#10: Tekad Pertama

147 16 2
                                    


Pertama-tama. Mereka harus membersihkan rumah ini. Meskipun beberapa perabotan sudah memenuhi sebagian ruangan, tetapi masih banyak space kosong. Belum lagi ruangan yang berdebu. Pakaian yang belum dibereskan. Halaman yang ditumbuhi rumput tinggi karena lama tidak diurus.

Sebenarnya Shyifa sudah malas untuk sekedar berbicara dengan suaminya ini. Tapi demi kenyamanan bersama, mereka harus bekerja sama.

" Kakak bersihkan halaman luar. Biar aku yang urus rumah." Ahsan speachles. Ini adalah kata-kata terpanjang Shyifa yang pernah Ahsan ingat setelah pernikahan mereka. Masih hangat diingatannya bagaimana Shyifa tidak berbicara mengenai apapun padanya selama tiga hari ini. Terutama kalau sedang berdua.

Meski satu kamar. Shyifa hanya diam saja saat dia memilih tidur di atas kasur. Sedangkan Ahsan yang cukup tahu diri mengambil inisiatif untuk tidur di lantai beralaskan selimut tentunya. Shyifa hanya berbicara dengan orang tuanya. Bahkan Shyifa terkesan memanfaatkan momen berduaan dengan bu Sasa agar dia tidak memiliki waktu bersama suaminya. Entah bu Sasa sadar atau tidak, yang jelas hal itu tidak terlalu mengganggu Ahsan. Sebab, dia cukup tahu bagaimana isi pernikahannya yang sesungguhnya.

Ahsan segera keluar sambil membawa beberapa perkakas yang ada. Dia bertugas membersihkan halaman depan dan belakang. Sedangkan Shyifa dia mulai melepas cadarnya, mengikat bagian bawah gamisnya, dan menggulung lengannya sampai ke siku. Dia juga siap untuk bertempur dengan segala kotoran dan kuman yang ada di rumah ini.

Setelah sekian lama berkutat dengan tanah dan rumput, akhirnya Ahsan menyelesaikan pekerjaannya. Dia masuk ke rumah untuk membersihkan diri. Saat masuk ke dalam, betapa terkejutnya Ahsan melihat Shyifa yang dalam mode berbeda itu. Selama ini Shyifa selalu menutup auratnya meskipun di kamar. Yah, walaupun lepas cadar, tetapi Shyifa selalu berpakaian lengkap dengan gamis, kerudung, dan kaus kaki. Baru kali ini Ahsan melihat Shyifa menggulung lengan seperti itu. Ya ampun San, baru lengan udah gagal fokus aja.

Merasa diperhatikan, Shyifa segera menoleh ke arah pintu yang di mana di sana sudah ada suaminya yang tengah memperhatikannya dengan seksama.

" KAK AHSAN!!!" Ahsan terkesiap mendengar Shyifa berteriak seperti itu. Dilihatnya perempuan itu berjalan ke arahnya sambil mengacungkan gagang pel.

Wajah Shyifa sudah merah padam. Dia menatap lekat ke arah lantai membuat Ahsan juga ikut menatap ke arahnya. Dan yah, Ahsan baru menyadari kesalahannya. Lantai yang baru saja di pel Shyifa harus berjejak kembali karena di stempeli kaki Ahsan.

" Maaf Maaf." Ahsan segera berlari keluar untuk menghindari amarah Shyifa.

" Oh iya, saya lupa. Tadi niatnya mau mandi." Ahsan segera berlari ke salah satu kamar yang di dalamnya terdapat kamar mandi membuat darah Shyifa semakin mendidih sampai ke ubun-ubun.

" Sabar Shyifa... tarik nafas, hembuskan. Tarik lagi, hembuskan. Astaghfirullah, laki siapa sih? Kok bisa-bisanya." Akhirnya Shyifa terpaksa mengepel ulang lantai yang penuh dengan bercak tanah berbentuk tapak kaki itu.

Padahal, niat Shyifa saat menikah dengan Ahsan adalah menjadi orang yang berbeda. Dia cukup kecewa karena orang yang dia kenal baik selama ini dengan lancangnya melamar di saat dia belum siap untuk menikah.

Padahal, Shyifa sudah bertekad untuk mengabaikan suaminya itu. Bertekas untuk menjadi wanita yang dingin seperti yang sudah berhasil dilakukannya selama tiga hari tinggal bersama mertua. Catat, dingin kepada suami. Bukan kepada mertua.

Tapi kalau kayak tadi kejadiannya, gimana dia bisa tetap pasang wajah datar. Gimana dia nggak ngomel. Perempuan normal mana yang hanya tersenyum ikhlas saat sudah capek-capek ngepel rumah segede gaban gini tiba-tiba diinjek sama suami sendiri. Kalau ada cepat hubungi Shyifa, dia sungguh ingin berguru langsung dengannya.

Hanya perkara pel saja, runtuh sudah tekad pertama Shyifa. Jujur, Shyifa memang tidak cinta sama sekali pada suaminya itu. Tapi juga tidak membencinya. Yah... gimana ya, walaupun pernah jadi mantan. Tapi... yah gitu deh. Perasaan Shyifa benar-benar hambar. Kalau kalian membaca kisah Shyifa sebelumnya, pasti kalian mengerti.

***

Hayooo... yang sudah pada nungguin, alhamdulillah hari ini bisa apdet. Jangan lupa bintang dan komennya ya...

Luv,

ASMARA

ASMARA (Assakinah, Mawaddah, Warahmah) Sekuel CIMI 2Where stories live. Discover now