Daddy mulai menunjukkan perhatiannya yang dulu seperti pertama kali ia membawaku pulang ke rumahnya. Ia acap kali menanyakan bagaimana hari-hari awal kuliahku, bagaimana teman-teman baruku.
Jangan lupakan skinship yang semakin menjamur.
Tentunya aku dengan senang hati menceritakannya, dari A sampai Z, tak ada yang terlewat.
Kadang kami akan berbincang di ruang keluarga sembari menonton film horor mengerikan yang sengaja kupilih agar aku bisa selalu memeluk lengannya ketika hantunya muncul.
Saat itu, Daddy akan melepaskan pegangan tanganku.
Aku cemberut menatapnya sok kesal. Jika sudah begitu, ia akan melebarkan lengannya, mengundang kepalaku yang dengan alami bersandar di dada bidangnya.
"Dasar Seokjinie penakut," ledeknya sembari menjawil ujung hidungku.
Otomatis aku mengerutkannya, dan menelusupkan wajahku ke dadanya sembari diam-diam menghirup aroma white musk and peppermintnya.
"Aku benci hantu, Daddy," ucapku dengan nada manja yang kusengaja. Kueratkan pelukanku di pinggangnya meski agak kesulitan dengan posisi duduk kami yang bersebelahan.
Kalau teman kuliahku melihatku yang begini, mungkin mereka semua akan bergidik ngeri sembari melemparkan kursi padaku.
Tapi peduli amat.
Selama Daddy di sisiku, yang lain bisa go to hell.
"Tidak benci Daddy, 'kan?" gurau Daddy sembari menciumi puncak kepalaku.
Aku mendengus kesal. Kudongakkan kepalaku sampai wajah kami dekat sekali.
Mataku mengejap dan kumantapkan suaraku, "Aku me—" jeda, aku melanjutkan dua detik kemudian, "—menyayangimu, Daddy. Mana mungkin aku membencimu."
Setelahnya, aku menyurukkan kepalaku kembali ke dada kirinya, mendengarkan degupan jantungnya yang entah kenapa berdegup lebih kencang.
Mirip sekali seperti ketika kami selesai jogging.
Mirip pula dengan degupan jantungku kini.
"Semoga kau terus merasa demikian, Seokjinie."
***
Aku heran dengan kalimat terakhirnya. Mana mungkin aku berhenti menyayangi tonggak kehidupanku? Matahariku?
Namun, di saat bersamaan, aku mulai mempertanyakan apa yang sesungguhnya ingin kuutarakan waktu ia menanyaiku begitu.
Kenapa aku menjeda?
Hingga aku menyadari, apa yang sesungguhnya ingin kuutarakan bukan lagi 'menyayangi'.
Melainkan, 'mencintai'.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jin's Journal [NamJin]
Fanfic[End] Jurnal kecil berisi pandangan seorang Kim Seokjin, tentang orang yang menjadi poros dunianya, yaitu Kim Namjoon. Short and simple. Start: 5-8-2019 End : 19-8-2019