Note: Untuk kenyamanan membaca, silahkan baca sekuel ASMARA sebelumnya yang berjudul Calon Istri dan Mantu IDAMAN. Untuk keseluruhan bab cerita dapat kalian temukan di akun Dreame "creamcheese"
*
*
*
Ngengggg... dia membawa motornya dengan kecepatan maksimum, tidak dipedulikannya lagi kuatnya angin malam dan rintik hujan yang mendera. Yang ada di pikirannya saat ini adalah harus segera sampai di sana.
Akhirnya dia tiba juga dengan selamat meski harus berkali-kali hampir menabrak pengendara motor yang lain. Dia tiba tepat bersamaan dengan ambulance yang membawa tubuh suaminya.
Tanpa berpikir panjang dia ikut mendorong keranjang yang membawa suaminya itu. Didorongnya sekuat tenaga, padahal sedari tadi pikirannya sudah berkecamuk ke mana-mana, perasaannya juga menjadi tak keruan kala melihat kondisi suaminya yang terluka.
" Mbak tunggu di sini saja ya." Dia hanya bisa pasrah mengikuti perintah suster itu. Disenderkannya tubuh lemahnya ke tembok bercat putih itu. Dia menangis, rasanya sungguh-sungguh perih ketika mengingat beberapa jam sebelum kejadian ini. Tidak, bukan hanya beberapa jam sebelum ini, perempuan itu menyesali setiap waktunya yang sudah dilalui dengan sia-sia.
Semua bayangan berkelebat, kenangan-kenangan itu terputar kembali. Masih segar diingatannya bagaimana dinginnya rumah tangga mereka selama ini, bagaimana sikap tidak pedulinya pada suaminya itu.
Iya, selama ini dia telah menyia-nyiakan kebaikan suaminya. Dia dan suaminya tahu persis bahwa tidak ada cinta di pernikahan mereka, mereka hanya memerankan bagian-bagian mereka sebagai suami istri di depan khalayak ramai lalu melepas topeng itu semua di rumah.
Dia dan suaminya tahu dengan sangat bagaimana dinginnya rumah tangga mereka. Tapi apa yang dilakukan suaminya? Dia tetap menjalankan tugas dan kewajibannya sebagai suami bahkan tanpa menuntut hak-haknya sebagai suami. Dan dirinya? Dirinya hanya bisa menepis segala kebaikan suaminya itu dengan ego wanita tingkat tingginya.
Padahal, baru saja. Baru saja dia berusaha membuka hatinya, berdamai dengan masa lalu. Tapi Allah sudah lebih dulu mengirimkan hukuman atas segala kelalaiannya dalam menjalani tugas dan kewajibannya sebagai seorang istri.
" Allahurabbi... selamatkan dirinya, jangan ambil dia dariku Ya Allah." Wanita itu memohon dengan sangat kepada Rabb-Nya. Dia tahu bagaimana perihnya kehilangan dan dia tidak ingin kehilangan lagi untuk saat ini. Karena dia bahkan belum menunaikan baktinya sebagai seorang istri.
Air matanya luruh membasahi cadar yang menutupi wajahnya. Bersamaan dengan derasnya air hujan yang membasahi jalanan kota Batam. Seolah-olah langit tahu, bahwa bulannya sedang merundung.
YOU ARE READING
ASMARA (Assakinah, Mawaddah, Warahmah) Sekuel CIMI 2
SpiritualKamu bulan dan aku matahari. Kamu senja dan aku fajar. Kamu gelapnya malam dan aku terangnya siang. Kita beda, jauh, dan berada di waktu yang berbeda. Kita bahkan sama-sama menolak untuk bersama. Tapi kita berada di langit yang sama. ... Dia tahu, b...