Proses

4 1 0
                                    

Rangga mengemudi dengan kecepatan sedang. Dia mengemudi sampai tidak sadar Aira beberapa kali meliriknya. Aira seringkali takut kalau Rangga sedang marah. Padahal Rangga belum pernah membentak nya. Tapi perasaan Aira selalu tidak enak jika pemuda itu marah.

Sampai di rumah, Rangga tidak mengajak Aira bicara. Bahkan mengeluarkan suara sedikit pun tidak. Aira sendiri mau mengajak ngobrol jadi canggung dan takut salah bicara. Mobil Rangga sudah berhenti di depan halaman rumah Aira.

"Mau mampir ?," tanya Aira. Rangga menggeleng.

"Kalau gitu... Gue... Turun dulu ya. Terimakasih udah nganterin,"

"Ai,"

"Iya ?,"

"Sampai ketemu sebulan lagi. Tapi kalau lo butuh gue jangan sungkan hubungin gue,"

"Iya," Aira tersenyum.

"Gue pulang ya. Lo hati-hati,"

"Iya. Terimakasih," Aira turun dari mobil. Sebelum menutup pintu, Aira melambaikan tangan pada Rangga. Rangga tersenyum lebar sebagai balasan.

Aira menutup pintu mobil dan menunggu mobil Rangga pergi. Rangga melihat Aira beberapa detik kemudian baru melajukan mobilnya pergi. Mobil Rangga sudah keluar dari halaman rumah. Aira dengan segera masuk ke dalam rumah.

"Assalamualaikum," salam Aira di dalam rumah.

"Wa'alaikumsalam. Rangga sama yang lainnya nggak mampir A ?,"

"Enggak. Rosi sama Brian pulang duluan. Rangga tadi langsung pulang,"

"Oh, iya. Kamu mau langsung istirahat ?,"

"Iya,"

"Ya sudah. Selamat istirahat. Semoga mimpi indah,"

"Iya," Aira tersenyum tulus kemudian melangkah pergi. Aira melangkah ke dapur dulu mengambil air putih, baru dia melangkah ke kamar nya.

Baru beberapa langkah, ponselnya  berbunyi. Aira mengambil ponselnya di saku. Tertera nama Zack disana. Aira mengangkat nya dengan malas.

"Halo ?,"

"Ai. Lo udah sampai rumah,"

"Udah. Barusan masuk,"

"Mau langsung tidur ?,"

"Iya. Ini mau ke kamar," Aira melanjutkan langkahnya.

"Besok sekolah gue yang jemput ya ?,"

"Nggak usah. Gue bareng Rosi aja,"

"Gue maksa,"

"Terserah lo deh,"

"Nggak jadi deh. Tapi besok kita jalan ya ? Gue jemput ke sekolah lo,"

"Iya, terserah,"

"Oke. See you tomorrow,"

"Iya,"

"Lo jangan tidur dulu Ai,"

"Kenapa ?,"

"Temenin gue,"

"Temenin gimana ?,"

"Ya temenin aja. Gue masih mau dengerin suara lo,"

"Gue mau ganti baju dulu,"

"Loudspeaker biar tetep kedengeran Ai,"

Aira meletakkan ponselnya di atas ranjang dan menyalakan loudspeaker. Aira dan Zack ngobrol sepanjang malam. Rangga yang teringat pada Aira menelfon nya. Tapi ternyata Aira sedang berada di panggilan lain.

Terikat WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang