Unsaid Truth

2.4K 401 51
                                    

Aldo menggumam terima kasih kepada salah satu asisten rumah tangga keluarga Mandira yang membukakan pintu depan begitu ia selesai parkir di carport. Rumah berlantai 3 itu masih sama seperti saat terakhir ia kemari, di semester 2 lalu, tetap sepi.

Bahkan sekarang makin terlihat sepi dan lengang dengan beberapa pigura foto yang absen dari tempatnya, menyisakan paku-paku tak berpenghuni di dinding. Beberapa spot juga terlihat ganjil karena kehilangan pelengkap nya. Kardus-kardus setengah terisi ada di segala sisi.

Langkah kakinya terhenti tepat di lantai teratas, di depan pintu warna cokelat muda yang letaknya berseelahan dengan deretan peralatan gym rumahan. Sayup-sayup terdengar suara Chet Baker dari dalam.

"Jeff"

"Masuk aja, nggak dikunci"

Pemandangan pertama yang Aldo lihat adalah tubuh bongsor sedang rebahan santai di atas kasur, sebungkus keripik kentang teronggok di perutnya. Tangan kanan nya sibuk mengambil remahan-remahan di dasar bungkus sedang tangan kiri sibuk dengan buku komik.

"Lo lagi tuker kepribadian sama Adnan ya?" tanya Aldo dengan tangan yang sibuk membereskan buku komik dan bungkus makanan lain yang tergeletak sembarangan di atas lantai kayu.

Jeff tak menggubris, namun menggumam terima kasih karena sang tamu bersedia membereskan kerusuhan yang ia bikin. Diantara kumpulan kawannya, Jeff termasuk manusia yang cukup rapi dan bersih, berada di peringkat ketiga karena yang satu diduduki Saka sedangkan posisi dua ada Juniya.

Maka nggak salah kalau Aldo mengira Jeff sedang berganti kepribadian, atau mungkin tuker nyawa sama Adnan, yang tingkat kerapihan dan kebersihan nya minus. Bahkan Aldo nggak tahu kalau pemuda berkulit kelewat putih itu juga hobi membaca komik seperti Adnan. Bedanya, Jeff masih lumayan selera bacaan nya. Detective Conan. Kalau Adnan.... Ya tahu lah. Banyak mbak-mbak berdada besar.

"Lo absen kelas gegara sakit itu sakit badan atau sakit pikiran?" cecar Aldo. Tangan kurusnya mengeluarkan satu persatu isi tas ransel nya. "Sakit beneran. Semalem demam, baru enakan tadi" jawab Jeff tanpa mengalihkan pandangan dari buku komik.

"Bagian tugas lo udah gue kirim lewat email, cek aja. Kalo udah kelar kirim balik ke gue"

"Terus ngapain lo ke rumah gue dong?"

"Memastikan seorang Jeffrian Ashari Mandira masih hidup dan bernafas dengan baik"

"So sweet"

Balasan Jeff barusan membuat Aldo melayangkan guling terdekat dan mengenai tepat di wajah tampan itu. Bukannya mengumpat, Jeff malah cekikikan melihat wajah geli lawan bicaranya.

"Bokap beneran diangkat jadi menteri?"

"Hm? Nggak tau. Tapi udah pada mindahin barang. Gue dapet apartemen sih"

"Lah? Nggak tinggal bareng bokap nyokap?"

Jeff menggeleng, "Udah waktunya gue tinggal sendiri. Tapi emang gue selalu sendirian kan, mereka pada sibuk. Ya udah sekalian aja" jawabnya.

Aldo mengangguk mengerti. Dari jauh-jauh hari ia mendengar kabar Papa nya Jeffrian akan berada di ring 1 kementerian. Melihat barang-barang yang mulai hilang, sepertinya akan jadi kenyataan.

"Cuma ada dua kemungkinan lo berubah jadi Adnan tanpa pemberitahuan. Pertama, lo lagi stress. Kedua, lo lagi sangat stress. Yang bener yang mana?" tanya Aldo. Mengalihkan pembicaraan.

Dahi Jeffrian berkerut kecil, "Lima. Karena gue nggak tahu kenapa harus stress dengan pikiran stress gue yang stress sama hal-hal yang nggak harusnya di stress-in"

Bang Jeff 2.0Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang