Saat aku sedang berbincang dengan beberapa tamu, aku melihat Jaemin dan para pengawal berlari menaiki tangga. Apa yang terjadi?
Aku mengikuti mereka. Ternyata tujuannya adalah kamar Jeno. Mereka yang tahu aku ada dibelakang lalu menyuruhku untuk masuk bersama Jaemin.
Aku melihat Jeno yang tidak sadar, "Jeno bangun..." aku mengguncangkan tubuh Jeno namun ia tetap diam tidak bergerak.
"Ini ulah Eric, benda pemberian Yang Mulia Dongyoung hilang. Eric mengambilnya dan menyerap seluruh energi Jeno." Ucapnya.
Aku bertanya pada Jaemin apakah ada cara untuk menyelamatkan Jeno, namun Jaemin menggeleng.
"Energiku, apakah kau bisa mentransfer energiku untuk Jeno?" Sekali lagi Jaemin menggeleng. Aku menangis.
"Pasti ada cara lain, aku akan memberikan apapun agar Jeno sadar." Kataku yang sudah putus asa.
"Kondisi Jeno sudah parah, kita tidak bisa melakukan apa-apa lagi." Jelas Jaemin, kemudian ia keluar meninggalkan aku dan Jeno.
Mataku tidak henti-hentinya mengeluarkan air mata. Aku menangis sambil memeluk Jeno yang sudah dingin.
"Kenapa kau meninggalkan ku di hari bahagia kita?" Jeno tidak menjawabnya.
"Aku mohon bangun, jangan tinggalkan aku." Ucapku dan semakin mengeratkan pelukan ini.
***
Aku keluar kamar dan terburu-buru untuk turun dan keluar dari rumah ini.
"Nona, jangan pergi." Ucapan Sunwoo tidak akan mengubah rencanaku. Tanganku di tahannya.
"Kalau begitu ijinkan aku pergi bersamamu." Aku menatap Sunwoo. Aku melihat di matanya ada kesungguhan disana.
"Baiklah, ayo."
Sunwoo mengendarai mobil dengan kecepatan penuh hingga kita berdua sampai ditujuan hanya dalam waktu sebentar.
Aku telah memberi tahu semua rencanaku pada Sunwoo dan ia pun menyetujui serta akan membantuku menjalankan rencana ini.
Sebuah gerbang berwarna hitam menyambut kita. Gerbang itu terbuka otomatis lalu mobil masuk dan menuju rumah inti.
Aku turun, tidak dengan Sunwoo. Sebelumnya kita telah bertukar posisi, aku yang bergantian menyetir dan Sunwoo bersembunyi di belakang. Jadi akan terlihat jika hanya aku yang datang sendiri. Aku akan masuk ke rumah Eric dan mengalihkan perhatiannya dan saat itu juga Sunwoo yang sedang bersembunyi datang untuk menikam Eric dengan pisau yang sama, yang menusuk Hyunjin beberapa waktu lalu, karena itu bukan pisau biasa. Aku mengambilnya dari laci milik Jeno.
Disini tidak ada pengawal seperti dulu, kosong. Pintu itu terbuka dan munculah Eric disana. Ia menyuruhku masuk dan aku menyetujuinya.
Aku duduk di sofa bersama Eric, "Apa yang kau inginkan hm?" Ucapnya sambil mengusap rambutku. Sebenarnya aku sangat risih.
"Aku haus, aku mau minum dulu sebelum berbicara denganmu." Mintaku. Eric kemudian tersenyum dan beranjak menuju ke arah bar dan otomatis posisinya membelakangiku. Saat itu juga aku memberi sinyal pada Sunwoo untuk masuk dan bersembunyi di belakang sofa ini. Ia telah bersembunyi sekarang. Tahap ini berhasil.
Eric datang kembali dengan membawa dua gelas soda di tangannya.
"Aku mau jus jeruk bukan soda." Ia tidak keberatan dengan permintaanku, kemudian ia kembali berbalik menuju bar. Sunwoo kemudian muncul dan berlari tanpa menimbulkan suara mendekati Eric dari belakang dengan pisau di tangannya.
"Kau pikir aku bodoh." Ucap Eric, kemudian ia berbalik menghadap Sunwoo.
Tidak!
Eric menjatuhkan gelas yang ada di tangannya dan bertarung dengan Sunwoo sekarang. Rencanaku gagal.
Aku berdoa agar Sunwoo tidak terluka. Sunwoo dan Eric terus bertarung hingga saat Eric lengah Sunwoo berhasil menusukkan pisau itu tepat di dada Eric. Sunwoo segera berlari meninggalkannya dan menarikku keluar dari sini.
Sunwoo mengemudikan mobil dengan sangat cepat kembali ke rumah Jeno. Sesampainya disana, Jaemin serta beberapa pengawal ternyata memang sedang mencariku.
Aku dan Sunwoo turun. Jaemin terkejut dengan keadaan Sunwoo yang bajunya terkena noda darah.
"Apa yang terjadi?" Tanya Jaemin.
"Sunwoo membunuh Eric." Ucapku. Mereka semua terkejut.
"Kalian harus mengeceknya." Suruh Jaemin pada para pengawal untuk memastikan Eric apakah masih bernyawa atau tidak.
Jaemin memintaku untuk masuk karena ingin membicarakan sesuatu.
Aku duduk di ranjang, di sisi Jeno yang masih tidak sadar. Tanganku meraih wajahnya yang sudah dingin dan mengusapnya pelan.
"Ini waktunya untuk aku menyelamatkan Yang Mulia Jeno." Ucap Jaemin. Kegiatanku terhenti saat mendengar ucapan Jaemin. Aku menatapnya.
"Walaupun aku tidak bisa mengembalikan ingatan Yang Mulia seutuhnya, tapi setidaknya aku bisa menyelamatkan dia." Jaemin memegang pundakku.
"Yang Mulia bisa pulih kembali. Tapi semua itu butuh waktu. Waktu yang sangat panjang."
***
"Aku akan merindukan kalian." Ucapku.
Jaemin mengangguk, "Kita semua juga akan merindukanmu, Yoonhee."
Jaemin serta para pengawal pamit membawa Jeno yang masih tidak sadar pergi meninggalkanku sendirian disini. Walaupun sedih, aku mencoba tersenyum mengantar kepergian mereka semua.
Semua butuh pengorbanan, begitupun dengan aku sekarang. Aku harus merelakan seorang yang aku cintai pergi. Aku sangat mencintaimu, aku harap kau ingat itu dan saat kau kembali padaku, ingat aku. Ingat bahwa kau mencintaiku.
🔞🔞🔞
Jangan lupa mampir beb
KAMU SEDANG MEMBACA
KING [✔]
FanfictionAku tidak perlu mahkota untuk diakui sebagai raja karena yang ku butuhkan hanya kau, disampingku.