belum sempurna, karena masih pemula. .... .... DONT COPAS MY STORY 🛇⚠❌ KARENA ITU SANGAT MENYAKITKAN mahdiyah27 ....