Bukan Hanya Sekedar Kertas

0 0 0
                                    

Oleh Kuncili

Semilir angin berhembus dari segala arah. Waktu yang tepat untuk istirahat di bawah pohon. Sambil menikmati alam yang indah. Tapi tidak dengan laki-laki satu ini. Menarik semua orang untuk memperhatikannya.
"Beno, please jangan mati dulu. Kalau mau lompat jangan dari situ. Nanti dikira gue yang bunuh." Rina yang menahan tangisnya sambil mencegah Beno.
"Gue nggak bodoh kok harus jatuh dari sini. Titip tas ya nanti gue ambil ke lo." Jawab Beno.
"Eh, sembarangan nitip tas aja. Gue ikut lo. Nggak mau ah, nanti ditanyain sama Bu Anna, kemana Beno? Masa iya gue harus bohong." Cetus Rina.
"Stop stop. Gue nggak jadi. Bahaya benar deh kalau dilihat cewek begini. Maunya menstream aja." Turun Beno dari tangga. Sembari menjawab agak kesal.
Beno yang menggerutu kepada Rina.
"Dasar cewek nyebelin sudah dibilangin jangan manjat. Eh, malah ikutan bukannya cegah gue gitu. Kan gue ngeri jadi kalau lo jatuh gimana coba yang dimarahi Bu Anna pasti gue juga nanti." Tambah Beno yang pergi sambil menuju kelas.
"Salah sendiri mau lompat sudah dibilangin masih aja." Jawab Rina.
Beno yang kembali ke kelas karena niat jahatnya mau minggat gagal oleh Rina.
***

"Beno, kenapa sih lo mau ngelakuin hal kayak kemarin? Sampai manjat-manjat pagar sekolah? Mana tinggi bangetkan itu?" Tanya Rina yang menimbulkan penasaran.
Keheningan menyelimuti mereka berdua yang asik makan ice cream. Setelah joging sore di taman dekat rumah Beno.
"Hmm. Itu masalah yang cukup besar. Sudahlah gue malas banget bahasnya." Keluh Beno.
"Beno kalau lo mau cerita silakan. Nggak juga nggak apa-apa. Gue nggak terlalu memaksakan lo harus gini dan gini. Cuman kasian itu keluarga lo sudah menyekolahkan sampai lo SMA sekarang. Lihat nih gue, Ibu gue harus kerja banting tulang setiap hari. Bapak gue sudah meninggal waktu gue SMP. Kurang bahagia apa lagi coba lo tuh." Cerocos Rina yang teramat sakit.
"Sebenarnya gue nggak suka sekolah. Karena yang gue butuhin cuman kasih sayang dong. Kasih sayang. Mereka tega sama gue. Gue di sekolahin jauh banget." Rengek Beno akan penderitaannya.
"Sabar ya sabar." Tiba-tiba air mata membasahi wajah Rina.
***

Beno dan Rina hanya sebatas sahabat. Tapi setiap Beno merasa ada yang tidak beres dengannya pasti Rina selalu ada.
"Nu, Ibnu. Gimana turnamen futsal minggu ini jadi bareng teman-teman?" Tanyanya pada Ibnu.
"Jadi bro. Lo mau ikut ya?" Tanya balik pada Beno.
"Iya. Bisa kan bro? Masih kurang orangkan?" Jawab Reno.
"Iya. Sip bro. Ayo siap-siap latihan." Tanggap Ibnu.
Prestasi Beno itu keren. Dia terkenal sangat nakal tapi berprestasi. Belakangan pendidikan dan perilakunya yang sangat kasar. Yang dikhawatirkan bagaimana jika Ia membahayakan diri sendiri? Dalam satu hari, Beno bisa masuk ruangan BK (Bimbingan Konseling) 10 kali karena kasusnya. Teman-teman bahkan tidak mengetahui penyebab Ia berkelakuan seperti itu kenapa?
***

Plak. Plak. Plak.
Terus terngiang di telinga Beno. Sekarang ketukan palu itu mengerumuni seluruh ruangan yang tampak bisu ini.
"Tok tok tok. Hakim memutuskan bahwa keduanya bercerai."
"What's cerai?" Beno menghempaskan pintu sidang. Sambil berlalu pergi dengan keamarahnya.
"Jadi ini penyebab kalian memisahkan gue jauh-jauh sekolah. Oke kalian memang egois. Silakan pergi jauh-jauh sana." Gumam Beno yang berkejolak.
Satu minggu setelah perceraian kedua orangtua Beno. Beno tidak masuk sekolah selama dua minggu lamanya. Akhirnya pihak sekolah mengirim surat panggilan terakhir karena harus mengeluarkan Beno oleh kesalahannya sendiri. Ibu Beno, Saidah merasa sedih sekali. Mengapa anaknya begini. Pun Ayah Beno, Rayhan merasa bahwa dirinya kurang mendidik anaknya.
***

"Beno, ayo bangun. Itu ada Ibu sama Bapakmu. Mereka mau lo cepat sembuh No." Pinta Rina.
Namun semuanya terlambat Beno harus pergi untuk selama-lamanya kepada Sang Pencipta. Akibat kecelakaan yang dialaminya saat Ia pergi ke luar kota untuk berkunjung ke makam adiknya, Sinta. Sinta meninggal disebabkan oleh lahirkan prematur.
Pendidikan itu akan berjalan baik. Dengan adanya dukungan keluarga. Terutama orangtua. Beno merasa kedua orangtuanya hanya menjadikan Ia alasan untuk bertahan. Hingga Beno harus bertindak diluar batas. Karena tidak ada salah satu yang mengertinya.

#Kuncili

TENTANG MENCINTAI-MU (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang