9. Nightmare

121 19 3
                                    

Aku tidak tahu kenapa badanku sangat lemas sekarang. Setelah mengingat-ingat makanan dan minuman yang aku makan hari ini, aku tidak merasakan hal aneh saat menelannya. Hari ini pun tidak turun hujan

"Kenapa tidak turun dan makan malam bersamaku?" Jeno tiba-tiba masuk ke kamar.

"Maafkan aku, tapi aku sedang tidak enak badan saat ini." Ucapku lemas. Jeno meletakkan telapak tangannya di dahiku. Tiba-tiba saja badanku panas saat Jeno kulit Jeno menyentuhku.

"Ini ulahnya!" Jeno tiba-tiba bangkit dan keluar dari kamarku. Lama sekali Jeno meninggalkan aku sendiri di kamar besar ini, hingga akhirnya ia datang bersama Jaemin. Jaemin menaruh nampan yang aku lihat ada sebuah mangkok disana.

"Kau tidak apa-apa?" Tanya Jaemin. Aku mengangguk, "Ya, hanya saja aku merasa panas sekarang."

"Mungkin kau tadi terlambat sarapan. Ini aku membawa bubur untukmu. Makanlah." Saat Jaemin ingin menyuapkan bubur itu kepadaku. Jeno menginterupsi.

"Biar aku saja. Kau pergilah." Jaemin paham dan kemudian pergi dari sini.

Jeno dengan telaten menyuapiku bubur hingga habis. Ia kemudian mengambil segelas air putih dan memberikan kepadaku.

"Terima kasih." Ucapku sambil mengembalikan gelas yang isinya telah kuteguk habis.

"Aku akan kembali." Jeno keluar sambil membawa nampan yang berisi mangkok dan gelas kosong.

Aku merasa tubuhku sudah mendingan setelah makan. Saat mencoba untuk tidur, tenggorokanku sangat kering.

Kaki ku menginjak lantai kamar dan berjalan ke dapur untuk mengambil air putih. Aku menghentikan langkah saat di depan kamar Jeno.

"Eric telah berani menyentuh Yoonhee ku. Aku tidak bisa tinggal diam lagi."

"Tenang pangeran, jernihkan pikiranmu dulu."

Aku terkejut. Eric? Kenapa Jeno dan Jaemin bisa tahu Eric? Apa hubungan mereka sebenarnya?

Berbagai pertanyaan terlintas di otakku. Aku memegangi kepalaku yang sakit dan hampir saja jatuh.

"Yang Mulia!" Para pelayan datang di saat yang tepat. Mereka semua membantuku kembali masuk ke kamar.  

"Ada apa ini?" Jeno masuk ke kamar tiba-tiba. Para pelayan memberi hormat pada Jeno

"Yang Mulia hampir saja pingsan." Ucap salah satu pelayan. Jeno duduk di sisi ranjangku. Ia memegang tanganku.

"Kalian boleh pergi." Hanya tinggal kita berdua di dalam. Jeno cemas saat melihatku.

"Aku tidak apa-apa."

***

Seorang laki-laki sedang tertawa senang. Ia bahkan sampai memukul-mukul mejanya karena terlalu senang.

"Sebentar lagi aku akan membunuhnya hahaha." Eric mengusap pelan air mata bahagianya.

Tok tok

Seseorang masuk dan memberi hormat pada Eric.

"Apa yang ingin kau sampaikan, Juyeon?" Juyeon, pria itu menatap Eric cemas.

"Pangeran Jeno datang, Yang Mulia." Eric bangkit dengan senyum di wajahnya.

"Pasti ia akan menyerahkan tahtanya padaku dan tetap memilih wanita lemah itu." Ucapnya sambil melewati Juyeon.

Eric melihat Jeno sedang ditahan oleh pengawalnya. Rupanya Jeno datang sendiri, tidak ditemani oleh pengawal dan asistennya, Jaemin.

"Berani sekali." Eric tersenyum remeh.

"Hai saudaraku, apa kau merindukanku?" Eric tertawa. Ia memberi kode pada pengawalnya untuk melepaskan Jeno.

"Kita harus bicara." Jeno berjalan masuk ke dalam rumah Eric. Sang pemilik rumah mengikuti di belakangnya.

Jeno duduk begitu pun dengan Eric. Mereka duduk bersebrangan sehingga dapat melihat wajah masing-masing.

"Apa yang kau mau?" Jeno menatap tajam Eric.

"Kau pasti tahu, aku tidak perlu menjelaskan lagi." Tangannya meraih gelas berisikan bir dan menyandarkan punggungnya. Sesekali ia menyesap cairan itu.

"Jangan terlalu serius, saudaraku. Minumlah bir itu dulu. Satu gelas bahkan tidak membuat mabuk." Ucap Eric dengan nada remeh.

"Cih! pasti kau menaruh racun pada minuman ini." Jeno tersenyum miring.

"Aku ingatkan lagi padamu, jangan menyentuh wanitaku atau aku akan membunuhmu." Jeno berdiri hendak meninggalkan tempat itu.

"Ikuti saja skenario ku." Lirih Eric sepeninggal Jeno.

***

Jeno masuk ke kamar Yoonhee secara diam-diam, ia tidak ingin membuatnya bangun. Tangannya reflek meraih wajah pucat Yoonhee.

"Aku berjanji akan melindungimu, Ren." Jari-jarinya menyentuh lembut wajah wanitanya. Sentuhan yang sangat lembut, seakan takut melukai wajah cantiknya.

Jeno sedih membayangkan apabila ia kehilangan Ren untuk kedua kalinya. Seorang yang dicintai, seorang yang sangat berarti, seorang yang sudah menjadi bagian dari hidupnya. Ini takdir yang harus ia hadapi.

Jeno mengingat kembali perkataan peramal yang bernama Moon Taeil itu tentang kutukan Ren.

"Ren mati jika ia mencintaimu. Semua butuh pengorbanan, Yang Mulia."

"Ini akan baik-baik saja. Aku harus mencari penawar kutukan itu." Jeno menarikan selimut untuk menutupi Yoonhee hingga sebatas dadanya.

Ia kemudian keluar dari kamar itu.

"Pangeran..." Jaemin datang dengan napas yang memburu.

"Ada apa?" Tanya Jeno.

"R-Raja Dongyoung datang."

Ini mimpi buruk bagi Jeno

🐣🐣🐣

KALEAN ADA YANG KALO MALEM INSOMNIA TEROS G?

MUNGKIN INI JAWABANNYA
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

MUNGKIN INI JAWABANNYA

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Xixixi

KING [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang