#15: Hadiah Laknat

194 16 10
                                    

Tepat setelah Shyifa dan Ahsan tiba di rumah, seorang kurir pengantar barang datang membawakan dua kotak besar atas nama Asshyifa. Dengan tanggap Shyifa segera menghampiri kurir itu lalu menandatangani struk bahwa ia sudah menerima barang tersebut.

" Paket dari siapa?" tanya Ahsan sambil menggantung mantel yang basah. Tapi, bukannya menjawab Shyifa malah langsung masuk ke dalam rumah, mengabaikan Ahsan dan pertanyaanya.

Shyifa dan Ahsan sama-sama segera mandi dan berganti pakaian. Ahsan yang sudah selesai dari tadi sedang duduk santai di depan tv sambil mencari siaran yang bisa dia tonton. Sedangkan Shyifa baru datang bersama pisang goreng dan dua gelas teh hangat di atas nampan.

" Makan kak."

" Makasih istriku." Menjawab seperti itu membuat Ahsan mendapat tatapan tak suka dari Shyifa.

" Iya iya, galak amat dah." Ahsan segera menyeruput teh hangatnya di sambi dengan pisang goreng. Sungguh perpaduan yang nikmat mengingat di luar hujan masih turun dengan intens.

Shyifa sendiri segera mengambil dua kotak yang dikirimkan oleh mas Ridho dan Saras tersebut untuk dibuka.

" Ini dari Saras sama mas Ridho, temen aku waktu kerja dulu di Bandung." Shyifa segera menjelaskan sebelum ditanya-tanya lagi oleh Ahsan.

" Mas Ridho?"

" Dia yang paling tua di divisi, udah sepuh, udah bercucu juga, tapi emang sering dipanggil mas." Lagi, Shyifa dengan tanggap menjawab pertanyaan Ahsan yang mengganjal di hati seolah bisa membaca isi pikirannya.

" Saya bantuin ya." Tawar Ahsan mengambil satu kotak dan membukanya. Shyifa sendiri tidak menjawab Ahsan dan diartikan sebagai persetujuan oleh Ahsan.

" Masyaallah, lucu banget." Shyifa mengeluarkan kitchen set berupa sendok, garpu, dan pisau yang berbentuk lucu.

" Alhamdulillah kalau kamu suka."

" Ini dari mas Ridho, kalau Saras ngasih apa?" tanya Shyifa melihat ke arah Ahsan yang sudah pucat wajahnya melihat ke dalam kotak.

" Kak, kenapa? Saras ngasih hadiah apa?" Ahsan menatap ragu ke arah Shyifa sambil pelan-pelan mengeluarkan hadiah yang diberikan Saras dari dalam kotak. Sebuah lingerie berwarna merah menyala yang menampakkan dalamannya dan benar-benar tipis. Shyifa sendiri syok berat melihat itu dan segera merampasnya dari tangan Ahsan.

" Ih, jangan dilihat." Shyifa segera merebut kotak hadiah dari Saras, mengaduk isinya untuk melihat hal lain. Namun nihil. Saras dengan sengaja mengiriminya lingerie berbagai warna dan super sexy yang Shyifa sendiri bahkan belum pernah melihatnya. Astaghfirullah... punya sahabat baik hati banget, Shyifa menahan dirinya untuk tidak mengeluarkan kata-kata kasar.

Segera Shyifa simpan semua lingerie yang berserakan itu ke dalam kotaknya semula. Sedangkan Ahsan hanya menonton aksi Shyifa itu.

" Perlu bantuan?"

" Nggak usah! Jangan dilihat!" marah Shyifa saat Ahsan masih saja menatap ke arahnya yang berusaha menyembunyikan hadiah laknat itu.

" Mana sempat, kan saya yang buka hadiahnya." Shyifa jadi jengkel sendiri dengan kalimat Ahsan barusan.

" Ya sudah sih, alhamdulillah sudah dikasih. Memang mau kamu apakan semua itu? Mau dibuang? Kasihan teman kamu yang udah ngirim jauh-jauh dari Bandung."

" Bukan urusan kamu!"

" Mending di pake, daripada mubazir ya kan?" Ahsan terkekeh melihat wajah Shyifa yang sudah memerah. Dipukulnya Ahsan yang kini sudah tertawa lebar melihat Shyifa yang sedang kesal. Entah mengapa, meskipun sering marah, tapi marahnya Shyifa selalu terlihat lucu di mata Ahsan.

" Ngomong sekali lagi, nggak cuman lingerie ini yang aku bakar."

