Dua orang anggota kerajaan menyamar menjadi rakyat biasa demi menonton festival lampion yang sedang diadakan diluar istana. Salah satu dari mereka merupakan pangeran, dia bernama Lee Jeno dan satu lagi adalah pengawal pribadinya, Na Jaemin.
"Jaemin ayo cepat." Jeno mengunstruksikan kepada Jaemin agar tidak usah berlama-lama mengawasi sekitar karena disana kosong tidak ada seorang pun, lalu apa yang diawasi Jaemin sebenarnya? Itu yang di pikirkan Jeno.
Jeno sendiri pun bingung kenapa pihak istana memilih Jaemin menjadi pengawalnya karena Jaemin konyol, tidak serius dan selalu bercanda. Jadi apa yang membuat Jaemin bisa diterima menjadi pengawal Jeno?
"Sebentar pangeran, saya harus mengawasi lagi sampai benar-benar tidak ada yang melihat kita." Jeno sepertinya tidak tahan lagi dengan Jaemin, terbukti dengan Jeno yang menarik pakaian ala rakyat yang di kenakan Jaemin itu.
Mereka keluar dari istana melalui pintu yang selalu digunakan oleh para pelayan. Tidak ada yang melihat. Misi ini berhasil.
Hari mulai malam, tanda sebentar lagi festival lampion akan segera dilaksanakan. Jaemin dan Jeno sudah bersiap dengan lampion yang berada di tangan mereka masing-masing. Satu persatu lampion dihidupkan dan diterbangkan sehingga menghiasi langit malam.
Tidak dipungkiri, walaupun setiap festival lampion Jeno dan Jaemin selalu kabur dari istana, mereka masih saja terpukau dengan keindahan langit malam itu.
"Pangeran kita tidak bisa lama-lama disini." Jaemin memperingatkan Jeno yang sedang menatap ke langit.
"Sebentar lagi."
"Pangeran..." Jeno menatap sebal pengawalnya. Jaemin yang di tatap malah hanya tersenyum seperti tidak punya dosa. Mereka berdua memutuskan untuk kembali ke istana.
"Hei beri kita uang atau kau aku pukul!" Jeno berhenti dan mencari sumber suara itu. Jaemin yang melihat sang pangeran tiba-tiba berhenti, ia pun ikut berhenti, "Ada a--" suara Jaemin terputus saat Jeno mengkode Jaemin untuk diam.
Jeno dan Jaemin melihat seorang perempuan sedang di kepung oleh 3 orang laki-laki.
"Mana uang mu!!" salah satu dari laki-laki itu menarik rambut si perempuan hingga meringis kesakitan.
"A, aku tidak punya uang." cicit perempuan itu. Laki-laki di depannya akan melayangkan satu pukulan tapi bisa Jeno hentikan dengan menahan kepalan itu. Untung saja Jeno tepat waktu, kalau tidak pasti perempuan itu sudah babak belur.
"Kau siapa? Berani-berani nya menghentikan kita!"
"Aku pange-- kau tidak perlu tau aku siapa." seru Jeno dengan mengintimidasi. Ia hampir saja menguak identitasnya sendiri, "Pergi dari sini, jangan ganggu dia lagi." sambung Jeno lalu menolong perempuan itu untuk berdiri.
"Terima kasih telah menolongku, aku berhutang banyak padamu." satu kontak mata terjadi antara Jeno dan perempuan di depannya, cukup lama mereka bertatapan hingga akhirnya Jaemin membuka suara.
"Kita harus pulang sekarang." Jeno tersadar, begitu juga perempuan itu.
"Siapa nama mu?" tanya Jeno.
"Ren, Kim Ren."
"Sampai jumpa besok, Ren." Jeno melambaikan tangannya pada Ren sementara tangan yang satunya ditarik oleh pengawalnya, Jaemin.
***
"Mau pergi kemana pangeran?" Jaemin melihat Jeno yang sedang menggunakan baju seperti rakyat biasa.
"Bertemu Ren." Jaemin menghela napasnya. Ia tahu jika hal ini akan terjadi.
"Apa pangeran menyukai Ren?" Jeno mengangguk.
"Tapi pangeran tidak bisa berhubungan dengannya, dia bukan perempuan bangsawan. Raja pasti akan marah jika mengetahui ini."
"Kau berisik seperti ayah, aku tidak perlu nasihat mu." Jeno keluar dari kamar pribadinya, ia berhenti sebentar lalu berbalik ke arah Jaemin.
"Kau ikut tidak? Jika iya, cepat ganti baju mu." Jeno benar-benar keluar sekarang dengan jubahnya untuk menutupi pakaian yang ia gunakan agar orang tidak mencurigainya.Singkatnya, Jeno dan Jaemin berhasil keluar istana. Daun-daun mulai berguguran karena ini merupakan musim gugur serta angin berhembus menerbangkan beberapa helai rambut Jeno dan Jaemin yang pastinya menambah nilai ketampanan mereka.
Jeno menangkap satu sosok yang sedang berdiri di dekat danau. Itu Ren. Senyum menghiasi wajah tampan Jeno. Mereka berdua lalu mendekati Ren setelahnya.
"Hai Ren." Jeno menepuk pundak perempuan itu.
"Oh astaga." Ren sedikit terlonjak kaget.
"Apa aku mengagetkanmu?" tanya Jeno. Ren mengangguk, "Sedikit."
"Siapa namamu? Kau belum memberi tahu ku kemarin." sambung Ren.
"Namaku Jeno dan dia Jaemin, teman ku." Jaemin tersenyum dan menyodorkan tangan pada Ren ingin berjabat tangan tapi di tepis oleh Jeno.
Jaemin mengerucutkan bibirnya, "Aku juga mau berjabat tangan dengan Ren." tapi Jeno tidak mendengarkan omongan Jaemin barusan.
Memang hubungan Jeno dan Jaemin tidak hanya sebatas pangeran dan pengawal saja tapi lebih ke pertemanan. Alasannya, karena Jaemin dan Jeno seumuran dan Jaemin juga merupakan anak dari pengawal sang Raja.

KAMU SEDANG MEMBACA
KING [✔]
FanfictionAku tidak perlu mahkota untuk diakui sebagai raja karena yang ku butuhkan hanya kau, disampingku.