Aku beranjak remaja.
Namun, tidak seperti remaja lainnya yang sibuk main bersama teman sebaya, aku memilih untuk menghabiskan waktu luangku bersama Daddy.Kapanpun ia sedang lowong, aku akan mengajaknya beraktivitas, entah sekadar bersepeda bersama, ataukah jalan-jalan malam di komplek apartemen kami.
Dan Daddy Namjoon tidak pernah menolaknya. Selalu menerima ajakanku dengan antusias dan senyum merekah berhiaskan lesung pipi andalan kesukaanku.
Omong-omong, sudah empat tahun aku menikmati kasih sayang seorang ibu.
Ibu tiri, tepatnya.
Ia tidak jahat padaku. Bahkan cenderung menunjukkan kasih sayang berlebihan jika ada Daddy.
Ah, benar, hanya ketika ada Daddy.
Jika sedang tidak ada Daddy, ia akan mengabaikanku seolah-olah aku benda mati. Sibuk berarisan dan bolak-balik ke tempat yang bernama salon.
Aku tidak peduli, selama ia tidak memperlakukanku dengan jahat seperti dalam drama-drama.
Dan yang pasti aku tidak peduli, selama ia tidak melahirkan seorang adik untukku. Aku juga akan menganggapnya benda mati.
Tetapi, harapanku pupus saat Daddy dan Ibu mengabarkan aku akan segera menjadi 'kakak'.
Aku tidak mau.
Aku tidak suka.
Adik tidak boleh ada dalam kehidupanku.
Tidak boleh.
***
Saat itu, aku tidak ingin kasih sayang Daddy terbagi.
Aku menginginkan Daddy hanya untuk diriku sendiri.
Hanya aku yang boleh menjadi anaknya.
Yah, saat itu, kupikir rasa egois dan kecemburuan yang membakar dadaku hanya sebatas aku yang tidak ingin mendapatkan saingan, 'hanya' sebagai anaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jin's Journal [NamJin]
Fanfiction[End] Jurnal kecil berisi pandangan seorang Kim Seokjin, tentang orang yang menjadi poros dunianya, yaitu Kim Namjoon. Short and simple. Start: 5-8-2019 End : 19-8-2019