What You Say?

1.8K 329 31
                                    

Selalu bukan pembicaraan yang baik ketika seseorang mengirim pesan 'we need to talk' dengan titik di akhir dan tanpa emoji. Itu yang membuat Jeffrian memacu mobilnya secepat mungkin ke rumah Prakasita untuk menemui pacarnya.

Pula, ketika Dinda memutuskan pulang lebih awal dari izin menonton konser band kesayangan nya, menambah firasat buruk Jeff tentang apa yang hendak dibicarakan kekasihnya itu.

Hamil?

Nggak mungkin. Orang mereka paling banter cuma peluk sama cium doang. Kendali si bungsu terhadap tubuhnya sangat dominan dan Jeff juga nggak mau merusak Dinda hanya karena nafsu sesaat.

Minta putus?

Agak mungkin. Tapi karena apa juga Jeffrian nggak paham. Akhir-akhir ini nggak ada masalah yang menyebabkan pertengkaran hebat diantara mereka. Semakin dia berpikir, semakin pusing pula kepala si lesung pipi.

Rumah berlantai dua itu sepi. Tidak ada satupun mobil di carport mengisyaratkan bahwa penghuni rumah Prakasita belum semuanya pulang.

"Assalamualaikum..." sapa Jeff setelah menyimpan sepatu.

"Di dapur, bang" seru Dinda di tengah desis suara penggorengan dan suara kegiatan memotong.

Si bungsu membelakangi Jeff yang baru datang. Tidak ada outfit kekinian untuk menonton gigs, hanya ada setelan piyama warna abu-abu tua dan rambut panjangnya yang dicepol rapi.

Tidak ingin menginterupsi, si lesung pipi memilih duduk manis di meja makan sambil ngemil kerupuk bawang warna-warni, oleh-oleh dari Johnny yang lusa kemarin meninjau proyek di kota milik Danindiraa bersaudara, alias Lucas dan Ale.

"Abang tadi dari kampus?" tanya Dinda seraya menghidangkan sepiring nasi goreng super pedas dilihat dari banyaknya potongan cabai. Jeff menelan ludah kasar, "Iya... Abis rapat tadi, terus langsung kesini. Kamu katanya mau nonton diesnat fakultas Sade, kok udah pulang aja? Andaru nggak ikut pulang?"

"Nggak. Andaru, Nakula, Sadewa sama Reynald masih disana semua. Aku sengaja pulang duluan soalnya mau ketemu abang. Pasti belum makan, kan?"

Jeff menggeleng pasrah, "Belum, Nda..."

"Bagus. Ini aku buatin nasi goreng, sekalian aku juga laper" Dinda menyodorkan satu porsi ke Jeffrian, yang banyak cabai nya sedangkan punya Dinda bersih dari cabai. Plus lauk tumis sayur dan omelet sebagai pelengkap. "Dihabisin ya, bang. Susah tau bikinnya" tambah si bungsu.

Sumpah, tahunan kenal Janna Adinda Prakasita, rasa-rasanya baru kali ini Jeffrian takut melihat pacarnya sendiri. Nyali nya mendadak ciut. Boleh jadi Dinda senyum, tapi tipikal senyum penuh dendam kaya yang Jeff biasa lihat di sinetron kesukaan Mama nya.

"Enak?" tanya si bungsu dengan senyum paling manis. Kalau konteks nya nggak kaya sekarang, Jeff udah menyublim disenyumin semanis itu sama mbak pacar, ini yang ada dia nahan pedes sambil berusaha terlihat baik-baik aja.

"Enak kok hehehe" jawab Jeff kaku. Lidahnya berasa dibakar api neraka rasa-rasanya, mungkin Dinda lagi kasih trial panasnya neraka jahanam gara-gara Jeff demen ngibulin dia.

"Tadi aku ketemu sama Dania loh, bang..." kata si bungsu sambil memotong omelet menjadi bagian lebih kecil.

Pemuda dengan surai kecokelatan itu meneguk ludahnya dengan susah payah. Udah kepedesan, ini lagi masuk ke pembahasan antara hidup dan mati.

Jeff mengumpati dirinya sendiri yang nggak hati-hati kali ini, ia baru sadar kalau Dania memang ada jadwal MC dengan Sadewa yang berarti pacarnya pasti ketemu sama si blonde tadi bareng dengan sepupu yang lain.

Bang Jeff 2.0Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang