Ayah

5 2 0
                                    

Saat di CFD, Aira dan keluarganya menunggu Rosi. Cukup lama mereka menunggu. Sekitar 25 menit Rosi baru datang. Mereka akhirnya berjalan jalan bersama.

Aira lebih banyak diam. Dia hanya memperhatikan Rosi dan Brian. Orangtua nya Aira merasa kasihan tapi tidak mau mengganggu Aira.

Saat hari mulai siang, ibunya Aira mengajak pulang. Aira pun pamit. Rosi dan Brian memperbolehkan saja. Akhirnya Aira sekeluarga pulang.

"A ?,"

"Iya bu ?,"

"Kamu nggak papa nemenin mereka pacaran gitu ?,"

"Emang kenapa ?,"

"Kamu nggak bosen ? Atau iri mungkin ?,"

"Enggak. Emang kenapa ?,"

"Ya nggak papa. Tapi kan kamu jadi obat nyamuk nya gitu,"

"Nggak kok. Tadi kan mereka ngajak ngobrol juga," ibunya terdiam. Bingung mau mengatakan apa lagi.

"Semoga kamu nantinya dapat teman cowok ya. Buat nemenin kamu kalau keluar sama mereka,"

"Iya," Aira tersenyum. Ayahnya ikut tersenyum.

Mereka melanjutkan perjalanan mereka. Aira sepanjang jalan bermain dengan adiknya. Hingga mereka berdua akhirnya tertidur karena lelah.

Sampai di rumah, si ibu menggendong adiknya, sementara Aira di gendong ayahnya. Aira sempat terbangun.

"Udah tidur aja. Ayah gendong ke kamar,"

"Aku bisa jalan sendiri,"

"Udah ayah gendong aja," karena mengantuk, Aira mengalah. Ayahnya menggendong Aira masuk ke dalam rumah.

"Ayah sayang sama kamu. Kamu nggak sayang sama ayah ?,"

"Sayang," jawab Aira lesu.

"Trus kenapa nggak pernah panggil ayah ?," Aira terdiam. Dia ingin menangis tapi dia tahan.

"Ayah tau, ayah bukan ayah kandung kamu. Tapi ayah sudah anggap kamu seperti anak kandung ayah sendiri. Ayah pengen kamu panggil ayah," Aira semakin diam. Sepanjang jalan menuju kamar, mereka terdiam.

Sampai di kamar, Aira meminta turun. Dia mengucapkan terimakasih kemudian langsung melangkah cepat ke ranjang. Dia segera naik dan tidur. Ayah tiri nya pun segera keluar dari kamar Aira.

"Ayah, Aira kangen sama ayah," air mata Aira akhirnya menetes.

≥≥≥≥≥

Besoknya, ternyata Rosi tidak menjemput. Aira pun berangkat bersama ayahnya. Aira merasa canggung. Dia merasa ragu ingin memulai pembicaraan.

"Hari ini Rosi kenapa nggak jemput ?," tanya sang ayah tiba-tiba. Aira menoleh sebentar kemudian menunduk.

"Pacarnya bangun kesiangan. Rosi berangkat sama papa nya,"

"Trus nanti pulang gimana ?,"

"Mungkin di jemput pacarnya,"

"Trus kamu ?,"

"Biasanya di ajak pulang bareng,"

"Trus kamu jadi obat nyamuk nya dong ?,"

"Enggak kok. Mereka berdua ajak aku ngobrol sama bercanda,"

"Kenapa nggak bareng ayah aja ?,"

Aira terdiam. Bingung mau menjawab apa.

"Nanti ayah jemput. Kamu bilang ke Rosi ya nanti,"

Terikat WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang