Drunk of love"Hei, kok diem?" Suga sedikit ngerunduk buat natap wajah Jimin yang nunduk. Ada yang nyubit hatinya saat ngeliat Jimin senyum kecut. Lalu tatapan mereka ketemu. Disaat itu dia tau, akan ada obrolan lebih serius dari yang dirinya kira.
"So, it's my turn." Jimin hela napas, mainin jari tangannya sendiri di atas pangkuan. Nunduk sekilas sebelum balik natap Suga yang nunggu ucapan selanjutnya. "Kalau masalah maaf, aku udah maafin kok. Kita udah obrolin ini di rumah sakit waktu itu kan? Tapi yang perlu kamu pahami disini itu rasa kecewaku. Kecewaku nggak semudah itu sembuh dengan kata maaf. Bukan aku dendam atau labil dengan ngaku maafin kamu tapi belum bisa nerima kamu. Ini lebih pada rasa tanggung jawab atas perasaanku sendiri, perasaanmu juga. Kesepakatan kita itu bertemen, Kak. Bukan untuk balikan."
"Tapi-"
"Please? Aku masih sayang sama kamu, banget. Tapi aku juga nggak mau dibebani rasa kecewa disaat yang sama. Aku butuh sembuh, aku butuh lupa sama semua sikap dan ucapan kamu. Jujur, Kak, ucapan kamu waktu itu bener-bener diluar ekspektasiku. Aku tau aku teralu ikut campur sama kehidupanmu, maaf untuk yang satu itu, tapi disisi lain aku cuma pengen liat kamu bahagia. Kamu lepas dari perasaan kangen dan iri atas diri kamu sendiri juga Kak Yoonji. Sesederhana itu mauku, tapi kamu ngatain aku bejat, brengsek? Sekarang kalau kamu diposisiku apa iya kamu nggak sakit hati dicemooh begitu sama orang yang kamu sayang?"
Suga natap sendu sosok mungil di depannya. Rasa bersalah yang ada di hatinya makin menjadi-jadi, lebih lagi setelah Jimin jujur soal perasaannya yang udah dia sakitin sampai sebegininya. Di tambah, sikap Jimin yang masih aja khawatir tentang dia, gimana sosok ini bersikap dan berpikir soal dirinya yang menghindar tanpa alasan. Jimin-nya yang punya hati sebesar ini dia sakitin dengan seenaknya.
"Maaf..."
Jimin tertegun, ada setetes air mata yang jatuh dari pelupuk mata cowok di depannya ketika nunduk dalem sambil ketawa hambar. "Kak.."
"Aku emang brengsek, jahat, bejad. Aku yang pantes dapet gelar itu. Aku seharusnya tau diri kan? Bukan malah minta balikan sama kamu begini?" Suga ngusap pipinya dengan punggung tangan dia sendiri masih diselingi tawa paksa. "Tapi aku nggak bisa bohong, Jimin. Aku sayang sama kamu. Aku cemburu ngeliat kamu deket sama orang lain terutama Hobi. Perasaanku berubah, perasaanku justru makin kesini makin dalem buat kamu. Tiap liat kamu ketawa sama yang lain aku iri, aku iri karna nggak bisa jadi alasanmu ketawa. Aku harus gimana? Aku-hiks!"
Bukan cuma kaget, Jimin juga ikut sakit liat Suga tiba-tiba kehilangan kendali. Cowok itu nangis sampai susah napas. Ngikutin naluri, Jimin angkat dua tangan untuk rengkuh mantannya dalam pelukan. Diusap kepala dan punggungnya halus.
"Aku-"
"Sshhtt... kita berdua sama-sama butuh waktu, Kak. Oke?"
Jimin bukan jahat, tapi kalau dia nggak tegas sama dirinya sendiri dan keadaan, dia yang bakal kalah. Dan dia nggak mau ngulang kesalahan yang sama kaya dulu.
Suga mati-matian atur napas sambil ngeratin pelukannya di tubuh kecil Jimin. Dia bodoh, dia egois, dia ceroboh. Kalau aja dia mau ngalah sama ego dan gengsinya, pasti dia sama Jimin sekarang nggak akan begini. Pasti Jimin dia bawa terbang ke Jerman untuk ketemu Papa. Dikenalin sebagai sosok yang udah berhasil nyuri dan ngeporak-porandain hatinya sekaligus orang yang nata lagi isi hatinya. Orang yang begitu dia sayang setelah Mama.
"Kak, kita janji buat bertemen kan?"
Pelan, Suga ngelepas dekapannya. Ngusap sisa air mata dan natap Jimin sendu dengan kepala ngangguk. Disana Jimin senyum tipis, ngeraih dua bahunya sekedar buat di tepuk-tepuk halus sebagai tanda kalau dia mau kasih wejangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
PARTNER
FanfictionBAGI YANG KUAT MENGHADAPI KENYATAAAN, SILAHKAN BACA SERIES KE-2 DARI "BF" INI 🤗 💌 happy reading 💌