"Daddy, ayo kita berlibur," ajakku spontan.
Daddy Namjoon menurunkan koran pagi langganannya.
Matanya tampak kaget, tetapi sejurus kemudian, aku melihatnya lagi. Senyuman berlesung pipi dengan sudut mata yang juga ikut tersenyum.
Senyum itu sanggup menyirami hatiku yang gersang, haus akan perhatiannya.
Dan senyumku tak kalah mengembang lebar kala mendengarnya menjawab, "Tentu, Seokjinie. Kemanapun yang kau inginkan."
Daddy membawakan kepiting-kepiting kecil tangkapannya, sementara aku sedang asyik mengorek pasir, mencoba mencari tiram-tiram di pinggir pantai.
Kalau sudah begini, rasanya Daddy dan aku seperti teman seumuran, padahal usia kami terpaut lima belas tahun.
Dan aku menyukainya.
Sebenarnya, bagaimanapun sikap Daddy Namjoon padaku, aku menyukainya.
Aku duduk di balkon belakang villanya, view lautnya begitu memanjakan mataku dengan kelipan lampu-lampu kapal yang bertebaran di lautan gelap.
Deburan ombaknya memanjakan telingaku.
Aku merasa hidup kembali. Senyumku tak berhenti berlayar.
Daddy keluar dari kamar mandi, mengenakan kimono putih.
Kimononya tampak menggantung dan aku pun terkikik kecil melihatnya.
Masih dengan rambut yang basah, ia menghampiriku, berlagak marah, "Bagus sekali, mengejek Daddymu, hm?"
"Ampun Daddy sayang, Seokjinie mana berani," tetapi aku masih saja menahan tawa sampai wajahku memerah.
Sebenarnya, aku menahan hasrat dan pikiran kotorku ketika melihat sekelebat paha dalam Daddy ketika kimononya tersingkap. Dan telingaku pun memerah parah.
Daddy berdiri di sebelahku, ikut menatap ke kejauhan.
"Kenapa Daddy tidak menikah lagi? Kau pasti kesepian." Mulut sialanku seperti punya kehendak sendiri.
Ia menatapku kosong.
Aku agak heran.
Lalu kulihat ia seperti sedang berpikir keras sebelum menjawabku, "Kau ingin punya ibu tiri lagi?"
Aku tidak mengharapkannya.
Sama sekali.Jadi kujawab cepat dan kelabakan, "Tidak mau. Aku hanya ingin berdua saja bersamamu."
Alisnya terangkat, terlihat kaget.
"Jadi Seokjinie akan terus menemaniku? Sampai tua dan menjadi kakek-kakek?" jeda, aku tidak tahu apa yang sedang dipikirkannya, "Kau juga akan menikah nantinya, Seokjinie."
Aku menggeleng cepat.
"Tidak. Aku akan selalu bersamamu, Daddy. Sampai kapanpun. Aku tidak akan menikah. Selamanya, hanya di sisimu. Karena aku menyayangimu."
Aku masih berusaha menjadi putra yang berbakti.
Aku harus bisa.Kupikir, Daddy akan tersenyum senang dan mengacak rambutku seperti biasanya.
Nyatanya, wajahnya berubah lebih muram saat berkata, "Aku pun menyayangimu, Seokjinie. Tetapi, suatu saat nanti, kau akan menikah dengan wanita yang mencintaimu, kau akan punya anak, dan menjadi ayah yang hebat. Saat itu, mungkin aku bisa dengan tenang menyerahkan segala asetku padamu."
Ia pun berbalik, beranjak dari balkon dan sebelum aku bisa menahan diriku, bibirku lebih dulu meluncurkan kata-kata keramat itu.
"Aku tidak akan menikah dengan wanita manapun, karena aku mencintaimu, Daddy."
***
Sejak itu, hubungan kami sudah tak bisa lagi kembali sekadar menjadi ayah dan anak.
Dan parahnya, aku tidak menyesalinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jin's Journal [NamJin]
Fanfiction[End] Jurnal kecil berisi pandangan seorang Kim Seokjin, tentang orang yang menjadi poros dunianya, yaitu Kim Namjoon. Short and simple. Start: 5-8-2019 End : 19-8-2019