38. Bad Life.

1K 94 21
                                    

Lorong panjang bernuansa putih itu semerbak dengan bau obat dan isak tangis yang terdengar begitu mengiris hati. Azka, sosok konyol yang selalu berhasil membuat orang lain tertawa dengan tingkahnya. Cowok nakal yang selalu berhasil merubah suasana, kini tengah terbaring lemah di ranjang rumah sakit.

Keadaan begitu menegangkan di sana, semua menunggu Zalfa keluar dari ruangan Azka, berharap tidak terjadi apa-apa pada cowok tampan tersebut.

"Azka gimana?" tanya Vilio yang baru datang bersama Raily. Mereka orang tua Valerie, jelas setelah apa yang terjadi pada Azka, Raily menjemaskan putri satu-satunya itu, hingga Raily segera memeluk Valerie, memastikan tidak ada sedikitpun lecet pada putrinya.

"Ma, Valerie ga papa…" ucap Valerie memberi tau sambil tersenyum agar sang Mana merasa tenang.

"Zalfa masih di dalem, jadi kita belum ada yang tau keadaan Azka," jawab Arvan yang memang berada di sana.

"Ini sebenernya kenapa bisa sampe kayak gini?" tanya Raily cemas, wajahnya terlihat gusar, mungkin kesal pada keadaan yang terus mendesak kehidupan mereka.

"Ly, tenang dulu… kita semua di sini belum tau pasti apa yang terjadi, dan mereka masih anak-anak, kejadian ini jelas merusak mental mereka,jadi biarin mereka tenang dulu," jelas Feila mencoba menenangkan Raily.

Yaaa, juga ada Feila di sini, dia ibu kandung Aza, sekaligus ibu tiri David. Aza dan David memang bukan saudara kandung, Mama David, bernama putri yang meninggal saat melahirkan David.

"Tapi--"kalimat Raily terhenti saat Vilio memegang tangan nya, memberi kode pada sang istri agar meredam kecemasanya yang mungkin bisa memperburuk suasana.

"Bu, Mama sama Papa mana?" tanya David pada Feila. Feila seketika terdiam, meski ia sudah memprediksi pertanyaan ini pasti akan muncul. Kemana orang tua Azka? Yang malah tidak datang di saat anak semata wayang mereka dalam keadaan kritis.

Feila melihat pada Arvan,Vilio dan Raily yang juga melihat ke arahnya. "Mereka kan lagi ada acara di Belanda, belum bisa balik karna cuaca badai." Arvan yang menjawab, mencoba memberi alasan logis agar tidak memunculkan pertanyaan lain yang akan memperburuk keadaan.

"Kia mana?" tanya Vilio pada X-Bart yag malah terdiam dan menoleh ke arah Revan. Revan yang terakhir menyusul ke rumah sakit. Tanpa Amora, Kia dan juga Devano. Jadi semua orang mengharapkan jawaban darinya.

Revan menggeleng. " nggak tau," jawab nya singkat. Dia terlalu malas membahas itu sekarang.

"Revan," panggil Arvan pelan. Ia jelas tau putranya sedang berbohong, terlalu kentara dari wajah Revan yang seketika berubah saat Vilio menyebut nama Kia.

"Van udah bilang, Van ga tau!" jawab Revan sedikit membentak kemudian pergi dari sana.

"Gue yakin ada yang terjadi, tadi muka Revan ga papa, sekarang liat, tuh anak udah kagak enak di lihat." bisik Valerie yang di angguki David.

Semua orang sontak berdiri saat melihat Zalfa keluar dari ruangan Azka. "Azka masih belum sadar, masih dalam tahap peluruhan dan penghentian penyebaran racun. Itu racun tanpa rasa, bau dan warna, sulit di dapat, dan perlu takaran para ahli dalam penggunaan nya, kelebihan sedikit saja tubuh korban bakal hancur ga bersisa. Benda itu jelas ga mungkin di gunain secara asal di sekolahan kalian, jadi kalian hutang banyak penjelasan sama Bunda." hanya itu kalimat penuh nada dingin yang Zalfa lontarkan, wanita dengan pakaian dokter tersebut segera pergi dengan wajah yang terlihat menahan amarah, di susul Arvan yang seolah tau apa yang istrinya rasakan.

Brakk!!

Zalfa mendorong kuat pintu ruangan nya, kemudian melepas paksa jas dokter yang sedang ia pakai.

The Bad Students 2 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang