Wajah Jaemin menyiratkan kesedihan. Ia mendekati Jeno yang sedang berkutat dengan pekerjaannya.
"Yang Mulia, saya ingin menyampaikan sesuatu pada Anda." Jeno mengangguk menyetujui.
"Ayah Anda telah meninggal, Eric membunuhnya." Jeno mengalihkan pandangannya ke Jaemin.
"Anak tidak tahu diri." Lirih Jeno.
"Yang Mulia, Anda juga harus kembali ke istana untuk mengurus kepemimpinan Anda sebagai Raja dengan tetua disana."
"Aku akan kesana tetapi aku tidak mau menjadi raja, Yoonhee lebih penting dari apapun." Ucap Jeno.
"Tapi Yang Mulia-"
"Tidak." Jaemin hanya bisa diam. Jeno tidak bisa di bantah.
"Saat aku pergi, tolong beri dia pengawalan yang ketat. Jangan sampai Eric menyentuhnya." Jaemin mengangguk.
***
Jeno sudah menyuruhku untuk tidak pergi ke kampus lagi dan ia juga memintaku untuk tinggal disini. Aku mengiyakan semua permintaannya. Sebagai gantinya aku kuliah cyber di rumah.
Hari-hari ku kini sangat indah, Jeno yang menghiasi semuanya. Hanya dengan memikirkannya dadaku seakan -akan ingin meledak.
"Yoonhee..." Jeno masuk ke kamarku dan mendekatiku.
"Ya?"
"Aku akan pergi sebentar dengan Jaemin, kau jangan keluar tanpa pengawasan. Aku meminta ini demi keselamatanmu." Ucap Jeno.
"Kapan kau pergi?"
"Nanti malam." ia memelukku erat. Jeno kemudian tersenyum penuh arti.
"Aku harus menyiapkan perjalanan ini, aku pergi. Jaga dirimu." Jeno kemudian keluar.
Sepeninggal Jeno aku masih menatap layar laptopku karena sedang kuliah. Karena lelah aku merenggangkan otot-ototku sedikit. Aku melihat jam, sekarang pukul 8 malam. Apa Jeno sudah pergi?
Aku keluar dan menuju kamar Jeno. Tidak ada dia disana. Aku berjalan ke ruang kerjanya. Kosong.
Kemudian kaki ini membawa ku turun dan bertanya pada pelayan yang tak sengaja lewat di depanku.
"Apa Jeno sudah pergi?" Tanyaku. Ia memberi ku hormat sebelum menjawab pertanyaanku.
"Sudah Nona." Aku kecewa belum mengatakan selamat tinggal padanya.
Aku berjalan gontai kembali ke kamar. Aku menggulung diriku sendiri di dalam selimut.
"Bodoh sekali, dasar aku bodoh." Aku merutuki kebodohan ini.
Aku menatap langit-langit kamar. Ternyata bosan juga terus-terusan di dalam rumah.
Drrt drtt sebuah pemberitahuan pesan terpampang di layar ponselku
Hyunjean
|aku rindu padamu
Aku jugaㅜㅜ|
|kau menetap di rumah
Jeno?Iya|
|Besok kau ada waktu?
Bagaimana kalau besok
kita pergi berdua bersama?Hanya berdua, aku tidak |
mau ada Eric disana|Aku akan menjemputmu.
Aku menggunakan mobil
warna hitam.Baru beberapa hari aku tidak|
bertemu denganmu kau sudah
punya mobil haha
ReadMemang aku dan Hyunjin memiliki ikatan yang kuat. Baru saja aku merasa bosan tiba-tiba ia datang. Sejujurnya aku sangat merindukannya, aku sudah tidak pergi ke kampus lagi dan juga aku tidak bekerja paruh waktu lagi. Jeno yang memintaku.
Ya Tuhan aku tidak sabar untuk bertemu Hyunjin besok.
***
"Mau kemana Nona?" Tanya Sunwoo saat melihatku turun dari lantai dua
"Aku mau bertemu Hyunjin."
