11. Pergolakan

2.7K 563 201
                                    

Daddy tak lagi mencoba mendekat padaku.

Intensitas pertemuan kami sebatas sapaan ketika sarapan di meja makan dan terkadang, malam sebelum tidur.

Itu pun jika kami bertemu.

Secuil hatiku bersorak, sementara sebagian besarnya melolong penuh derita.

Tak terhitung berapa banyaknya malam kuhabiskan meniduri wanita yang menyodorkan diri padaku.

Tetapi, tetap tak kunjung bisa menghapuskan rasa haus akan sentuhan sayang dari Daddy Namjoon.

Tiap kali meniduri mereka, aku membayangkan berada di posisi wanita-wanita itu, dengan Daddy Namjoon berada di posisiku.

Melucuti pakaianku.
Memagut bibirku.
Membelai tiap jengkal tubuhku dengan jemari panjang rampingnya yang selalu indah itu.
Menyerangku penuh hasrat.

Dan aku akan mencapai klimaksku.

Wanita-wanita itu mendesahkan namaku puas.

Tetapi aku menjeritkan Daddy Namjoon dalam hatiku.

Lubuk hatiku menolak segala upayaku untuk melupakan perasaan tak pantas yang justru semakin menggelora ini.

Hatiku justru kian menjerit, memelas, memohon mati-matian untuk berhenti membohongi diri.

***

Aku mati rasa.

Ragaku bergerak, tetapi jiwaku serasa melayang dan semakin menjauhi akal sehatku.

Aku merasa begitu hina saat itu.

Aku mencintainya.
Tidak bisa kupungkiri lagi.

Aku mencintainya, menginginkannya dengan cara hina seperti itu.

Aku sudah gila.

Jin's Journal [NamJin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang