16

2.8K 341 22
                                    

Yoonji































"Oit, diem aja Lo, Ga?" Hoseok ngelempar kulit kuaci ke arah Suga yang sejak balik dari rumah Namjoon ngunci mulut. Sekarang Hoseok makin nggak ada takutnya sama Suga, udah ada pawang soalnya.

"Lo kalau masih brisik balik aja sono!"

Disini bukannya mengkeret takut, Hoseok justru ketawa geli. "Aduh, masih bisa cemburu ya?" yang diledek bales natap lurus, bikin cowok Jung merinding. "Apa natap gitu?"

"Lo... dulu yang bikin Jimin lupa sama masa lalunya kan?"

Nggak langsung dijawab, radar waspada Hoseok nyala di dalam kepala. "Tau, tapi bukan ranah gue buat cerita. Sekarang ganti gue yang nanya, Lo masih sayang Jimin?"

"Bukan sayang lagi, Bie. Udah jadi budak cinta akut." Yoonji nongol dari dapur, taruh nampan isi minum sama potongan buah. "Ayo, Papa mau ketemu."

"Ji?" Hoseok buru-buru noleh. Tadinya mereka mau jalan, tapi puter balik dan milih buat stay di rumah. Dan, Hoseok hampir lupa kalau dia harus ketemu Papa Min kalau mau diterima Yoonji.

"Udah sepakat kamu ketemu Papa dulu sebelum aku bilang iya. Jangan sok kaget." Yoonji kibas tangan, gestur nyuruh Hoseok gesit raih uluran tangan buat digenggam. "Buruan!"

"Kok jadi kamu yang ngebet?"

"Take it or leave it, Jung!"

Hoseok beranjak dari duduk. Genggam mantap jari lentik anak gadis keluarga Min. "Nggak usah ditanya. Ayo!"

"Eh, tapi tunggu!"

"Apa lagi, Ji?"

"Kalau Papa nggak kasih restu?"

Tangan keulur, ngusap kepala Yoonji halus tanpa lupa senyum kalem. "Kalau Abangmu udah setuju, Papamu bukan hal yang harus kamu cemasin."

"Siapa bilang gue setuju?!" Yoongi nyaut nggak terima.

Hoseok kedik bahu. "Gue doain Lo sama Jimin udahan sampai disini."

"Mulut Lo, bangsat!" Suga lempar bantal sofa yang langsung ditangkis Hoseok. "Udah Sana Lo berdua naik!"








PARTNER








Udah seminggu kelewat sejak Jimin numpahin semua ganjalan di hatinya di pelukan Taehyung, tapi tetep aja perasaannya belum begitu membaik. Dia belum bisa ketemu tatap sama Namjoon, justru makin ngehindar. Pikirannya juga masih berputar di lingkup dua orang yang pernah singgah di hatinya. Oke, mungkin soal Junhui itu nggak terlalu ngeganggu Jimin, dia cuma kepikiran soal Suga. Soal janji enam bulan lalu, dan sekarang semuanya justru makin nggak jelas.

Hoseok hela napas di pojok ruangan sambil nyeka keringet pakai handuk kecil yang ngegantung di leher. Nyaris tiga jam dia perhatiin Jimin yang latihan tanpa istirahat. Ngulang gerakan tari yang sama berkali-kali. H-3 buat penampilan solo mereka di acara Graduation emang sedikit banyak jadi beban, nggak mau jadi aib karna club tari salah satu club yang dibanggakan dibidangnya.

Cowok Jung tau kok kalau Jimin cuma lagi coba tumpahin emosinya lewat tarian, tapi lama-lama kasian juga liatnya. Jimin bisa kecapekan dan berakhir gagal tampil. Jadi, dia milih jalan ngedeket ke arah musik player dan matiin tanpa aba-aba. Toh tinggal mereka yang ada di sana. Yang lain lima menit lalu baru aja pamit buat istirahat makan siang.

"Abang, kok dimatiin?!" dengan napas yang saling saut juga keringet yang ngebanjirin pelipis, Jimin noleh sekedar buat protes karna kegiatannya di ganggu.

PARTNERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang