#12: Peraturan

147 16 2
                                    

" Assalamualaikum."

" Waalaikumsalam," jawab Danni dan Ahsan kompak. Meski begitu terlihat ketidakkompakan pada wajah mereka berdua. Ahsan yang berwajah masam dan Danni yang berwajah sumringah karena sudah menghabiskan semangkok penuh bubur ayam.

" Lho, kok Ahsan di sini?" tanya Mama Alif saat melihat Ahsan di teras rumahnya bersama Danni.

" Iya bu, mau mampir aja tadi," jawab Ahsan sambil tersenyum. Mama Alif ber-oh pendek setelah itu segera memanggil dua anak bujangnya.

" Alif! Bisma! Bawain belanjaan mamak mu ini."

" Siap nyonya." Itu suara Bisma yang kalau ngomong memang suka pakai toak.

" Pesanannya ada kan?" Bisma bertanya sambil mencari kantung belanjaan yang berisi pempek pesanannya.

" Itu di kantong putih." Bisma segera memeriksanya. Setelah terkonfirmasi bahwa pempek pesanannya ada di kantong putih yang dimaksud, Bisma segera mengangkut kantong itu ke dalam rumah.

" Heh! Astaga... nih anak malah bawa yang ada pesanannya aja." Alif segera keluar setelah mendengar ocehan mamanya. Sebelumnya Alif cepat-cepat membereskan mainan yang berserak di ruang tamu. Takut-takut kalau mamanya lihat, pagi mereka akan semakin memanas.

" Biar Alif aja mak." Alif segera mengangkut belanjaan mamanya. Setelah itu Shyifa dan Ahsan juga ikut berpamitan pada Mama Alif.

" Duluan bu."

" Makasih udah diboncengin ya Shyifa."

" Harusnya Shyifa yang makasih udah dikasih tumpangan. Duluan bu, assalamualaikum." Setelah itu Shyifa dan Ahsan berjalan ke rumah mereka.

" Lain kali, kalau mau pergi izin dulu kek." Shyifa tidak peduli. Dia terus berjalan ke dapur sambil menyusun belanjaannya. Kulkas mereka masih kosong, itu sebabnya Shyifa lumayan belanja banyak hari ini.

" Kalau kamu mau ke pasar kan bisa ajak aku."

" Kalau mau keluar jangan bawa kunci dong, taruh kek di bawah keset." Shyifa masih mendiamkan Ahsan. Sungguh malas rasanya berdebat pagi-pagi.

" Kamu tuh kalau orang ngomong dijawab dong."

" Hm." Shyifa hanya menjawab singkat sambil terus menyusun bahan-bahan makanan.

" Shyifa!" Ahsan membalikkan badan Shyifa. Bukannya apa-apa. Tapi baginya sudah cukup keterlaluan kalau orang sudah ngomong panjang lebar seperti tadi malah tidak digubris.

Ahsan tahu Shyifa tidak menginginkan pernikahan ini. Dia cukup sadar diri. Tapi semua yang dilakukannya untuk kebaikan bersama. Bagaimana kalau Shyifa kenapa-napa di jalan dan Ahsan tidak tahu sama sekali ada di mana dia karena Shyifa tidak minta izin saat berpergian. Bagaimanapun, perempuan di hadapannya ini adalah tanggung jawabnya sekarang.

Shyifa menurunkan tangan Ahsan yang menggenggam bahunya dengan erat. Dirogohnya kocek gamisnya dan dia mengeluarkan kunci yang lumayan banyak. Shyifa mengeluarkan salah satu kunci itu dari gantungannya dan memberikannya pada Ahsan.

Lihatlah. Shyifa sama sekali tidak gentar menatap Ahsan. Tidak ada raut wajah malu-malu ketika berhadapan dengan seorang pria. Bagi Shyifa, Ahsan memang bukan apa-apa dan bukan siapa-siapa.

Setelah perdebatan di pagi hari tadi. Baik Ahsan maupun Shyifa tidak ada yang saling menyapa. Mereka melakukan aktifitas masing-masing. Shyifa yang sibuk beres-beres rumah dan memasak untuk makan siang dan Ahsan yang mencoba untuk berkebun di halaman rumah.

Kali ini Ahsan mencoba untuk menanam mangga dan belimbing. Sebenarnya, Ahsan juga ingin menanam bunga untuk Shyifa. Namun, mengingat Shyifa merupakan tipe manusia yang lebih mementingkan nilai fungsi ketimbang nilai estetik, Ahsan pun mengurungkan niatnya itu. Shyifa pasti bakal bilang kalau dia lebih suka makan mangga ketimbang makan kembang. Mengingat itu membuat sudut-sudut bibir Ahsan sedikit tertarik. Ternyata tidak buruk juga menikah dengan mantan. Seenggaknya, walau banyak berubah. Dia tahu pasti apa yang disuka ataupun tidak disuka oleh Shyifa.

Selesai berkebun Ahsan segera masuk ke dalam rumah. Dia berhenti begitu kakinya sudah melangkah lebih dari lima langkah. Dilihatnya lantai yang lagi-lagi berjejak tanah akibat ulahnya. Dilihatnya Shyifa yang kebetulan lewat. Tapi kali ini Shyifa tidak marah-marah seperti kemarin, dia hanya melihatnya sekilah dan berlalu begitu saja.

Sepertinya Ahsan harus mengubah kebiasaan buruknya yang selalu lupa cuci kaki saat masuk ke dalam rumah. Akhirnya Ahsan keluar terlebih dulu untuk mencuci kakinya di luar. Saat sudah masuk kembali, ternyata jejak kakinya sudah hilang. Dilihatnya Shyifa yang berjalan sambil membawa gagang pel.

Ahsan menghela nafas. Sepertinya mereka harus membuat beberapa peraturan selama tinggal bersama. Walaupun sudah saling kenal. Ahsan tahu kali ini mereka sama sekali tidak cocok. Butuh hitam di atas putih agar mereka bisa sama-sama nyaman tinggal bersama. Meskipun status mereka adalah suami-istri.

***

Happy reading semua... jangan lupa klik bintang dan komennya. 

Luv,

ASMARA

ASMARA (Assakinah, Mawaddah, Warahmah) Sekuel CIMI 2Where stories live. Discover now