31.I Know.

1.2K 137 25
                                    

"Jadi gini ya? Markas rahasia seorang detektif intelijen kepolisian pangkat tinggi?" gumam Kia kagum.

Ia dengan segera menelusuri ruangan penuh benda canggih tersebut.

"Leader detektif intelijen pangkat tinggi, lebih tepatnya." Arsen menyusul Kia di belakang.

Setelah melihat sejenak, Kia beralih duduk di sofa panjang yang Arsen letakan di sudut ruangan, tidak jauh dari pintu masuk.

"Gue salut ama lo, masih semuda ini lo udah jadi leader detektif intelijen, pangkat tinggi pula, penyamaran lo jadi anak berandalan pun bener-bener totalitas, dan lo ga segan-segan mukulin orang, termasuk gue yang notabe nya anak teladan," puji Kia jujur, meskipun terselip kebohongan yang nyata di akhir kalimatnya.

Ia tidak berbohong, jika waktu itu Kia tidak sengaja melihat Arsen berbincang dengan beberapa orang polisi tanpa seragam, maka Kia akan tetap mengira Arsen adalah cowok berandalan yang tidak layak hidup, dan lebih baik di musnahkan.

Namun nyatanya? Selama ini Arsen tengah berkecimpung dalam penyelidikan kasus yang Kia hadapi.

"Sebenarnya mukulin orang bukan cuman karna totalitas,tapi karna gue emang pengen aja, kelihatan keren gitu," ucap Arsen sambil terkekeh pelan, yang di balas Kia dengan jitakan.

"Lo pernah nggak? Ga berhasil mecahin sebuah kasus?" tanya Kia penasaran.

Merasa tertarik dengan toples-toples di atas meja didepan nya, Kia pun meraih toples tersebut dan membukanya. Dugaan Kia benar, toples tersebut berisi makanan, pantas saja toples tersebut seolah memanggil Kia untuk membukanya.

Arsen hanya tersenyum melihat Kia dengan ke aktifan nya pada makanan.

"Hm?"  gumam Kia seolah menuntut jawaban dari pertanyaan nya tadi.

"Kalau untuk ga berhasil mecahin sih belum pernah, tapi kalau telat mecahin sebuah kasus gue pernah rasain, terakhir kali gue telat mecahin kasus, akibatnya fatal banget," jelas Arsen yang faham maksud dari Kia tadi. Tersirat luka dalam di mata Arsen saat mengatakan hal tersebut.

"Kasus apa? Gue boleh tau?" tanya Kia hati-hati, takut Arsen merasa tidak nyaman dengan pertanyaan nya.

"Kasus keluarga gue, dan gue kehilangan semuanya," jelas Arsen setelah mengambil nafas panjang.

"Termasuk Nyokap lo ya? Berarti lo… maaf nih, yatim piatu?"

"Gue bukan yatim piatu, gue masih punya satu orang tua," jelas Arsen dengan mata yang terlihat berkaca-kaca.

"Bokap lo…"

"Bukan… Nyokap gue," jelas Arsen sambil mengusap pelupuk matanya yang sudah basah.

Jujur Kia merasa kasihan melihat Arsen seperti ini, Arsen yang terkenal berandalan dan di takuti semua orang, kini menangis karna mengingat keluarganya yang berantakan sama seperti Kia.

Namun yang membuat Kia sedikit bingung saat ini,bukan nya sebelumnya Arsen mengatakan bahwa Mamanya sudah meninggal?

"Nyokap lo?"

"Iya, kejadiannya empat tahun lalu, kejadian yang paling ga bisa gue lupain itu menewaskan Bokap dan Adik gue, Nyokap gue ga terima, dia down dan stres, finally… fikirannya tetap berusaha ngejelasin kalo keluarga gue masih utuh, sehingga logikanya udah ga jalan, gue terpaksa bawa Mama ke RSJ dengan fasilitas VVIP, karna kalo di rawat privat di rumah malah bikin Mama makin ga bisa di kendaliin karna ngerasa kesepian, tapi kalo di RSJ, dia punya banyak teman.

Dengan kondisi Mama kayak gitu, sama aja kayak Mama udah ga ada, dia ga ngerasaian hidup yang sebenarnya, gue bilang ke semua orang kalo Mama udah meninggal, bukan karna gue malu,tapi itu buat keamanan Mama, karna yang musuh tau, keluarga gue udah lenyap kecuali gue, yang mereka kenal berandalan dan jadi masalah bagi semua orang." Arsen benar-benar tidak bisa membendung air matanya.

The Bad Students 2 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang