Irisan Rasa

3 0 0
                                    

Karya Eka Febriyanti

Terkadang aku berpikir hal apa yang membuatku mulai mencintaimu..
Sayang..
Karin bukanlah orang yang mudah mencintai. Karena orang yang pernah mencintainya hanya sebuah ilusi belaka.
Sayang, kata yang ingin sekali diucapkan oleh Karin.
Namun Azan telah membuat luka baru. Nyatanya apa yang Dia bilang tidaklah sama.
Pergilah karena dengan kepergianmu aku dapat merindu. Dan sejak kamu ada aku sangat membencinya!

***
Lima tahun yang lalu, masa dimana demam cinta monyet. Apa yang tak mungkin saat itu?
"Karin, karin. Sini Karin aku mau berbicara sesuatu. Ajakan Azan dari kejauhan." Pinta Azan.
Saling menghampiri, "Ada apa? Kok ribet banget sih? Kenapa nggak bilang pas di kelas aja." Protes Karin.
Sorotan mata teman- teman seperti memperhatikan kami.
Mereka melintasi lorong kelas menuju kelas.
Dari balik sudut kanan, kiri, depan, dan belakang terdengar suara; "Ciee ciee." Hingga rasanya orang didepanku terasa tersipuh malu.
Hiuk periuk kelas tetap ramai. Dan Ia menyatakan rasanya pada Karin.
"Maaf, tidak." Jawab Karin.
Seantero angkatan dan yang lain tahunya Kami telah berpacaran. Tapi? Itu tidaklah benar.
Hari ini, pelajaran paling asik menurutku. Santai namun tetap berjalan. IPS, kata yang lain membosankan tapi tidak dengan guruku satu ini karena Pak Heru guru yang ku bilang sangatlah enak.
Ia dipanggil kedepan. Dengan sindiran sana sini mengenai Ia dan Karin.
Ketika Karin ditanya, "Jawabnya tidak, Pak."
Nasihatnya, "Walau Ia bukan siapa-siapamu. Jadikan Ia penyemangatmu."

***
"Karin, Karin. Sebuah teguran suara disampingnya. Jangan melamun sayang. Kita harus pulang sekarang. Nanti kehujanan." Pinta Sang Pujaan Hati.
"Iya Mas. Adek mau ice cream ya rasa coklat mas, belinya harus di pinggiran jalan nggak boleh di supermarket." Pinta Sang Istri Karin.
"Iya buat sayang apa yang nggak." Jawabnya.
Belum sampai mobil, Mereka kehujanan. Untung saja Karin tak jatuh akibat tanah yang licin. Sudah sampai di mobil.
"Sayang, ice creamnya besok aja ya. Sekarangkan hujan nanti kamu sakit. Kasian juga sama dedek." Bujuk Sang Pujaan Hati sambil memeluk Sang Istri sehabis kehujanan.
"Iya, Mas. Tapi kalau besok, esnya jadi dua ya." Rengekkan Sang Istri.
Hubungan Karin dan Karayen memang belum lama. Ya kira-kira baru berjalan 6 bulan. Mereka menikah dengan cara sederhana. Karin sekarang sedang hamil. Usianya masih sangat kecil sekali dan renta resiko berbahaya.
Karena waktu Karin dilahirkan pernah mengalami suatu hal yang menyebabkannya hampir meninggal.

Banyak hati yang pernah singgah dan menyukainya. Tapi tidak sebaliknya dengan Karin. Sifatnya yang cuek kata teman-temannya. Banyak sekali yang berpikir dua kali untuk mendekatinya.
"Rafa, sudahlah jangan mengangguku. Aku lagi baca nih. Fokus lagi." Kenyamanan membaca Karin diusik Rafa.
"Aku tuh mau bicara sama kamu boleh iya. Soalnya ini penting. Bacanya nanti lagi." Jelas Rafa.
"Penting? Seberapa penting? Awas aja kalau nggak penting ya. Gangguin Aku baca." Lalu Karin menutup bukunya. Dan mendengarkan Rafa bicara.
"Ini Aku minta maaf sebelumnya. Aku tuh suka sama kamu. Aku tak meminta untuk pacaran. Tapi setidaknya engkau tahu saja." Perkataan Rafa dengan sedikit gugup.
"Iya terima kasih. Aku menerima akan keadaan itu. Dan mengenai rasamu padaku tak akan kuhalangi. Cuman maaf jika sewaktu-waktu rasa itu tak terbalas dan Aku tak memilih hal untuk pacaran." Ungkap Karin dengan perlahan.

Tak berselang waktu yang lama.
Karin menerima kabar bahwa Azan maupun Rafa akan menikah.
Azan bersama Ainun, sang pujaan hati yang dapat mengerti Azan.
Dan Rafa bersama Rindunya. Bahkan sering membuat rindu sama seperti namanya.
Lalu bagaimana dengan Karin?

***
"Eh, Bunda Sayang sudah dibilang jangan melamun. Ini ayo kita baca Al-qur'an saja ya. Kamu cantik deh kalau lagi baca." Pinta Sang Suami.
"Iya, Mas." Jawab Sang Istri.

""Astaugfirullah Karin. Kalau menghayal jangan tinggi-tinggi banget. Ini lho masih siang. Lagi menghayal apa sih?" Tegur Farisy.
"Entah. Tadi kebayang Aku lagi baca Al-quran dan hamil sama Suamiku. Tapi siapa coba cowok itu?" Jawab Karin.
"Hahaha. Kalau Aku gimana? Kamu mau nggak Aku khitbah nanti." Goda Farisy pada Karin.
"Iya kalau niat baik datang aja ke rumah. Minta izin untuk hubungan baik." Lalu Karin pergi dari tempat duduk. Meninggalkan banyak senyuman di bibir Farisy.

TENTANG MENCINTAI-MU (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang