The Game Begin

4.1K 457 16
                                    

Masa-masa indah dimana Dinda dan Andaru terbebas dari bangun pagi mendadak sirna hari ini. Lepas subuh, Johnny sudah merecoki kedua adiknya untuk cepat-cepat bangun karena mereka akan segera disibukkan dengan kegiatan menjelang perkuliahan.

Karena berada di satu universitas yang sama, Andaru memilih jadwal pemeriksaan kesehatan yang sama dengan kakak sepupunya karena malas kalau pergi sendirian dan sekalian minta temenin Dinda buat belanja. Hukum dasar anak baru masih berlaku bagi Andaru: sekolah baru = baju, tas, sepatu, jam tangan dan berbagai printilan baru.

"Teh sumpah muka lo beler abis" kata Andaru begitu Dinda masuk ke dalam mobil dengan mata masih setengah menutup.

"Ssstttt! Udah sana berangkat aja! Mau tidur lagi gua" jawab Dinda.

"Si Winwin udah nyampe apa?"

"Udah katanya. Makanya buruan berangkat keburu rame"

"Iye iye, nyonya" balas Andaru sebelum melajukan mobilnya.

Alasan Dinda, Winwin dan Andaru memilih jadwal pagi biar mereka bisa lanjut bobo siang pas pulang. Tapi kalau Andaru jadi jalan ya wassalam. Amunisi kopi harus tersedia untuk Dinda daripada dia ketiduran pas diperiksa. Selain itu, jadwal pagi masih minim peserta. Banyak yang memilih siang atau sore, terutama mahasiswa dari kota selain Surabaya. 

Makanya begitu sampai, nama Dinda dan Andaru langsung dipanggil petugas berurutan dengan Winwin untuk menjalankan serangkain pemeriksaan. Mulai periksa mata, apakah mereka punya minus dan silinder serta adanya kemungkinan buta warna, periksa pendengaran dan pemeriksaan normal layaknya general check-up pada umumnya.

"E-eh? Kak Barry?" tanya Dinda saat melihat sosok tak asing sedang berdiri di dekat brankar.

"Oh, lo jadwal hari ini?" tanya Barry balik sambil mengambil gulungan data berisi daftar hadir hari itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Oh, lo jadwal hari ini?" tanya Barry balik sambil mengambil gulungan data berisi daftar hadir hari itu. "Sini, Nda. Isi ini dulu" kata pemuda itu.

Dinda menurut dan berdiri di dekat Barry untuk mengisi daftar hadir. Saat lengan keduanya tidak sengaja bersenggolan, dahi pemuda jangkung itu berkerut.

"Lo sakit ya?" 

Barry buru-buru menempelkan punggung tangannya di dahi si adik kelas, "Iya nih meriang" monolog nya.

"Nggak apa-apa, kak. Mau flu doang kayanya. Besok juga baikan"

"Jangan dianggap remeh dong, Nda! Nanti kalau keterusan demam gimana? Malah makin susah kan? Udah baring sini. Bentar ambil stetoskop dulu"

Malas berdebat, si bungsu menurut perintah Barry dan melirik adik sepupu dan kawannya yang diperiksa oleh dokter muda lainnya. Ruangan yang dua kali besar kamar Dinda itu diisi total 8 brankar yang setengahnya masih kosong. Mungkin agak siang baru penuh mengingat jadwal yang Dinda ambil adalah yang paling pagi hari itu.

"Selain meriang, ada keluhan lain nggak? Buka mulutnya" kata Barry begitu sampai.

"Hmmm cuma pusing dikit... Sama hidung mampet pas bangun tidur" jawab Dinda.

Bang Jeff 2.0Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang