Aku meringkuk di atas ranjang dengan selimut warna abu-abu yang menyelimutiku. Mataku membengkak karena telah menangis berjam-jam. Aku takut.
Pintu terbuka dan aku mendengar decitannya. Dengan cepat aku bangun dan duduk untuk berjaga-jaga. Hyunjin masuk membawa sebuah nampan berisikan makanan dan minuman. Ia kemudian meletakkannya di meja nakas.
"Makan." Ucapnya dingin. Aku melihat matanya yang tidak ada tanda-tanda kehidupan disana. Tatapan matanya kosong.
Aku menggelengkan kepala.
"Makan!" Aku kembali menggelengkan kepala dan menutup mulutku. Hyunjin mengambil piring dan ingin menyuapkan makanan itu padaku. Aku tidak akan makan karena aku takut makanan itu akan nenyakitiku.
"Aku tidak mau!" Aku mendorong Hyunjin hingga piring yang dibawanya jatuh dan menimbulkan suara keras.
Hyunjin tidak berekspresi apa-apa walaupun pecahan piring mengenai dirinya. Eric tiba-tiba masuk dan melihat kekacauan ini.
"Bersihkan." Ucap Eric pada Hyunjin. Dengan tangan kosong, Hyunjin mengambili pecahan pecahan piring tersebut. Tangannya mengeluarkan darah tapi ia tetap diam. Hyunjin telah selesai dan keluar, menyisakan aku dan Eric disini.
Ia sedang menatap keluar jendela bertralis dan membelakangiku.
"Aku bukan orang jahat seperti yang kau pikirkan..." ucap Eric tiba-tiba. Aku mengerutkan dahi tidak mengerti apa yang sedang ia katakan.
"Aku hanya iri pada saudaraku sendiri. Dari dulu aku tidak pernah mendapatkan apa yang ia dapat, ayah selalu membedakan aku dengannya dan lebih mementingkan Jeno daripada aku." Eric membalikkan badannya dan menatapku.
"Tapi sekarang aku bisa merebut apa yang Jeno punya...."
"...itu kau, Yoonhee."
"Aku bahagia bisa memilikimu." Eric semakin mendekat dengan ranjang. Aku semakin ketakutan melihatnya.
"Berhenti! Jangan mendekatiku!" Ia berada tepat di depanku. Eric tiba-tiba tidur di sisi ku.
Ia tersenyum, "Aku juga ingin merasakan tidur denganmu, seperti yang kau lakukan dengan Jeno." Eric menarikku agar dekat dengannya.
"Ini juga.." Eric mengambil tanganku dan meletakkan di kepalanya. Ia menyuruhku untuk mengusap pelan.
"Ya seperti itu." Matanya terpejam. Aku kemudian merencanakan untuk kabur dari sini saat ia sudah tidur. Tidak mungkin melalui jendela karena ada tralis disana. Kamar mandi? Tidak ada jendelanya. Satu-satunya jalan yaitu melalui pintu kamar. Benar!
"Kubur saja rencanamu, kau tidak bisa keluar dari sini." Gumam Eric. Aku sedikit tersentak. Ia bisa membaca pikiranku.
"Tidur atau kau ku lukai?" Aku menurut dan memejamkan mata hingga tak sadar aku benar-benar terlelap.
Kau sudah masuk ke perangkapku, Yoonhee.
***
Aku merasa tanganku sedikit perih. Aku membuka mata dan terkejut dengan keadaan ini.
Tanganku terikat di ranjang dan Hyunjin duduk tidak jauh dariku. Masih tidak ada tanda kehidupan disana.
"Hyunjin lepaskan aku." Ia tidak bergeming. Aku memohon padanya agar melepaskan tanganku dari tali ini. Aku sudah berteriak meminta tolong tapi ia tetap saja diam, hingga tiba-tiba Hyunjin berdiri. Senyum menghias di wajahku.
Akhirnya ia mendengarkan ku
Aku melihat Hyunjin membawa pisau mengkilap di tangannya. Aku tercekat. Hyunjin mengarahkan pisau itu padaku. Tepat di dada kiriku. Aku salah menilainya. Ia masih belum sadar.
"Hyunjin sadarlah!!" Aku berteriak dan mencoba melepaskan ikatan ini untuk lari menjauh. Nihil. Tali ini sangatlah kuat.
Hyunjin sudah bersiap menancapkan pisau itu di dadaku. Aku memejamkan mata menerima apa yang akan terjadi selanjutnya. Aku tersenyum tipis.
'Aku mencintaimu Jeno. Maafkan aku dan terima kasih atas segalanya.'
"Yoonhee!" Aku membuka mata saat ada yang memanggilku. Apakah aku sudah di Surga?
Aku tersenyum lebar saat yang pertama kali kulihat Jeno di hadapanku. Ternyata di Surga ada seseorang yang mirip dengan Jeno.
Ia menarikku untuk lari.
Kemudian aku baru menyadari, aku belum mati seperti apa yang aku bayangkan. Mataku menangkap keadaan sekitar masih sama dan...
Hyunjin terkapar dengan darah yang berceceran dimana-mana dan pisau tertancap tepat di dadanya.
"Ayo pergi dari sini." Jeno menarikku keluar. Di luar pun tak kalah mengerikan. Semua pengawal Eric telah mati.
"Hyunjin...tolong selamatkan dia." Aku memohon pada Jeno. Mobil yang kita tumpangi melaju dengan cepat meninggalkan rumah ini.
Jeno tetap diam. Aku melihat matanya memerah.
***
Jeno dan Jaemin berhasil melalui pintu langit untuk pergi ke masa depan. Mereka telah tiba di rumah. Sunwoo menghadap Jeno. Ia merasa bersalah karena tidak bisa menjaga Yoonhee.
"Maafkan aku Yang Mulia." Sunwoo bersimpuh di depan Jeno. Ia sangat menyesal.
"Aku harus mencari Yoonhee." Jeno tidak memperdulikan Sunwoo yang ada di depannya dan melewatinya begitu saja.
"Yang Mulia, Eric menyembunyikan keberadaan Yoonhee sekarang. Rumahnya telah diberi sihir agar kita tidak bisa menemukan dan melihatnya." Ucap Jaemin.
"Kita sudah menuju rumah Eric namun yang di dapatkan hanyalah hutan disana." Ujar Sunwoo.
"Aku bisa menetralkan sihir itu. Kalian semua ikut aku."
Berbagai pikiran berlarian di kepala Jeno. Ia tidak bisa kehilangan Yoonhee untuk kedua kalinya.
Gigi nya menggertak menyalurkan apa yang sedang ia rasakan.
Mobil berhenti di depan hutan yang mana ini merupakan rumah Eric yang telah disembunyikan.
Jeno memejamkan matanya, dalam hati ia merapalkan mantra-mantra untuk menetralkan sihir di rumah Eric ini. Perlahan, rumah itu terlihat sedikit demi sedikit hingga akhirnya mereka semua dapat masuk ke dalam rumah itu.
Pengawal Jeno melawan pengawal Eric hingga pertumpahan darah tidak bisa dihindari. Para pengawal Eric tumbang.
Jeno mencoba mencari keberadaan Yoonhee di rumah ini. Mereka membuka satu persatu pintu dan tetap tidak mendapati Yoonhee disana. Hingga akhirnya, Jeno melihat sebuah pintu di ujung lorong rumah ini. Ia membukanya.
Matanya memerah menahan emosi, di depannya Hyunjin yang sedang bersiap menusukkan pisau yang ada di tangannya ke Yoonhee yang tengah terikat.
Hyunjin yang menyadari ia berbalik dan mulai menyerang Jeno dengan pisau itu. Pertempuran antara Jeno dan Hyunjin tidak bisa di hindari hingga akhirnya Jeno yang ahli dalam berperang melihat musuhnya lengah. Ia merebut pisau itu dan menancapkan pada Hyunjin. Hyunjin terjatuh dengan banyak mengeluarkan darah.
***
"Aku mohon, tolong selamatkan Hyunjin." Aku mengikutinya sampai di kamar. Jeno duduk di ranjang miliknya dan mengusap kasar wajahnya.
"Aku mohon Y-Yang Mulia." Jeno yang tadinya tidak memperhatikanku kini ia menatapku.
"Baiklah, tapi ini tidak akan mudah. Pisau yang ia bawa dan menancap padanya bukan sembarang pisau. Itu pisau yang telah di beri sihir untuk menyerap energi orang yang tertancap oleh pisau itu. Aku tidak bisa berjanji karena kemungkinan hidupnya hanya 30 persen tapi akan kuusahakan menyelamatkan dirinya." Aku tersenyum pada Jeno.
"Terima kasih." Ucapku kemudian meneluknya dengan erat.
"Aku merindukanmu." lirihku.
KAMU SEDANG MEMBACA
KING [✔]
FanfictionAku tidak perlu mahkota untuk diakui sebagai raja karena yang ku butuhkan hanya kau, disampingku.