" Huuu... takut...." ejek Ahsan membuat kekesalan Shyifa berkali-kali lipat. Dia segera mengemasi kotak hadiah dan bubble wrap yang berserak untuk dibuang ke tempat sampah. Menaruh kitchen set di dapur. Lalu masuk ke dalam kamar dengan sekotak hadiah laknat dari sahabatnya itu.

Tut... Tut... suara deringan hp terdengar menjengkelkan di telinga Shyifa karena dari tadi Saras belum mengangkatnya. Iya, Shyifa segera menelpon Saras untuk meminta penjelasannya plus untuk memaki sahabatnya itu.

" Assalamualaikum."

" Waalaikumsalam."

" Gimana, udah sampai kan paketnya?"

" Hm. Udah sampai kok Saras sayang." Shyifa masih menahan diri agar tidak meledak.

" Gimana gimana? Pasti kamu suka kan? Itu udah aku pilihin yang paling seksi lho, suami kamu pasti seneng deh liatnya. Sukses buat ponakan buat aku ya."

" Suksas sukses! Bagus banget ya. KAMU TAHU NGGAK KAMU HAMPIR AJA BUAT RUMAH AKU KEBAKARAN GARA-GARA HADIAH KAMU. EMANGNYA NGGAK ADA YANG LAIN APA SARAS? MAS RIDHO AJA BISA KREATIF NGASIH KITCHEN SET, KENAPA KAMU MALAH NGASIH LINGERIE SIH.... MENDING KAMU NGASIH AKU SENDOK SEBIJI AJA AKU SYUKUR ALHAMDULILLAH. MANA BANYAK LAGI. WARNANYA SUBHANALLAH." Saras tertawa terbahak-bahak di ujung sana mendengar ocehan panjang kali lebar dari Shyifa. Kalau diibaratkan teks chat, ini capslock Shyifa pasti udah jebol nih.

" Heh! Malah ketawa."

" Hahahaha... maaf Shyifa, aduh hahaha... sakit perut aku." Shyifa jadi makin jengkel mendengar tawa Saras yang kelihatan bahagia sekali. Jadi dirinya hanya duduk dan menunggu Saras selesai dengan sabar.

" Udah tuan putri? Udah puas ketawanya?"

" Harusnya aku ada di sana waktu kamu bukain hadiahnya. Paling seru kalau tadi kamu buka hadiahnya bareng suami."

" Udah telat. Yang buka hadiah kamu malah suami aku."

" Ahahahahahh...." tawa Saras kembali terulang. Heran, apa lucunya sih mendengar penderitaan orang.

" Terus suami kamu bilang apa?"

" Bukan urusan kamu. Nggak usah ngalihin pembicaraan ya."

" Iya, iya. Galak amat neng. Pms ya? Pantes."

" SARAS!"

" Hahahah... iya, iya. Udah ya, janji deh nggak bakal ngulangin kesalahan yang sama."

" Iya, maaf juga ya aku malah keliatan nggak tau terima kasih dan malah marah-marah."

" Hahaha... santai Shyifa. Aku malah heran kalau kamu nggak nelpon sambil mencak-mencak kayak tadi."

" Iya."

" Shyifa?"

" Apa?"

" Kamu bahagia kan?" tiba-tiba saja Saras memberikan pertanyaan yang ambigu. Bahagia ya? Entahlah. Shyifa merasa dirinya baik-baik saja.

" Shyifa, kamu tahu kan kalau aku orang pertama yang bakalan nangis kejer waktu tahu hati kamu hancur. Aku... aku nggak tahu gimana keadaan kamu di sana. Tapi aku rasa, suami kamu itu hebat banget. Bisa naklukin hati seorang Asshyifa yang kerasnya kayak batu."

" Iya."

" Apanya yang iya?"

" Iya udah. Aku tutup ya telponnya."

" Lho kok?"

" Assalamualaikum." Shyifa segera mematikan panggilan tanpa mendengar jawaban dari Saras terlebih dulu. Ini nih yang paling Shyifa nggak suka. Kalau orang-orang sudah membahas soal pernikahannya dengan Ahsan. Kalau ditanya bahagia atau tidak? Shyifa jelas tidak tahu. Selama masih begini, Shyifa yakin dirinya akan baik-baik saja.

***

Terima kasih untuk kalian yang sudah menyempatkan diri untuk membaca. Jangan lupa baca serial CIMI " Calon Istri dan Mantu IDAMAN" yang pertama di aplikasi Dreame atau Innovel ya...

Luv,

ASMARA

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jul 12, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

ASMARA (Assakinah, Mawaddah, Warahmah) Sekuel CIMI 2Where stories live. Discover now