"Aku ikut, aku akan mengawasimu. Ini utusan dari Yang Mulia." Aku menggeleng tegas.
"Hyunjin bukan orang jahat. Tidak usah mengawasiku."
"Tapi-" aku langsung lari dari sana, menghindari Sunwoo. Berlari keluar dari halaman rumah ini memang keputusan yang salah. Jarak rumah utama dan gerbang jika aku kira-kira sejauh satu kilometer bahkan bisa lebih. Tapi ini demi Hyunjin.
Aku menyeka keringatku saat sampai di gerbang. Sebuah mobil hitam berhenti di seberang jalan.
"Nona!!!" Aku melihat Sunwoo mengejarku dengan mobil. Penjaga gerbang juga baru menyadari bahwa aku akan kabur kemudian mereka mengejarku juga.
Dengan cepat, aku menyebrang dan kemudian masuk mobil itu. Hyunjin duduk di kursi pengemudi.
Hyunjin melajukan mobil ini sesaat setelah aku selesai mengenakan seatbelt. Aku tertawa karena ini seperti adegan yang ada di film-film.
"Kau apa kabar?" Tanyaku. Hyunjin tidak kunjung menjawab pertanyaanku. Aku menoleh padanya. Hyunjin pucat dan matanya terus saja fokus ke depan.
"Kau sakit?" Aku meletakkan telapak tanganku di dahinya. Dia dingin.
"Kau dingin sekali." Aku tidak tahu kenapa tiba-tiba aura dingin menyelimutiku. Aku mohon jangan seperti yang aku bayangkan.
"H-Hyunjin tolong berhenti, aku ingin turun." Hyunjin tidak menanggapiku. Mobil ini melaju dengan sangat cepat.
"Hyunjin ada apa denganmu!" Aku memukul pundaknya tetapi ia tidak bergeming.
Mobil ini kemudian sampai di sebuah rumah yang sangat besar, tak kalah besar dengan milik Jeno. Gerbang berwarna hitam terbuka otomatis. Mobil ini masuk, aku melihat banyak orang yang melihat ke arah kita.
"Turun." Ucapnya saat sampai di depan rumah utama ini.
"Ayo kita keluar dari sini, Hyunjin." Aku menggapai tangannya dan menggenggamnya erat.
"Kau bukan Hyunjin yang ku kenal. Sadarlah!" Pintuku terbuka.
"Turun." kata orang asing itu. Aku menggelengkan dan tanpa kusadari aku menangis.
"Turun!" Hyunjin melepas seatbelt-ku sehingga orang itu dapat menarikku dan membawaku masuk ke rumah ini.
Aku di culik oleh teman ku sendiri. Jeno aku takut.
"Selamat datang, Yoonhee." Aku melihat Eric di depanku saat ini. Ia tertawa.
"Kau ketakutan huh!" Ucapnya kemudian mendekatiku dan jari-jari tangannya menyentuh pipiku. Aku ingin menghindarinya tetapi orang-orang ini menahanku.
"Bawa dia ke kamarnya." Aku diseret ke sebuah ruangan yang memiliki cat dominan hitam. Mereka mendorongku masuk dan mengunci pintu dari luar.
Jeno tolong aku.
***
Jeno telah selesai melakukan urusannya di kerajaan. Ia sedang berbicara dengan para tetua sebelum kembali ke masa depan.
'Jeno tolong aku.'
Suara Yoonhee tiba-tiba terngiang di telinganya bersamaan dengan dada kirinya yang nyeri hebat. Jaemin yang melihat tingkah aneh Jeno kemudian mendekati dan meminta ijin kepada para tetua untuk membawa Jeno kembali ke kamar.
"Apa yang terjadi?" Tanya Jaemin.
"Yoonhee dalam bahaya, kita harus segera kembali." Ucap Jeno cemas.
🦄🦄🦄
KAMU SEDANG MEMBACA
KING [✔]
FanfictionAku tidak perlu mahkota untuk diakui sebagai raja karena yang ku butuhkan hanya kau, disampingku.